Seputar Dunia dan Akhirat

Seputar Dunia dan Akhirat

Senin, 27 Juni 2011

Umur 18 Tahun Ibnu Khaldun Sudah Menguasai Ilmu Islam dan Umum, Kenapa Anak Kita Masih Les?

Umur 18 Tahun Ibnu Khaldun Sudah Menguasai Ilmu Islam dan Umum, Kenapa Anak Kita Masih Les?


Hebat sekali, pada umur 18 tahun Ibnu Khaldun sudah menguasai ilmu keislaman dan umum. Pada umur itu ia juga sudah mandiri dalam belajar dan tidak bergantung kepada seorang guru. Tentunya apa yang dialami Ibnu Khaldun berbeda dengan anak-anak kita saat ini, dimana pada umur sekian masih disibukkan dengan les sana- les sini. Anak-anak kita pun belum mandiri dalam belajar dan masih harus terikat pada seorang guru.
Temuan itu diungkap oleh Dinar Kania Dewi, Kandidat Doktor Pendidikan Islam, dalam Diskusi Sabtuan INSISTS, berjudul Konsep Pendidikan Ibn Khaldun dalam Kitab Muqaddimah, Sabtu, 25/06/2011.
Ibnu Khaldun (1332 M/732 H) merupakan salah satu ilmuwan besar yang lahir ketika peradaban Islam mengalami ujian berat di Timur maupun di Barat. Bisa dikata Ibnu Khaldun adalah ulama langka. Namanya harum hingga Eropa dan Amerika sebagai asset ilmuwan dunia yang menguasai berbagai jenis keilmuan.
Selain menguasai ilmu hadis dan fiqh, Ibn Khaldun juga menguasai ilmu-ilmu rasional (filosofis), yaitu teologi, logika, ilmu alam, matematika dan astronomi. Selain itu, Ibnu Khaldun juga seorang pendidik.
Berbeda dengan konsep Pendidikan Sekular, Ibn Khaldun berpandangan bahwa kebenaran yang hakiki bersumber dari Allah SWT. “Ibnu Khaldun selalu meletakkan wahyu sebagai premis mayor, bukan premis minor,” kata Dinar.
Dalam kitabnya Muqaddimah, Ibnu Khaldun juga menyoroti problematika pendidikan pada zamannya yang masih relevan hingga saat ini. Menurut Ulama yang pernah menjadi Qadi di Universitas Al Azhar itu, ringkasan yang biasa diperintahkan seorang guru kepada murid adalah salah satu bentuk masalah dalam pengajaran.
“Ini bisa jadi intropeksi juga bagi kita, yang kadang suka baca buku ringkasan, ketimbang buku rujukannya langsung,” sambung Ibu dua anak ini.
Selain itu, beragamnya metode dalam pendidikan menyebabkan pelajar menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menguasai berbagai metode yang sebenarnya maknanya satu dan sama. Dinar pun akhirnya mengkritik kebijakan pemerintah yang kerap berganti-ganti kebijakan.
“Saat ini pemerintah kita ganti menteri, ganti kebijakan. Metode pun berbeda-beda dalam pendidikan kita saat ini dari mulai quantum learning, accelerated learning, hipnoparenting dan lain sebagainya.” Kritik Direktur Operasional Andalusia Islamic Education Management Service itu.
Salah satu ciri khas konsep pendidikan yang dilahirkan oleh Ulama kelahiran Tunisia tersebut adalah apa yang disebut dengan malakah. Malakah bisa dikatakan kebiasaan yang sudah mengakar dalam diri seseorang hingga bentuk perbuatan itu dengan kokoh tertanam (dalam pikiran). Mencapai malakah hanya dimungkinkan melalui pembelajaran yang bertahap (tadrij) disertai pengulangan dan pembiasaan.
“Malakah akan menciptakan pengetahuan reflek pada seseorang. Ilmu yang sudah dipelajarinya akan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.” jelas Dinar
Metode paling mudah untuk memperoleh malakah, kata Ibnu Khaldun, adalah dengan melalui latihan diskusi atau debat ilmiah guna mengungkapkan pikiran-pikiran dengan jelas dan perdebatan masalah-masalah ilmiah. Inilah cara yang mampu menjernihkan persoalan dan menumbuhkan pengertian dan bukan melalui hapalan tanpa memahami makna yang terkandung di dalamnya
“Makanya, Ibnu Khaldun itu dianggap ahli dalam ilmu retorika,” ungkap Dinar.
Ada tiga hal metode pengajaran yang diperkenalkan oleh Ibnu Khaldun. Pertama adalah Penyajian Global (sabil al-ijmal). Pada tahap awal pengajaran sebuah disiplin ilmu/ aspek keterampilan, guru hendaknya menyajikan hal-hal pokok, problem-problem yang prinsip dari setiap materi pembahasan dalam bab-bab yang dijelaskan. Keterangan atau penjelasan dari guru harus bersifat global (ijmal) serta memperhatikan potensi intelek (aql) dan kesiapan (isti’dad) dari masing-masing peserta didiknya untuk menangkap apa yang diajarkan kepadanya.
Kedua, Pengembangan (al-syarh wa al-bayan). Pengetahuan atau keterampilan yang disajikan harus diangkat ketingkat yang lebih tinggi. Guru harus menyertakan ulasan tetang berbagai aspek yang menjadi kontradiksi di dalamnya dan ragam pandangan (teori) yang terdapat pada materi tersebut. Keahlian pelajar pada tahap ini harus lebih disempurnakan.
Terakhir adalah penyimpulan (takhallus).Pokok pembahasan harus disampaikan dengan lebih mendalam dan lebih rinci dalam konteks yang menyeluruh. Segala aspek yang ada berserta pemahamannya harus dipertajam lagi dan semua masalah penting, sulit dan kabur harus dituntaskan. Pada tahap terakhir ini diharapkan malakah dari pelajar mencapai kesempurnaan. (pz)
Sumber; http://www.eramuslim.com/berita/nasional/umur-18-tahun-ibnu-khaldun-sudah-menguasai-ilmu-islam-dan-umum-kenapa-anak-kita-masih-les.htm

“Jangan Ajarkan Surga dan Neraka Dulu Pada Anak, Lho?”

“Jangan Ajarkan Surga dan Neraka Dulu Pada Anak, Lho?”

Konsep Pendidikan anak ala Barat yang mengajarkan untuk tidak mengenalkan surga dan neraka dahulu pada anak mulai menjadi tren di kalangan orang tua muslim. Mereka menilai penjelasan surga dan neraka akan membuat anak bingung karena hal itu dinilai tidak konkret.
Hal inilah yang dikritik tajam oleh Dinar Kania Dewi. Kandidat Doktor Pendidikan Islam yang aktif di INSISTS itu menilai kejadian ini tidak terlepas dari konsep worldview Barat yang belum dipahami umat Islam.
“lmu Barat itu menjadikan rasio sebagai satu-satunya alat ilmu pengetahuan dan metafisik dihilangkan. Kalau sudah seperti itu, tentunya ini akan berpengaruh pada metodologi pembelajaran.” Ujarnya saat ditemui Eramuslim.com, Sabtu siang, 25/06/2011.
Penjelasan para praktisi parenting yang mengatakan konsep ini sudah melewati serangkaian penelitian pun dipertanyakan oleh Dinar.
“Kita harus hati-hati terhadap penelitian. Penelitian itu akan sangat bergantung dari worldview si peneliti. Penelitian ilmiah itu dalam kategori Barat bermasalah. Barat mengenyampingkan otoritas wahyu karena wahyu dinilai tidak ilmiah. Sedangkan dalam Islam wahyu itu sangat ilmiah. Makanya penelitian-penelitian Barat secara metodologi bermasalah.” Tambah Direktur Operasional, Andalusia Islamic Education and Management Service (AIEMS) ini
Dinar memberikan contoh kekeliruan konsep penelitian Barat pada kasus Spiritual Quotient yang banyak dipakai dalam pelatihan-pelatihan kepribadian.
“Seperti pada konsep SQ Danah Zohar, siapa yang dijadikan sampel penelitannya?” tanya Dinar.
“Itu orang-orang yang sakit ayan. Dari orang yang sakit ayan itu mereka melihat ada pencapaian SQ. Itu dibilangnya ilmiah. Padahal itu dalam Islam sangat tidak ilmiah.” Paparnya.
Menurut Dinar, Islam menjadikan orang-orang yang baik dan soleh sebagai objek penelitian, “Dalam Islam jika ingin melihat orang yang mencapai tingkat spiritualitas yang dijadikan objek penelitian (adalah) orang-orang sholeh, bukan orang sakit ayan.”
Dinar berpesan kepada para praktisi parenting dan orang tua untuk hati-hati dalam menerapkan ilmu parenting Barat kepada anak. Nilai-nilai sekularisme banyak masuk lewat pintu pendidikan.
“PR kita masih banyak. Paling adil saat melihat suatu penelitian, kita lihat dulu siapa yang meneliti, metode apa yang digunakan.”
Akhirnya dalam penilaian Dinar, minimal ada tiga hal yang dihindari dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ala Barat, yaitu mengenyampingkan hal-hal yang metafisik, hukuman fisik, dan konsep hafalan. (pz)
Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/nasional/jangan-ajarkan-surga-dan-neraka-dulu-pada-anak-lho.htm

Rabu, 15 Juni 2011

Teolog Kristen, "Saya Meyakini Quran Sebagai Firman Tuhan"

Teolog Kristen, "Saya Meyakini Quran Sebagai Firman Tuhan"



Setelah membaca dengan seksama dan mendalami kandungan isi Al-Quran selama bertahun-tahun, Profesor Walter Wagner--seorang pakar teologi dari AS--menyimpulkan bahwa Tuhan sedang bicara pada seluruh umat manusia lewat kitab suci itu.
Ia mengakui mengagumi isi Al-Quran. Untuk itu, ia menulis hasil penelitiannya selama bertahun-tahun tentang Al-Quran dalam sebuah buku berjudul "Opening the Quran". Lewat buku itu, Profesor Wagner mengatakan ingin menyebarluaskan tentang isi Al-Quran yang luar biasa, pada para pembaca, pada para mahasiswanya, termasuk pada dirinya sendiri untuk memperdalam pemahamannya terhadap isi Al-Quran.
Situs berita Zaman yang berbasis di Turki menyebut buku "Opening the Quran" karya Profesor Wagner sebagai buku yang sangat inspiratif bukan hanya untuk non-Muslim tapi juga untuk kalangan Muslim, termasuk mereka yang berminat mempelajari Islam dan kitab suci Al-Quran.
Dalam wawancara dengan Zaman, Profesor bidang teologi di Moravian College dan Theological Seminary ini mengungkapkan pengalamannya yang istimewa, yang membawanya pada Al-Quran serta pandangan-pandangannya tentang ajaran yang terkandung dalam Al-Quran. Berikut petikannya;
Apa yang menginspirasi Anda untuk menulis buku tentang Al-Quran?
Buku ini menjadi bagian dari pengalaman belajar saya selama lebih kurang selama 20 tahun. Saya pikir, saya baru memulai untuk memahami Al-Quran. Tapi sebenarnya, karena adanya hubungan antara Yudaisme, ajaran Kristen dan Islam, kami satukan bukan hanya di beberapa bagian terkait budaya dan teologi, tapi juga dalam sejarahnya.
Sudah berapa kali kita berbenturan dalam hal pemikiran dan ada masa-masa pertikaian yang melibatkan persenjataan. Tapi kita semua juga menyembah Tuhan yang sama. Dan untuk melakukan itu, seharusnya, diluar pengalaman saya mengajar, ada upaya untuk memahami agama lain, dan ini perlu usaha keras. Bagi seorang pengajar, butuh kerja keras untuk mengajarkan orang lain, tapi yang harus paling banyak belajar adalah guru itu sendiri.
Jadi, buku ini menjadi pengalaman belajar saya sendiri dan saya beruntung sekali mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, terutama tujuh tahun belakangan ini, dimana saya berinteraksi dengan komunitas Muslim Turki. Salah satu kekuatan buku tentang Quran ini adalah, menjelaskan pada diri saya sendiri dan pembaca lainnya, khususnya di masa penting seperti saat ini, dimana kita harus saling memahami antar sesama pemeluk agama.
Jadi, bisa dikatakan, Anda sebenarnya menulis buku "Opening the Quran" ini untuk diri Anda sendiri?
Ya. Anda akan menemukan bahwa para penulis menuliskan suara hatinya. Buat Anda yang muslim, pasti tahu siapa yang bicara dalam Al-Quran. Tapi, siapa yang bicara dalam buku (Wagner) ini? Beberapa bagian adalah suara seorang akademisi; yang bicara seorang profesor. Beberapa bagian lainnya adalah pendapat pribadi.
Menarik sekali. Pertanyaan selanjutnya, "suara" apa yang merasuk ke benak Anda ketika Anda membaca Quran? Siapa menurut Anda yang bicara dalam Quran?
Saya meyakini bahwa Quran adalah buku yang menginspirasi. Saya percaya Tuhan menginspirasi banyak orang dan banyak nabi serta utusan-Nya, dan yang ada dalam Quran adalah suara Tuhan Yang Mahasuci, yang bicara pada kita--menyuarakan tentang keadilan dan perdamaian, bicara tentang umat manusia yang harus hidup saling berdampingan dengan damai, dan saling membantu. Itulah suara yang saya dengar, suara yang kemudian saya coba teruskan pada para pembaca, mahaiswa, dan pada diri saya sendiri.
Bisakah Anda menjelaskan metodologi dan bagaimana cara Anda mempelajari Al-Quran?
Bagi seorang non-Muslim, membaca Quran untuk pertama kalinya mungkin pengalaman yang membingungkan. Bagi kami, yang berlatar belakang memiliki tradisi membaca Alkitan, harapannya mungkin akan seperti membaca Genesis, Exodus atau Injil Mark; akan ada sebuah rentetan cerita. Namun Anda akan menemukan bagian-bagian yang tersebar di beberapa tempat, yang secara keseluruhan saling terkait. Perlu dibaca berulang-ulang, direnungkan dan penggambaran dalam pikiran Anda agar bisa memahaminya. Tapi, saya kira, langkah pertama adalah jangan mudah menyerah. Saran pertama adalah, membacanya mulai dari halaman belakang ke depan, untuk memahami tentang nabi-nabi. Perlu juga membaca apa penjelasan atau penafsiran berbagai tokoh tentang isi Al-Quran.
Sejauh mana proses mempelajari Al-Quran berpengaruh pada diri Anda, apakah proses itu membawa perubahan pada hidup Anda?
Saya kira, yang paling terpenting adalah saya jadi lebih memahami Islam dan Al-Quran, soal kewajiban salat, dan ada perasaan yang mendalam soal salat ini dan bagaimana kehidupan bisa dibingkai lewat salat dan doa. Pemahaman saya yang masih sedikit tentang Islam, cukup membuat saya mengakui bahwa Islam adalah agama yang berdasarkan pada ajaran tentang "Sang Pencipta". Buat saya, hal ini merupakan sebuah ajaran etika yang luar biasa, dan ketika saya melihat orang lain, saya mengakui bahwa mereka adalah perwakilan Tuhan di bumi untuk menjaga dunia ini.
Kita tahu, bahwa Barat kerap mengkritik bagaimana Quran memosisikan kaum perempuan. Menurut Anda sendiri bagaiman Quran memosisikan kaum perempuan?
Pertama sekali, penting dipahami bahwa laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama di mata Tuhan. Laki-laki dan perempuan sama-sama bertanggung jawab atas nasib mereka sendiri. Seorang perempuan bisa masuk neraka sama gampangnya dengan seorang lelaki. Seorang perempuan juga bisa masuk surga sama mudahnya dengan seorang laki-laki. Ini adalah ajaran agama yang mengagumkan tentang persamaan kedudukan antar kaum lelaki dan perempuan.
Tapi ada perbedaan sosial dalam Quran, dan Barat tidak suka itu. Perbedaan itu terkait aspek fisik dan beban tanggung jawab antar lelaki dan perempuan. Saya pernah bertemu dengan seorang imam yang mengatakan bahwa adalah tanggung jawab suami untuk memastikan bahwa kebutuhan keluarganya terpenuhi, dan adalah tanggung jawab seorang istri untuk membesarkan dan mendidik anak-anak serta mengatur kehidupan dalam keluarga. Jika seorang perempuan punya kepentingan ke luar rumah, maka ia harus bernegosiasi mendapatkan izin dari suaminya. Jadi, tetap ada negosiasi dalam sebuah ikatan perkawinan.
Lalu bagaimana pendapat Anda soal ayat-ayat dalam Quran yang berkaitan dengan jihad?
Ada banyak penafsiran yang berbeda tentang jihad dalam Islam. Ini berkaitan dengan konteks sejarah. Tapi saya pikir, penting bagi kita untuk mengetahui akar kata "jihad" yang artinya "pengerahan tenaga" atau "perjuangan". Dalam Quran, masalah jihad disebut sekitar 35 atau 36 kali dan hanya 5 diantaranya yang berhubungan dengan kemiliteran.
Tradisi Islam dan Quran juga mengajarkan untuk memperlakukan para tawanan dengan baik. Anda tidak perlu menggunakan bom napalm terhadap orang yang hanya menggunakan pistol. Islam dan Quran juga mengajarkan untuk mencintai lingkungan hidup, Anda tidak boleh merusak, Anda tidak boleh menganiaya musuh yang sudah menyerah atau ketika ada kesepakatan gencatan senjata.
Pertanyaan terakhir, bagaimana tanggapan pembaca atas buku Anda, apakah ada kritik dari kalangan Kristen maupun Muslim?
Secara umum, kalangan Kristiani menyukai buku ini. Kalaupun mengkritik hanya beberapa masalah kecil saja. Sedangkan di kalangan Muslim, ketika saya memberikan kuliah tentang pengenalan Islam, ada seorang mahasiswa Pakistan yang agak jengkel pada saya. Menurut mahasiswa itu, kalau saya mengatakan hal-hal yang positif tentang Quran, seharusnya saya pindah agama ke Islam. Di kelas lainnya, seorang mahasiswi mengatakan pada saya, "Kapan Anda akan mengekpose Islam sebagai agama hasil pekerjaan orang-orang jahat?"
Jadi ada dua kubu yang memberi tanggapan berbeda. Saya berdiri di antara dua kubu itu. Saya pun belajar memahami tentang karakter beragam orang. Tapi sebagian besar Muslim, mereka menyatakan berterima kasih saya menulis buku "Opening the Quran" ini. (kw/Zaman)
dari: rtamuslim.com

Senin, 13 Juni 2011

Mufti Bulgaria: Negara telah Gagal, Umat Islam Harus Melawan dari Serangan

Mufti Bulgaria: Negara telah Gagal, Umat Islam Harus Melawan dari Serangan


Sebagian masyarakat Bulgaria terkendala dengan Islamofobia, kata Kepala Kantor Mufti Bulgaria yang menyatakan dalam sebuah pernyataan khusus dalam upaya mendesak Muslim Bulgaria untuk mengambil tindakan membela diri terhadap serangan yang menimpa mereka.
Pernyataan Senin kemarin (13/6) dari kantor kepala Mufti Bulgaria datang sehari setelah pada hari Minggu lalu penjaga masjid utama di pusat kota Sofia mengalami serangan brutal oleh penyerang tak dikenal hanya beberapa menit sebelum memulai shalat subuh pada hari Minggu.
Kantor kepala Mufti mengacu pada kejadian tanggal 20 Mei 2011, ketika ekstrimis dari partai nasionalis Ataka menyerang umat Islam yang shalat di luar Masjid Banya Bashi kota Sofia.
Kepala kantor Mufti bagaimanapun mengeluhkan bahwa banyak kejadian serupa telah mengikuti sejak insiden itu, dan menegaskan bahwa lembaga-lembaga negara Bulgaria telah gagal untuk melindungi kaum Muslimin di Bulgaria dan tempat ibadah mereka.
"Setelah kasus ini berikutnya menyusul aksi kekerasan terhadap seorang Muslim dan penodaan terhadap masjid, komunitas Muslim Bulgaria telah menerima pesan yang jelas bahwa negara tidak dapat melindungi kami, atau tidak ingin melakukan hal itu, yang meninggalkan kami dalam situasi yang sangat keras sebagai warga Uni Eropa yang masih berharap bahwa ada mekanisme demokrasi yang cukup baik untuk mencegah penindasan terhadap kami," tulis pernyataan dari kantor Mufti Bulgaria.
"Sayangnya, harapan kami berubah menjadi ilusi, harapan kami tidak terpenuhi, dan kami sekarang menyadari bahwa kami harus menyediakan untuk keamanan kami sendiri dan mempertahankan hak-hak kami. Beberapa kasus yang agak mengejutkan pada beberapa tahun terakhir telah membuat kami mengasumsikan bahwa umat Islam tidak diinginkan di negara ini, dan tekanan terhadap kami akan terus berlanjut. Mereka menunjukkan bahwa sebagian dari masyarakat Bulgaria bermusuhan dan agresif terhadap Islam, nilai-nilai Islam, dan komunitas Muslim," kata Kepala Kantor Mufti, menekankan bahwa insiden yang terjadi tidak boleh diperlakukan sebagai tindakan hooliganisme atau tindakan kriminal tetapi sebagai strategi umum dan intoleransi terhadap umat Muslim, yang mungkin dapat menyebabkan operasi dalam skala yang lebih besar.
"Ini semacam Islamophobia dan tekanan ini dinyatakan sebagai ancaman, penghinaan, membatasi hak-hak agama, dan kekerasan fisik yang harus diperlakukan sebagai upaya untuk menghasut konflik antar-agama, perang sipil, dan merupakan ancaman terhadap keamanan nasional," kantor kepala Mufti menyatakan.
Pernyataan itu lebih lanjut menjelaskan bahwa meskipun setelah serangan terhadap masjid Banya Bashi pada 20 Mei 2011 lalu, Muslim Bulgaria menerima dukungan dari para politisi, kaum intelektual, dan bagian dari masyarakat, kejadian serupa terus terjadi.
Kantor kepala Mufti mengatakan bahwa pada tanggal 30 Mei 2011, ia telah memperingatkan Menteri Dalam Negeri Tsvetan Tsvetanov mengenai beberapa serangan fisik terhadap aktivitas shalat umat Muslim tetapi tidak mendapat reaksi dari organisasi hak asasi manusia, pemerintah, masyarakat sipil, maupun partai-partai politik.
Lebih lanjut kantor kepala Mufti menyerukan kepada umat Islam di negara ini untuk melakukan penjagaan siang dan malam sebagai relawan untuk melindungi diri sendiri pada saat negara gagal melindungi kehormatan dan martabat Islam dan umat Islam.
"Langkah-langkah ini adalah awal dari kampanye perlindungan diri sendiri. Kami akan memberitahu Anda tentang langkah selanjutnya tergantung pada perkembangan masalah dan keinginan masyarakat. (fq/novinite).eramuslim.com

Hakim Pengadilan di Prancis Hina Seorang Muslimah Berjilbab

Hakim Pengadilan di Prancis Hina Seorang Muslimah Berjilbab



Collectif contre l'islamophobie, sebuah lembaga yang memantau kasus-kasus berlatar belakang islamofobia di Prancis mengecam pengadilan di kota Béziers dan hakim pengadilan kota itu, karena telah mempermalukan seorang muslimah hanya karena jilbab yang dikenakannya.
Muslimah bersangkutan berurusan dengan pengadilan karena sengketa hak perwalian terhadap anaknya. Saat hadir di persidangan, seorang polisi memintanya melepas jilbab dengan alasan untuk menghormati hakim, sesuai aturan persidangan. Polisi mengatakan, jika muslimah itu menolak melepas jilbabnya, maka persidangan akan dilakukan tanpa kehadiran muslimah tersebut.
Menurut laporan Collectif contre l'islamophobie, muslimah itu berusaha memenuhi aturan persidangan, dengan mengganti jilbabnya dengan mengenakan pengikat kepala yang menutupi rambutnya. Tapi seorang pegawai pengadilan tetap menolak muslimah itu hadir di ruang sidang. Pegawai tersebut mengatakan bahwa "jilbab" dilarang dan memerintahkan muslimah itu juga melepas pengikat kepalanya, jika ingin masuk ke ruang sidang.
Dalam persidangan, hakim malah mencela muslimah tadi dengan mengatakan bahwa ia adalah seorang ibu yang buruk karena membiarkan anak lelakinya masuk Islam. Hakim bahkan menyebutnya sebagai "tindakan barbar terhadap anak-anak".
"Jangan bilang pada saya bahwa agama Islam lebih bagus dibandingkan agama lainny," tukas si hakim seperti dilaporkan Collectif contre l'islamophobie.
Hakim makin mempersulit hak asuh muslimah yang jati dirinya dirahasiakan itu, meski bukti-bukti dalam persidangan menunjukkan bahwa anak tersebut tetap ingin bersama ibunya. Tapi si hakim mengatakan bahwa bukan seorang anak yang "memilih dan menentukan hukum dalam persidangan ini."
Atas kasus ini, Collectif contre l'islamophobie sudah melayangkan protes dan desakan pada kementerian kehakiman Prancis agar mengenakan sanksi disiplin pada hakim persidangan tersebut, karena telah menghina seorang muslimah karena latar belakang agamanya, termasuk sikap polisi dan pengawai pengadilan yang melarang muslimah itu mengenakan jilbab di persidangan. (kw/CCIF)
in/eramuslim.com

"Islam Menyembuhkanku dan Mengembalikan Jiwaku"

"Islam Menyembuhkanku dan Mengembalikan Jiwaku"


Christopher Patrick Nelson, warga negara AS keturunan Irlandia, masuk Islam ketika ia berusia 26 tahun. Sebelumnya, lelaki yang menganut agama Kristen ini pernah mempelajari berbagai keyakinan mulai dari Jainisme, ajaran Budha, Hindu, untuk menyembuhkan "penyakit"nya.
Sampai akhirnya ia menemukan Islam dan memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Ia mengakui Nabi Muhammad Saw sebagai model dari sebuah kehidupan spiritual yang komprehensif, dan Islam telah menyelamatkannya dari "penyakit kejiwaan" yang dideritanya serta membuatnya merasa menemukan jiwanya yang hilang.
Sejak kecil Christopher Patrick Nelson, sudah memiliki perilaku dan emosi yang labil. Pada usia 14 tahun, ia pernah dirawat di bangsal untuk pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, karena tingkah lakunya yang tak terkontrol. Hingga usia dewasa, Nelson kerap mengalami depresi, tidak punya gairah melakukan apapun, inginnya tidur terus, dan yang terburuk merasa ingin mati saja. Beberapa kali Nelson melakukan percobaan bunuh diri, dengan mengiris pergelangan tangganya.
Pertama, ia didiagnosis menderita "paranoid-schizophrenia", sebuah istilah dalam bidang psikiatrik ketika para ahli tidak bisa menentukan dengan pasti problem yang diderita pasiennya. Kemudian, ia dinyatakan memiliki perangai "Bipolar", perangai ganda yang ekstrim, yang saling bertolak belakang. Sejak itu, Nelson berjuang menjalani kehidupannya yang kadang mengalami perubahan suasana hati yang ekstrim.
Orang-orang di lingkungan Nelson seringkali menyalahkan dirinya atas perilakunya yang tidak dewasa, karena tidak mengerti problem kejiwaan yang dialaminya. Kondisi ini menyulitkan Nelson dalam mendapatkan pekerjaan dan membina hubungan dengan sesamanya. Ia pernah bekerja kurang dari seminggu di sebuah restoran pizza. Nelson dipecat karena perilakunya yang kurang sopan pada pelanggan.
"Depresi itu seperti neraka. Rasa ini menyelinap dalam diri saya secara diam-diam seperti hantu. Saya ingat, saya menatap ke sebuah benda, misalnya sebuah meja tempat menyajikan kopi, tiba-tiba saya akan merasa kebingunan dan merasa hidup ini tak berarti," tukas Nelson.
Untuk menyembuhkan diri, Nelson mengikuti pengobatan yang disebutnya pengobatan gaya barat, seperti meditasi dan terapi bagi para penderita gangguan psikiatrik, di sebuah klinik di San Jose. Tapi ia merasa, pengobatan macam itu hanya menolongnya sesaat, tidak menyembuhkannya.
Sampai akhirnya, ia menemukan Islam bagi "penyakit"nya , tepat di depan sebuah tempat perawatan gangguan kejiwaan. "Saya selalu merasa, di lubuk hati saya, bahwa penyakit saya berhubungan dengan sesuatu dalam jiwa saya--obat-obatan dan terapi--oleh sebab itu, tidak akan pernah bisa menyembuhkannya," kata Nelson.
Dengan memeluk Islam, ia mempelajari ajaran Islam yang menurutnya mengajarkannya untuk membersihkan jiwa dari berbagai penyakit hati. "Islam memberi saya rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri," ujarnya.
"Saya merasakan, membaca doa tertentu pada Allah sangat membantu, untuk melindungi diri saya dari gangguan setan yang bisa menjerumuskan saya. Sikap disiplin dan berdoa membantu saya untuk mengendalikan emosi dan saya yang labil ..."
"Ketika rasa gelisah dan depresi itu menerpa, saya merasa dikelilingi oleh puluhan polisi, yang melempari saya dan mencaci maki saya. Saya pun berdoa, mendengarkan dan meyakini kata-kata yang saya ucapkan dalam doa saya. Seketika jiwa saya kembali tenang dan merasakan kedamaian," sambung Nelson.
Ia mengakui, untuk ketenangan jiwa, tidak cukup hanya doa tapi juga dipengaruhi oleh apa yang ia makan dan dengan siapa seseorang berkumpul. Menurut Nelson, berkumpul dengan sesama saudara seiman di masjid, banyak membantunya untuk menenangkan jiwa.
"Mengalami gangguan kejiwaan adalah sebuah perjuangan seumur hidup. Tapi setelah masuk Islam, saya merasakan akhirnya bisa mengendalikan diri saya. Islam mengajarkan saya untuk memurnikan hati dan jiwa saya," tandas Nelson. (kw/PNS)/eramuslim.com

Tony Blair: Saya Baca Al Quran Setiap Hari

Tony Blair: Saya Baca Al Quran Setiap Hari
Headline

Oleh: Vina Ramitha
INILAH.COM, London – Mantan Perdana Menteri (PM) Inggris mulanya enggan berbicara masalah agama. Namun setelah turun jabatan, ia menyatakan baru menganut Katolik. Kini, ia membaca Al Quran setiap hari.
Mulanya, Blair serta mantan Direktur Komunikasi dan Strategi pribadinya, Alastair Campbell, dikenal dengan ucapan khas mereka. “We don’t do God.” Sejak turun sebagai PM pada 2007, Blair perlahan berubah.
Beberapa bulan setelah turun, ia menyatakan pindah agama menjadi Katolik. Kini, ia menyatakan membaca kitab suci umat Islam, Al Quran, setiap hari. Menurut mantan pemimpin Partai Buruh ini, Al Quran membantunya melek iman.
“Melek iman amat penting di era globalisasi seperti ini. Saya membaca Al Quran setiap hari sebagai upaya untuk mengerti apa yang terjadi di dunia dan karena sifatnya yang instruktif,” ujar Blair dalam wawancara dengan majalah Observer.
Blair meyakini pengetahuannya mengenai Islam akan membantu perannya saat ini sebagai Duta Besar Timur Tengah untuk Kuartet PBB, AS, Uni Eropa (UE), dan Rusia. Ia ingin membantu menyelesaikan konflik menahun Palestina-Israel.
Tak hanya itu, Blair juga memuji Islam sebagai sebuah agama yang indah dan Nabi Muhammad ia katakan sebagai sosok yang kuat. Pada 2006, ia pernah menyatakan Al Quran sebagai kitab yang terus bereformasi, praktis, dan seakan dibuat mendahului zamannya.
Hubungan Blair dengan Islam ini bukanlah pertama kalinya. Tahun lalu, iparnya, Lauren Booth, memutuskan untuk menjadi mualaf setelah mendapatkan pengalaman spiritual di Iran. Booth memang telah lama mendekatkan dirinya pada komunitas Islam.
Mengetahui Blair yang disarankan agar tidak ‘bertuhan’ oleh Campbell saat menjabat sebagai PM, Booth sempat menyatakan harapan agar keputusannya menjadi Muslimah akan mengubah pandangan kakak iparnya itu. [nic]

Minggu, 12 Juni 2011

Meningkatnya Kejahatan Islamofobia Mengintai Muslim Inggris

Meningkatnya Kejahatan Islamofobia Mengintai Muslim Inggris



Sekretaris Jenderal Muslim Council on Britain (MCB) Farooq Murad menyerukan komunitas Muslim di Inggris untuk berupaya lebih keras lagi melawan islamofobia yang makin meningkat di Inggris.
"Serangan berlatar belakang islamofobia terhadap masjid, pemimpin komunitas muslim, individu maupun properti milik muslim dilakukan oleh segelintir orang, tapi jumlah serangan semacam itu makin meningkat," kata Murad dalam pidatonya pada Pertemuan Tahunan MCB pada Minggu (12/6).
"Perlu upaya yang lebih besar lagi, dan ini artinya kita harus memiliki tindakan yang sistematis untuk merekam, memonitor dan menganalisa serangan-serangan berlatar belakang islamofobia itu," ujarnya.
Data polisi menunjukkan, sepanjang tahun 2010 terjadi 1.200 serangan anti-Muslim di Inggris. Bentuk serangannya beragam, mulai serangan terhadap para imam dan staf masjid, pelemparan bom molotov, merusak jendela, vandalisme, pesan-pesan berisi ancaman dan pelecehan, sampai meletakkan kepala babi di pintu masuk dan menara masjid.
Bulan April kemarin, sebuah makam seorang muslim di High Wycombe dirusak orang. Makam itu adalah makam ibu dari Mohammed Khaliel, warga muslim di kota itu. Menurutnya, perusakan makam muslim bukan kali pertama itu terjadi.
"Saya punya bukti berupa foto seseorang yang merusak makam dengan martil. Tindakan itu murni karena kebencian. Pemakaman itu berusia 200 tahu, dan ada secuil tempat khusus untuk makam muslim, hanya tempat itu yang dirusak. Tindakan itu jelas berlatar belakanga islamofobia," tukas Khaliel.
Para pengamat di Inggris juga mengakui bahwa kasus serangan berlatar belakang kebencian terhadap Islam dan Muslim makin meningkat di Inggris beberapa tahun belakangan ini. "Sikap anti-Muslim sangat nyata dan memang banyak terjadi," kata Ghaffar Hussain, pengamat dari lembaga think tank anti-terorisme Quilliam.
Ia mengungkapkan, pascaperistiwa serangan 11 September 2001, sekitar 40 sampai 60 persen masjid, islamic center dan organisasi muslim di Inggris menjadi target serangan balasan. "Ada sebagian orang di masyarakat kita yang sangat mencurigai seorang muslim. Bahkan ketika komunitas Muslim membangun masjid, mereka terancam oleh pemikiran bahwa ada islamisasi di Eropa," jelas Hussain.
Sejumlah pengamat mengatakan, serangan berlatar belakang islamofobia makin meningkat di Inggris karena tidak adanya kemauan politik untuk membuat laporan yang serius tentang kasus-kasus serangan berlatar belakang anti-Muslim.
"Waktu saya masih bekerja di kepolisian, saya perhatikan beberapa kasus terjadi setelah serangan teroris, seperti serangan 11 September 2001 di AS dan serangan tanggal 7 Juli 2005 di London," kata Dr. Robert Lambert, salah satu direktur European Muslim Research Centre dan peneliti di Institut Studi Arab dan Islam di Universitas Exeter.
Menurutnya, sudah terjadi 50 kasus serangan bom molotov dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun. Tapi, kata Lambert, para politisi di Inggris tidak berinisiatif untuk menjalin kerjasama dengan para pemimpin masjid. "Ini agak memprihatinkan," ujar Lambert.
Sementara itu, juru bicara Hizbut Tahrir Inggris Taji Mustafa, menyalahkan pemerintah sebagai penyebab makin meningkatnya kasus-kasus kebencian terhadap Muslim. Ia menuding pemerintah bekerjasama dengan sejumlah media massa untuk memojokkan Islam sebagai bagian dari propaganda luar negeri pemerintah.
Di Inggris terdapat kurang lebih dua juta muslim. Mereka menjadi target kecurigaan, terutama setelah peristiwa serangan 7 Juli di London. Survei Financial Times menunjukkan bahwa Inggris adalah negara yang paling mencurigai komunitas Muslim. Sedangkan survei Evening Standard menunjukkan, bahwa sebagian besar warga London memiliki pendapat negatif tentang muslim. (kw/oi)
in/eramuslim.com

Dakwah Muslimah Kanada, Gelar Dialog Sehari Tentang Jilbab

Dakwah Muslimah Kanada, Gelar Dialog Sehari Tentang Jilbab



Koalisi Muslimah Kanada menggagas acara "Day of Dialogue" untuk meluruskan pandangan banyak orang, khususnya non-Muslim tentang busana muslim, jilbab dan hak perempuan dalam Islam.
Salah seorang kordinator acara itu Fauzia Mazhar mengatakan, selama ini para muslimah sering mendapat pertanyaan klasik tentang posisi perempuan dalam Islam, benarkah perempuan muslim mengalami penindasan dan tindakan sewenang-wenang dari suaminya.
"Kami tidak mau dinilai hanya dari berjilbab atau tidak berjilbab. Kami ingin dilihat lebih dari sekedar jilbab. Kami punya kepribadian, keinginan dan tujuan dalam hidup," tukas Fauzia.
Acara yang digelar pada Sabtu (12/6) dengan metode tanya jawab, dihadiri oleh kalangan perempuan non-Muslim dan mengangkat lima topik terkait perempuan dalam Islam, antara lain; pendidikan, kepemimpinan, hak dan tanggung jawab perempuan, kewajiban keagamaan, tata cara berbusana dan jilbab, serta masalah perkawinan dan perceraian.
"Banyak orang yang tidak tahu tentang perempuan muslim. Mereka memiliki stereotip dan penafsiran yang salah tentang perempuan muslim," ujar Fauzia.
Di Kanada terdapat 1,9 persen Muslim dari 32,8 juta total penduduk negeri itu. Islam menjadi agama kedua terbesar, setelah agama Katolik Roma.
Di negeri-negeri non-Muslim, masyarakatnya masih banyak yang berpandangan bahwa jilbab adalah bentuk pemaksaan, penindasaan dan pelanggaran hak kaum perempuan. Seorang muslimah bernama Nazneen Zaidi mengungkapkan, banyak orang yang mengira bahwa ia mengenakan jilbab karena dipaksa oleh suaminya. Padahal, mengenakan jilbab adalah keputusan Nazneen sendiri.
"Saya senang mengenakannya. Jilbab adalah sebuah kehormatan dan kebebasan yang sebenarnya," ujar Nazneen, muslimah kelahiran Montreal dan bergelar master di bidang teknologi pendidikan dari Universitas Concordia.
Ia mengatakan, Islam memperlakukan sama antara perempuan dan laki-laki dalam hal kewajiban dan tanggung jawab.
"Laki-laki dan perempuan sama-sama berada dalam pengawasan Allah dan hukum Islam. Peranan mereka berbeda, tapi tanggung jawab perempuan dan laki-laki dalam keluarga adalah sama," tukasnya.
Minna Ella, muslimah asal Waterloo mengatakan bahwa ia mulai mengenakan cadar pada usia 17 tahun, tanpa paksaan dari siapapun.
"Ayah saya tidak memaksa saya untuk memakainya, begitu pula suami saya. Cadar adalah lambang ketakwaan, identitas muslimah," kata ibu tiga anak, kelahiran London itu. (kw/oi)
In/eramuslim.com

Kamis, 09 Juni 2011

Kisah Yesus Tingkatkan Muallaf Spanyol

Kisah Yesus Tingkatkan Muallaf Spanyol

Hanin Mazaya
Tiga belas tahun yang lalu Vicente Mota Alfaro adalah salah seorang pemeluk Kristen yang taat yang secara rutin mendatangi kelas Minggu dan membaca Injil setiap harinya.

Namun hari ini, dia tidak hanya seorang Muallaf, namun dia adalah Imam Masjid dari Pusat Kebudayaan Islam Valensia (CCIV).

Selain merupakan Muallaf pertama yang dipersilakan mengimami setiap kali sholat berjamaah, dia juga merupakan anggota Dewan Kepengurusan CCIV sejak 2005.
Pemimpin kelompok Muslim Valensia menetapkan Alfaro sebagai Imam besar, dan berterima kasih atas kerja kerasnya.
“Dia pantas kami pilih karena kehebatan pengetahuan agamanya”, kata El-Taher Edda Sekretaris Umum Liga Islam bagian Dialog dan Perdamaian.
Dia meyakini Alfaro telah menyebarkan pesan yang nyata mengenai Muallaf yang bergabung dalam kekuatan Islam.
Beberapa media setempat tidak lama lalu melaporkan adanya peningkatan jumlah Muallaf di Spanyol, tanpa adanya pertentangan dari pihak manapun.
Diperkirakan Muslim Spanyol berjumlah 1.5 juta dari 40 juta penduduk keseluruhan. Islam merupakan agama terbesar kedua setelah Kristen.
Ketika masyarakat bertanya kepada Alfaro bagaimana dia dapat menjadi seorang Muallaf, dia akan memberikan jawaban yang sederhana.
“Allah telah menjadikan Islam sebagai agama dan hidupku”, katanya mantap.
Saat itu Alfaro berusia 20 tahun dan masih berkuliah ketika dia memutuskan untuk menjadi Muallaf.
“Saya membaca Al-Quran, saya menemukan kebenaran tentang Nabi Isa dan saya putuskan menjadi Muallaf”.
Pada awalnya dia adalah seorang pemeluk Kristen yang taat.
“Dulunya saya rutin pergi ke Gereja tiap Minggu dan membaca Injil setiap harinya”.
“Pada saat itu saya tidak tahu sama sekali mengenai Islam”.
Dia mempunyai seorang tetangga Muslim Algeria yang memperkenalkannya pada Islam.
“Ketika berbincang-bincang dia mengatakan bahwa seluruh umat manusia adalah keturunan Adam dan Hawa, dan semuanya merupakan anak dari Nabi Ibrahim”, kenangnya.
“Saya terkejut mengetahui bahwa dalam Islam juga mengenal Adam, Hawa, dan Ibrahim”.
Perbincangan tersebut rupanya membuat Alfaro muda semakin ingin mengetahui tentang Islam.
“Selanjutnya, saya meminjam salinan Al-Quran dari perpustakaan”.
Dia membawanya pulang dan membaca salinan Al-Quran tersebut dengan teliti.
Namun titik balik bagi Alfaro datang ketika dia membaca kisah tentang Yesus (Nabi Isa) dan kejadian penyaliban.
“Sebelumnya yang saya ketahui adalah Yesus merupakan anak Tuhan yang diutus ke dunia untuk menebus dosa umat manusia, dan sebetulnya hal tersebut cukup mengganggu saya”.
“Dan saya temukan jawabannya dalam Al-Quran. Yesus tidak pernah disiksa ataupun disalib”.
Muslim meyakini Nabi Isa sebagai salah satu Rasul yang diberi penghormatan lebih.
Dalam Islam, Nabi Isa tidak mengalami penyaliban, namun diangkat ke surga dan akan diturunkan kembali pada akhir zaman untuk memerangi Dajjal Al-Masih dan akan membawa kemenangan dan kejayaan bagi Islam.
Dan kisah tersebut merubah keyakinan Alfaro untuk menjadi seorang Muallaf bernama Mansour.
“Dengan cepat saya menyadari bahwa Al-Quran adalah Kitab Tuhan yang sesungguhnya, dan saya tidak pernah menyesal menjadi seorang Muallaf”. (Hanin Mazaya/SM)
In arrahmah.com

Rabu, 08 Juni 2011

Populasi Muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara Naik 35% Selama 20 Tahun

Populasi Muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara Naik 35% Selama 20 Tahun


Populasi umat Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara diperkirakan akan tumbuh sebesar 37 persen dalam 20 tahun mendatang, sementara populasi penduduk dunia Muslim diperkirakan akan meningkat sekitar 35 persen pada periode yang sama.
Sementara itu, di antara negara-negara mayoritas Muslim di dunia, UAE diproyeksikan akan berdiri di posisi kedua setelah Kuwait dalam tingkat harapan hidup tertinggi, yaitu 78 tahun. Ini akan melompat sampai 80 tahun pada periode 2030-2035. Hal ini dikemukakan oleh Dr Brian Grim, peneliti senior dan direktur nasional data, Pew Forum on Religion and Public Life.
Tabah Foundation yang menyelenggarakan simposium tersebut untuk mengumumkan rincian "Laporan Masa Depan Populasi Global umat Islam", sebuah studi demografi komprehensif yang menyediakan estimasi Muslim di seluruh dunia pada tahun 2010 dan proyek pertumbuhannya sampai 2030.
Berbicara di simposium, Grim mengatakan populasi Muslim di wilayah Afrika Utara-Timur Tengah diproyeksikan tumbuh dari 321.900.000 pada tahun 2010 menjadi 439.500.000 pada tahun 2030, yang lebih dari dua kali lipat jumlah Muslim di wilayah itu pada tahun 1990 (205,9 juta ).
Sekitar sembilan dari sepuluh orang tinggal di wilayah itu saat ini adalah Muslim (91,2 persen pada tahun 2010). Proporsi ini telah cukup stabil selama 20 tahun terakhir dan tidak diproyeksikan untuk perubahan yang sangat banyak dalam 20 tahun mendatang, Grim mengatakan.
Pertumbuhan tahunan penduduk Muslim di wilayah ini diproyeksikan menjadi 1,4 persen antara 2020 hingga 2030, turun dari 1,8 persen antara 2010 hingga 2020 dan 2,1 persen antara 2000 hingga 2010.
Perlambatan pertumbuhan populasi muslim yang paling menonjol di kawasan Asia-Pasifik, Timur Tengah-Afrika Utara dan wilayah Eropa dan kurang menonjol di sub-Sahara Afrika. Satu-satunya wilayah di mana pertumbuhan penduduk Muslim mempercepat melalui 2020 adalah Amerika, terutama karena imigrasi, Grim kata.
Menurut laporan Pew, dalam hal persentase (bukan dalam jumlah mutlak), pertumbuhan penduduk Muslim di wilayah Afrika Utara-Timur Tengah diharapkan paling menonjol di wilayah Palestina dan Israel, yang diperkirakan memiliki sekitar 66 per persen peningkatan ukuran populasi Muslim hingga 2030.
Populasi Muslim di wilayah Palestina diproyeksikan meningkat dari 4,3 juta pada tahun 2010 hingga 7.1 juta pada tahun 2030, dan di Israel muslim akan tumbuh sebesar 1.3 juta hingga 2.1 juta selama periode itu. (Jumlah penduduk Israel termasuk Muslim yang tinggal di Yerusalem, tetapi bukan Muslim yang tinggal di Tepi Barat dan Gaza), kata laporan itu.
Hampir seperempat (23,2 persen) dari jumlah penduduk Israel diharapkan menjadi Muslim pada tahun 2030, naik dari 17,7 persen pada 2010 dan 14,1 persen pada tahun 1990. Selama 20 tahun terakhir, populasi Muslim di Israel memiliki lebih dari dua kali lipat, tumbuh dari 0,6 juta di tahun 1990 menjadi 1,3 juta di tahun 2010, laporan Pew mengatakan.(fq/khaleejtimes)
Eramuslim.com

Kisah Ericka, Ketika Seorang Pendeta Bilang Muslim Membenci Yesus

Kisah Ericka, Ketika Seorang Pendeta Bilang Muslim Membenci Yesus

Pernyataan seorang pendeta bahwa Muslim membenci Yesus, justru mendorong Ericka--penganut Kristen Evangelis yang menikah dengan seorang lelaki muslim--mencari kebenaran akan pernyataan itu. Pencarian itulah yang membawa Ericka pada agama Islam dan akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang muslimah.
Perempuan Amerika keturunan Meksiko itu sebenarnya dibesarkan dalam keluarga Katolik yang taat. Sekira tahun 2008 lalu, seorang sahabat mengundang Ericka datang ke gereja penganut Evangelis. Sejak itu, ia merasa cocok dengan ajaran Evangelis.
"Mereka (jamaah Evangelis) sangat mirip dengan saya pada waktu itu dan banyak membantu saya. Saya memahami banyak ajaran mereka, antara lain kewajiban membaca Alkitab. Meski saya tidak selalu paham isi Alkitab, setidaknya saya berniat untuk belajar dan ikut kelas Alkitab pada hari Minggu," ujar Ericka.
Pada suatu kesempatan, seorang pendeta mengatakan bahwa Muslim membenci Yesus dan Muslim menyembah tuhan lain yang disebut "Allah". Pernyataan mendorong rasa ingin tahu Ericka akan kebenaran ucapan pendetanya.
"Saya terkejut, saya berjumpa dengan beberapa Muslim yang ternyata mencintai 'Yesus' sama besarnya dengan umat Kristiani. Saya juga akhirnya tahu bahwa kata 'Allah' adalah bahasa Arab yang artinya 'Tuhan' dan bahwa Yesus bukan tuhan seperti yang diyakini umat Kristiani, karena Yesus yang sama juga menyembah Tuhan yang sama seperti kita," tutur Ericka.
Sejak itu, rasa ingin tahu Ericka semakin besar. Ia mencari informasi tentang asal usul Alkitab dan para penyusun Alkitab. Ia menemukan banyak kontradiksi dan penyusun-penyusun Alkitab yang tidak jelas identitas dan kapabilitasnya. Ericka bahkan menemukan penyusun Alkitab yang bahkan tidak tahu Yesus, tap berani menulis tentang Yesus.
Pada awalnya, ada penolakan dalam hatinya untuk mengakui bahwa banyak hal-hal yang tak masuk akal dalam agama Kristen. "Sedih rasanya memikirkan bahwa kitab suci (Alkitab) saya yang suci dan sakral itu, yang buat saya adalah firman-firman Tuhan, ternyata banyak penyimpangan," ujar Ericka.
"Saya berdoa pada Tuhan yang Mahakuasa untuk membimbing saya, membiarkan saya melihat kebenaran, dan membawa saya untuk menyembah-Nya tanpa khawatir akan konsekuensi apapun," sambung Ericka.
Hal besar yang masih membuat Ericka ragu adalah pertanyaan mengapa Alkitab tidak menubuatkan tentang Nabi Muhammad Saw. Ia mencari bukti-bukti itu dan menemukan jawabannya; jika Alkitab memuat nubuat tentang Nabi Muhammad Saw, itu artinya Alkitab mengakui keberadaan Nabi Muhammad Saw dan Islam.
Ericka pun bertekad untuk lebih dalam mempelajari Islam. Ia membaca Al-Quran dan mengakui kemurnian Al-Quran sebagai perkataan yang langsung dari Allah Swt. "Saya menemukan bahwa Islam adalah agama yang benar dan logis, memberikan jawaban untuk kehidupan ini, dan Islam adalah agama yang damai dan membawa diri kita secara menyeluruh pada Allah," ungkap Ericka.
Setelah melalui pemikiran yang panjang, Ericka memutuskan untuk masuk Islam. Suami Ericka yang muslim, membantunya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah bersyahadat, Ericka merasa beban berat di pundaknya seketika lenyap. "Saya merasa bebas, bersih dan keyakinan yang penuh," tukas Ericka yang kemudian langsung mengenakan jilbab.
Ericka beruntung karena tidak mengalami kendala dari keluarganya yang Kristen. "Islam memberikan saya tuntunan hidup yang lengkap, kesempatan untuk lebih dekat pada Allah. Kesempatan untuk menerima rahmat-Nya, kesempatan untuk hidup di hari kemudian. Islam memberikan kedamaian dan memberikan penerang di jalan yang saya ikut," tandasnya.
Buat mereka yang belum mengenal Islam, Ericka berpesan, "Jangan takut untuk mempelajari Islam, paling tidak memahaminya dan jangan mengkritiknya. Anda akan paham jika Anda tahu sepenuhnya tentang Islam, dan jika Anda paham, Anda akan menghormati Islam. Teruslah mencari dan mintalah petunjuk Allah." (ln/oi)
Sumber: (Eramuslim.com)