Seputar Dunia dan Akhirat

Seputar Dunia dan Akhirat

Senin, 30 Mei 2011

Dituding Liberal dan Antek Amerika, Musdah Mulia Ancam Pidanakan Mahasiswi

Dituding Liberal dan Antek Amerika, Musdah Mulia Ancam Pidanakan Mahasiswi


Guru besar pemikiran politik Islam UIN Syarif Hidayatullah, Musdah Mulia, mengancam pidana pelecehan terhadap seorang mahasiswi Fakultas llmu Budaya Universitas Hasanuddin (Unhas), Umi Kaltsum yang menjadi peserta seminar di Gedung Mulo, Senin (30/5).
Ancaman yang dilayangkan Musda yang Wakil LSM Indonesia Conference of Religions and Peace itu karena Umi Kaltsum dianggap melakukan kritikan yang tak berdasar atas pendapat-pendapatnya saat memberikan materi di seminar perempuan tingkat nasional bertema "Adilkah Bangsa dan Agama Terhadapmu" di Gedung Mulo, Jl Sungai Saddang, Makassar.
"Hati-hati yah kalau adik berkata-kata, saya bisa tuntut anda pasal pelecehan jika anda mengkritisi saya seperti itu. Anda ini kan mengambil data dari Sabili dan Suara Islam. Kedua majalah ini bukan bacaan kaum intelektual. Kedua majalah itu kerja cuma menghina orang," kata Musdah yang profesor itu kepada Umi.
"Makanya baca dulu buku saya kalau mau berkomentar tentang saya. Jangan seenaknya aja mengkritik seperti itu," tambahnya.
Sebelumnya Umi menuding Musdah adalah sosok kontroversial dalam Islam karena dianggap sebagai antek Amerika yang liberal setelah pernah meraih nobel Internasional Women of Courage dari Menteri Luar Negeri AS Condolezza Rice di Washinton pada 8 Maret 2007 lalu, dan ia mendapat hadiah Rp 6 miliar.
Umi menilai, Musdah membuat draft kompilasi Hukum Islam pada tahun 2004 yang isinya menyebutkan, pernikahan bukan ibadah, perempuan boleh menikahkan dirinya sendiri, poligami haram, boleh menikah beda agama, boleh kawin kontrak, ijab kabul bukan rukun nikah, dan anak kecil bebas memilih agamanya sendiri. (pz/tribun)
copas/eramuslim.com

Mahasiswi Makassar: "Kawan-kawan, Musdah Mulia Adalah Orang Amerika!"

Mahasiswi Makassar: "Kawan-kawan, Musdah Mulia Adalah Orang Amerika!"



Seminar perempuan tingkat nasional bertema "Adilkah Bangsa dan Agama Terhadapmu" di Gedung Mulo, Jl Sungai Saddang, Makassar, Senin (30/5), seperti menjadi ajang penghakiman bagi Profesor Musdah Mulia, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Acara yang memang “panas” ini semakin panas ketika Umi Kultsum, Mahasiswi Unhas, melontarkan kritikan pedas kepada Musdah Mulia yang terkenal atas gagasan liberalnya dan sikapnya yang membawa nama Islam untuk mengizinkan perilaku homoseksualitas.
"Kawan-kawan sekalian, kita harus mempertanyakan sosok Prof Musdah yang kontroversial ini. Ia adalah orang Amerika. Ia adalah pendukung Amerika yang liberal," teriak Umi Kultsum yang juga tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (Unhas) angkatan 2006
Kekesalan dan emosi para peserta karena Musdah yang meraih penghargaan internasional dan uang senilai Rp 6 miliar dari AS itu dianggap telah memojokkan dan mengutak-atik ajaran Islam lantaran idealismenya yang pro Barat.
Suasana jadi kian tegang karena Musdah juga membalas kritikan mahasiswa dengan nada mengancam. Moderator kaget dan kewalahan mengendalikan jalannya diskusi.
"Hati-hati yah kalau adik berkata-kata, saya bisa tuntut anda pasal pelecehan jika anda mengkritisi saya seperti itu. Anda ini kan mengambil data dari Sabili dan Suara Islam. Kedua majalah ini bukan bacaan kaum intelektual. Kedua majalah itu kerja cuma menghina orang," kata Musdah sewot.
"Makanya baca dulu buku saya kalau mau berkomentar tentang saya. Jangan seenaknya aja mengkritik seperti itu," tambahnya mengelak.
Rata-rata peserta seminar adalah mahasiswi dari berbagai kampus di Kota Makassar. Juga terdapat anggota wanita dari Hizbut Tahrir dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Seminar berlangsung kian menegangkan karena diwarnai perdebatan dan hujatan dari peserta ke seorang pemateri Musdah Mulia.
Sebelumnya, Musdah Mulia didaulat sebagai pemateri oleh dua pemateri sebelumnya. Musdah dikenal sebagai profesor penerima nobel internasional tentang legalnya homoseksual. Peserta dari kalangan mahasiswi rata-rata satu suara mengkritisi pernyataan-pernyataan Musdah dianggap kontroversial. Suasana dalam ruangan layaknya unjuk rasa mahasiswi terhadap Musda.
Musdah Mulia memang terkenal sebagai sosok kontroversial. Dalam sebuah diskusi yang diadakan di Jakarta hari Kamis 27 maret 2008, tiba-tiba ia mengeluarkan pernyataan bahwa homoseksual dan homoseksualitas adalah kelaziman dan dibuat oleh Tuhan, dengan begitu diizinkan juga dalam agama Islam.
Tak hanya itu, Siti Musdah melanjutkan bahwa sarjana-sarjana Islam moderat mengatakan tidak ada pertimbangan untuk menolak homoseksual dalam Islam, dan bahwa pelarangan homoseks dan homoseksualitas hanya merupakan tendensi para ulama. (pz/trib/hid)
copas/eramuslim.com

Kamis, 26 Mei 2011

Fotografer Asal Swedia, Jalan Panjang Berliku Menuju Islam

Fotografer Asal Swedia, Jalan Panjang Berliku Menuju Islam


Sebelum mengenal Islam, Karlsson adalah seorang lelaki biasa yang tidak religius sama sekali. Ia mengaku sebagai tipikal orang yang materialistis. Tak pernah sedikit terlintas dalam pikirannya tentang keberadaan Tuhan.
"Saya menjalani kehidupan selama 25 tahun tanpa pernah benar-benar memikirkan tentang eksistensi Tuhan, atau hal-hal yang berkaitan dengan spiritual," ujar lelaki asal Swedia itu.
Tapi ia masih ingat kenangan masa kecilnya, saat masih duduk di kelas 7, pernah menulis cerita tentang akan seperti apa masa depan yang ingin dijalaninya kelak. Karlsson menggambarkan dirinya kelak sebagai seorang progammer komputer yang sukses--padahal saat itu ia tidak pernah menyentuh komputer--dan hidup dengan seorang istri yang muslim.
"Waktu itu, kata 'Muslim' buat saya adalah perempuan yang mengenakan baju panjang, longgar dan memakai jilbab. Tapi saya tidak tahu dari mana pikiran semacam itu datang dan melintas di kepala saya," ujarnya mengenang impian masa kecilnya.
Waktu berjalan. Karlsson menyelesaikan kuliahnya dan mulai bekerja. Ia sudah punya penghasilan sendiri dan pidah ke apartemen yang dibelinya. Kala itu, ia mulai menekuni minatnya pada dunia fotografi amatir dan aktif dalam kegiatan-kegiatan fotografi.
Karlsson mengaku tidak tahu persis bagaimana ceritanya sampai ia kemudian mengenal Islam. Menurutnya, semua terjadi begitu saja tanpa ia rencanakan. "Banyak hal yang saya sendiri tidak bisa menjelaskan, apa yang saya lakukan, dan mengapa saya melakukannya," ungkap Karlsson.
Ia melanjutkan, "Saya tidak bisa mengingatnya, mengapa saya menelpon Organisasi Informasi Islam di Swedia dan minta didata untuk berlangganan buletin yang mereka terbitkan, mengapa lalu saya membeli Al-Quran terjemahan dan membeli sebuah buku yang sangat bagus berjudul 'Islam: Our Faith'. Saya melakukannya begitu saja."
Setelah membaca seluruh terjemahan Al-Quran, Karlsson mengakui isi Al-Quran sangat indah dan logis. Tapi ia belum merasakan kehadiran Tuhan dalam hatinya.
Akhirnya Mengakui Tuhan
Setahun kemudian, ketika Karlsson berkunjung ke sebuah pulau cantik bernama Pretty Island, ia merasakan sesuatu yang sangat luar biasa dalam hatinya, saat memotret pemandangan musim gugur di pulau itu.
"Saya merasakan sebuah perasaan yang fantastis. Saya merasa seolah-olah saya kecil sekali di sesuatu yang sangat besar, alam semesta kepunyaan Allah ... Luar Biasa. Saya merasa betul-betul rileks dan bersemangat. Tiba-tiba saja saya merasakan kehadiran Tuhan kemanapun mata saya memandang. Saya belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya," kenang Karlsson.
Kenangan akan keindahan di pulau itu terus melekat hingga ia kembali ke rumah. Karlsson belum tergerak untuk mengenal Tuhan lebih delat. Suatu hari, sepulang kerja, Karlsson naik bis dan ia melihat sebagian besar penumpang bis tertidur. Sepanjang perjalanan, Karlsson menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah, gumpalan awan yang menebar warna merah muda dan oranye menyatu, menghadirkan sebuah lukisan yang membuat terpana siapa pun yang melihatnya.
"Selama beberapa menit saya merasakan kedamaian yang total dan sebuah pemahaman bahwa semua ini adalah hasil karya Tuhan. Saya sangat merindukan momen seperti ini terjadi lagi," ujar Karlsson.
Harapannya terwujud. Suatu bangun tidur di suatu pagi, ia merasakan pikirannya jernih sekali dan yang pertama melintas dalam pikirannya adalah bagaimana bersyukur pada Tuhan, bahwa Tuhan telah membangunkannya setiap pagi, memberikan harapan. "Rasanya alamiah saja, seolah saya sudah terbiasa melakukannya sepanjang hidup saya," ungkap Karlsson.
Sejak mengalami hal itu, Karlsson tidak lagi membantah keberadaan Tuhan. Sebagai orang yang selama 25 tahun menolak keberadaan Tuhan, ia mengakui, perubahan itu bukan perkara gampang baginya. Tapi setelah itu, Karlsson merasakan berbagai hal-hal yang luar biasa dialaminya. Ketika tinggal di AS untuk beberapa lama, Karlsson pun mulai berdoa, mulai belajar untuk fokus pada Tuhan dan mendengarkan apa kata hatinya. Puncaknya terjadi pada suatu akhir pekan yang indah di New York.
Nekad ke Masjid dan Bersyahadat
Karlsson datang ke sebuah masjid di New York dan berkenalan dengan beberapa muslim di masjid itu. Kekutan dan rasa khawatir yang ia rasakan sebelumnya saat akan masuk masjid, seketika sirna. Pengurus masjid memberinya bahan bacaan tentang Islam. Karlsson juga berkunjung ke rumah teman-teman muslim barunya, dan banyak berdiskusi dengan mereka.
"Apa yang mereka katakan, dan jawaban yang mereka berikan, semua masuk akal. Islam menjadi bagian penting dalam hidup saya. Saya pun mulai belajar salat dan mengikuti salat Jumat pertama saya ..."
"Saya menyelinap, duduk di barisan paling belakang. Saya tidak paham apa yang diucapkan imam, tapi saya menikmati khutbahnya. Setelah khutbah selesai, kami semua membuat barisan dan melaksanakan salat dua rakaat. Itulah salah satu pengalaman paling luar biasa yang saya pernah saya rasakan dalam perjalanan saya menuju Islam. Saya melihat sekitar 200 jamaah laki-laki, berserah diri sepenuhnya hanya pada satu Tuhan, memuji Tuhan, sungguh mengagumkan," tutur Karlsson yang saat itu belum juga memutuskan masuk Islam.
Suatu ketika, ia membaca buku berjudul “Twelve Hours” kisah seorang perempuan Inggris yang masuk Islam. Buku itulah yang benar-benar membawa perubahan bagi dirinya. Ia menangis saat membacanya, dan ia merasa bahwa ia tidak mau menengok ke belakang lagi, dan tidak akan menahan lagi keinginannya untuk memeluk Islam.
Liburan musim panas, Karlsson membulatkan tekadnya untuk menjadi seorang muslim. Hari pertama musim panas, udara masih terasa dingin. Karlsson mengurungkan niatnya untuk ke masjid dan menundanya sampai kondisi mulai menghangat.
Suatu pagi, langit nampak kelabu. Angin dingin berhembus, menembus jendela kamar tidur Karlsson, seakan membawa pesan untuknya, bahwa saatnya telah tiba dan ia tidak bisa menundanya terus. Karlsson beranjak dari tempat tidurnya, mandi, mengenakan pakaian bersih, menyambar kunci mobilnya dan mengarahkan kendaraannya ke masjid.
Di masjid, ia mendekati beberapa orang yang sedang berkumpul dan mengatakan niatnya untuk masuk Islam. Dan seusai salat Zuhur, seorang imam menuntunnya mengucapkan dua kalimat syahadat, disaksikan para pengunjung masjid. Setelah bersyahadat, ia diberi nama islami "Ibrahim".
"Alhamdulillah. Hati saya betul-betul lega. Apalagi keluarga dan semua teman menerima keislaman saya. Tentu saja mereka tidak bisa memahami semua yang lakukan setelah menjadi seorang muslim, seperti salat lima waktu, tidak makan daging babi, mereka pikir saya mempraktekkan sebuah tradisi yang asing, yang akan lenyap termakan zaman. Tapi saya akan membuktikan bahwa perkiraan mereka salah. Insya Allah," tandas Ibrahim Karlsson. (ln/PI)
(eramuslim.com)

Rabu, 25 Mei 2011

Berbuat Baik Kepada Tetangga (5)


 1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “wahai kaum muslimah, janganlah kalian merasa hina untuk member sesuatu kepada tetangga kalian, walaupun hanya kikil kambing.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Aisyah ra., ia berkata : saya bertanya : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya mempunyai dua tetangga, maka siapakah yang harus saya dahulukan? “Beliau menjawab : “Kepada tetangga yang lebih dekat pintunya.” (HR. Bukhari)

Berbuat Baik Kepada Tetangga (4)


Dari Abdullah bin Umar ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik teman disisi Allah adalah orang yang paling baik terhadap temannya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah orang yang paling baik terhadap tetangganya.” (HR. Tirmidzi)

Berbuat Baik Kepada Tetangga (3)


Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka tidak boleh mengganggu tetangganya. Dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata yang baik atau kalau tidak hendaklah dia diam!” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berbuat Baik Kepada Tetangga (2)


Dari Abu Dzar RA., ia berkata : “Rosulullah SAW bersabda : “Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak makanan yang berkuah, maka perbanyaklah airnya dan perhatikanlah tetanggamu!” (HR. Muslim)

Berbuat Baik Kepada Tetangga (1)


Dari Ibnu Umar dan Aisyah RA., mereka berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Malakat jibril selalu berpesan kepadaku untuk senantiasa berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku menyangka bahwa tetangga itu akan ikut mewarisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rabu, 18 Mei 2011

Menghapus Mental Blocks Untuk Berdagang

Menghapus Mental Blocks Untuk Berdagang




Sehari setelah diangkat menjadi Khalifah, Abu Bakar RA berangkat ke pasar dengan membawa barang dagangannya. Melihat hal ini Umar Bin Khattab RA yang bertemu Abu Bakar RA di tengah jalan menegurnya, “Mengapa engkau masih pergi ke pasar mengurusi perniagaanmu, sedangkan begitu banyak urusan negara yang perlu diselesaikan?” Mendengar ini Abu bakar RA tersenyum dan menjawab, “Untuk mempertahankan hidup keluargaku, aku harus bekerja...”
Dari permasalahan inilah kemudian para sahabat merumuskan bahwa Khalifah harus mendapatkan gaji yang wajar untuk mencukupi kehidupan diri dan keluarganya. Gaji pertama Abu Bakar saat itu adalah 2,500 Dirham setahun atau sekitar Rp 15 juta per bulan dengan harga Dirham saat ini—suatu tingkat gaji yang sekedar cukup tetapi tidak berlebihan.
Yang menarik untuk menjadi pelajaran disini adalah betapa generasi terbaik dari umat ini mereka juga berdagang, melalui berdagang-lah mereka mencukupi kehidupannya. Dan generasi seperti ini pula yang telah membawa Islam sampai ke Nusantara ini. Hanya karena kemudian kita sempat dijajah selama 450 tahun kumulatif antara Portugis dan Belanda—budaya berdagang tersebut telah sengaja di rusak oleh para penjajah.
Akibat pengrusakan yang berlangsung selama berabad-abad inilah yang kita rasakan hingga kini. Kalau kita tanyakan pada para lulusan terbaik perguruan tinggi di negeri ini dari kalangan pribumi misalnya, kecil sekali kemungkinannya mereka menjawab ingin berdagang setelah lulus. Hambatan ini kadang bukan berasal dari diri sendiri, tetapi dari masyarakat juga. Saya kenal ada suami istri yang keduanya insinyur kimia tetapi memilih berdagang sebagai mata pencahariannya, masyarakat sekitarnya yang tahu bahwa mereka keduanya adalah insinyur selalu heran—“loh insinyur-insinyur kok cuma berdagang ...?”
Persepsi masyarakat yang seolah berdagang adalah pekerjaan kelas dua dibandingkan dengan kerja kantoran atau di pabrik inilah yang kadang juga ikut menjadi penghalang tumbuhnya budaya berdagang yang baik di masyarakat.
Setelah mengetahui bunga bank di fatwakan Riba oleh Komisi Fatwa-MUI, saya belum bisa serta merta meninggalkan pekerjaan saya sebagai pucuk pimpinan perusahaan finansial besar yang masih konvensional, tetapi niat untuk mencari penghasilan yang tidak bersentuhan dengan riba itu begitu kuat.
Maka saya ajaklah istri dan anak-anak di rumah untuk mulai belajar berdagang. Saya ambil komoditi madu—karena begitu banyak cerita indah tentang madu ini di Al-Quran maupun hadits. Harapan saya waktu itu adalah rizki perdagangan madu inilah yang nantinya kami makan agar terjauh dari makanan yang bersentuhan dengan riba. Karena kami berdagang madu dari rumah, maka pada waktu di rumah saya juga sering melayani pembeli yang datang —saya tidak risih dengan pekerjaan ini karena inilah pekerjaan yang lebih halal dan lebih bersih— ketimbang pekerjaan saya di kantor yang masih bergelut dengan riba.
Tetapi masyarakat lingkungan kerja saya rupanya tidak menganggap ini biasa, di rumah saya ada satpam dari kantor yang memang ditugaskan untuk menjaga rumah-rumah direksi perusahaan—melalui satpam inilah kemudian menyebar di kantor suatu rumor yang seolah ‘aib’ bahwa “Pak Dirut kita kalau di rumah jualan madu...!” Padahal latihan jualan madu bersama istri dan anak-anak inilah yang kemudian membuat saya tidak sulit untuk mengambil keputusan meninggalkan jabatan tinggi lengkap dengan berbagai fasilitasnya untuk mulai berdagang secara full time.
Bagi Anda yang belum comfortable untuk berdagang—jangan kawatir, ini adalah penyakit kita semua awalnya. Penyakit yang berupa mental blocks yang membuat berdagang seolah berat, malu dan segala macam perasaan tidak nyaman lainnya. Ini adalah sebuah penyakit pikiran yang sengaja ditanam oleh para penjajah selama berabad-abad ketika mereka memilah-milah pekerjaan bagi penduduk di negeri jajahannya. Kaum minoritas yang mereka sebut Vreemde Oosterlingen —non pribumi dari kalangan Cina, India dan Arab diarahkan menjadi pedagang— sedangkan tokoh-tokoh masyarakat pribumi diarahkan menjadi priyayi atau pegawainya penjajah —supaya mereka yang berpengaruh terhadap mayoritas penduduk ini mudah dikendalikan dan tidak berontak. Lebih buruk lagi adalah yang menimpa mayoritas rakyat biasa, mereka dihancurkan jiwa dagangnya melalui cultuurstelsel selama 90 tahun— mereka harus menanam tanaman yang hasilnya tidak bisa dijual selain ke penjajah dengan harga yang tentu saja harga penjajah!
Karena merusaknya selama berabad-abad, maka sembuhnya juga akan memakan waktu —tentu diharapkan tidak perlu berabad-abad— tetapi tetap perlu ketekunan dan kesabaran. Untuk membantu proses recovery budaya berdagang inilah Al-Tijaarah Institute kami dirikan dan mulai membuka kelas berdagang setiap kamis sore dari habis ashar sampai magrib di komplek Bazaar Madinah—Depok. Kelas ini sifatnya umum, siapa saja boleh ikut dan tidak dipungut biaya.
Selain kelas yang kita usahakan rutin untuk umum ini, kami juga mengadakan kelas-kelas khusus sesuai permintaan untuk anak-anak sekolah dari TK sampai perguruan tinggi. Mereka bisa mengajukan permintaan secara berombongan antara 20 s/d 100 anak untuk kita adakan kelas khusus yang semuanya juga gratis!
Lantas apa yang kita latihkan untuk mereka ini? tergantung tingkatan pendidikannya—tetapi inti modul-modul di Al-Tijaarah Institute yang sudah siap antara lain terdiri dari :
  • Mengenal budaya berdagang dari Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam, para sahabat sampai pengikut-pengikutnya hingga para ulama pedagang pejuang di tanah air.
  • Mengenal syariat jual beli, apa-apa yang boleh dan apa-apa yang tidak boleh.
  • Mengenali jenis-jenis pekerjaan yang sesungguhnya ‘bersih’ dan pekerjaan yang sesungguhnya ‘kotor’ meskipun kelihatannya bersih.
  • Mengenal pasar : yang sudah ada dan yang seharusnya ada atau diadakan.
  • Teknik Mengasah ‘Batu’ Intan Berlian : Memilih barang dagangan, mengenalinya secara mendalami seluk-beluknya dan membangun cerita indah yang jujur tentang barang dagangan.
  • Pola pikir visual untuk membangun dan mengembangankan pasar.
  • Mengenal fungsi dan perlunya muhtasib dalam pengawasan pasar.
  • Brick and click market : Pasar fisik dan virtual serta synergy antar keduanya.
  • Dlsb.
Al-Tijaarah Institute tidak hanya pelajaran di kelas, tempatnya yang berhubungan langsung dengan Bazaar Madinah selain memberikan environment pasar , juga sekaligus bisa menjadi tempat praktek berdagang yang sesungguhnya.
Mudah-mudahan kontribusi kecil ini bisa menghapuskan mental blocks yang selama ini menghantui pikiran dari kebanyakan kita untuk terjun di dunia jual beli—yang di Al-Qur’an disebut sebagai salah satu lawan riba (yang satunya lagi adalah sedekah). Aamiin.
(eramuslim.com)

Membahayakan, India Larang Produksi dan Peredaran Pestisida

Membahayakan, India Larang Produksi dan Peredaran Pestisida
Rabu, 18 Mei 2011
Hidayatullah.com--Penyemprotan pestisida dinilai mengakibatkan peningkatan angka kematian dan kelahiran cacat. PBB sendiri telah memasukkan pestisida yang bersangkutan ke daftar polutan dan tidak boleh lagi digunakan.
Karena itu, Pengadilan Tinggi di India telah mengeluarkan perintah pelarangan produksi dan penjualan pestisida yang banyak digunakan di negeri itu.
Pestisida juga dinilai bisa menyebabkan kerusakan syaraf manusia dan merusak kehidupan liar dan dilarang beredar setidaknya dua bulan ke depan.

Menurut harian Daily Star, 18 Mei 2011, pengadilan tinggi juga telah memerintahkan instansi terkait untuk membuat laporan dalam waktu delapan bulan ke depan terkait dampak kerusakan dari endosulfan, pestisida yang dilarang tersebut, terhadap manusia dan lingkungan sekitar.

Keputusan yang diambil tersebut merupakan respons dari petisi yang dibuat untuk mendesak pemerintah melarang peredaran endosulfan di seluruh negeri. Padahal, endosulfan sendiri sangat luas digunakan di India untuk mengontrol hama yang mengancam tanaman buah, sayur, teh, kopi, kapas, dan tanaman lainnya.

Pada petisi itu disebutkan pula bahwa adanya peningkatan angka kematian dan kelahiran cacat di Kerala, kota di kawasan selatan India di mana endosulfan secara rutin disemprotkan dari udara pada tanaman.

Dikutip dari Daily Star, Sarosh Homi Kapadia, ketua pengadilan tinggi India telah meminta pemerintah untuk membentuk panel yang terdiri dari sejumlah pakar untuk mempelajari endosulfan dan merekomendasikan apakah pestisida itu perlu dilarang total atau dibiarkan sampai persediaan habis.

Pada pertemuan bulan lalu di Jenewa, perwakilan dari 127 negara-negara PBB juga telah sepakat untuk memasukkan endosulfan ke daftar polutan milik PBB. Selain itu, diputuskan pula bahwa 2012 merupakan batas akhir dari penggunaan endosulfan.

Sebagai informasi, saat ini India sendiri merupakan pemasok terbesar, yakni hingga 70 persen, kebutuhan endosulfan di seluruh dunia.*
Sumber : vvn
Rep: CR-3
Red: Cholis Akbar
(hidayatullah.com)

Harun Yahya Kembali "Menggoyang" Prancis

Harun Yahya Kembali "Menggoyang" Prancis

Empat tahun yang lalu Prancis sempat geger, karena sekolah-sekolah di negeri itu tiba-tiba menerima kiriman buku berjudul "Atlas of Creation" yang ditulis dan diterbitkan oleh Harun Yahya, seorang penulis dan ulama asal Istanbul, Turki. Kontan, menteri pendidikan Prancis memperingatkan para guru sekolah untuk tidak menggunakan buku tersebut, karena isinya dianggap bertentangan dengan standar pendidikan di Prancis yang berbasis pada konsep sekulerisme.
Dalam buku tersebut, Harun Yahya menolak Teori Darwin, yang selama ini diyakini dan disebarkan oleh masyarakat Barat sebagai teori evolusi manusia. Penolakan terhadap Teori Darwin inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa Prancis begitu gusar dan melarang buku Harun Yahya itu digunakan di sekolah-sekolah.
Tapi Harun Yahya tetap gencar menyebarkan penolakannya terhadap Teori Darwin, yang disebutnya sebagai teori yang tidak ilmiah dan sudah runtuh. Bulan ini, tim Harun Yahya malah menggelar sejumlah konferensi tentang pandangannya itu ke tujuh kota di Prancis, termasuk di Paris.
Di sebuah sekolah muslim di utara Paris, sekitar 100 siswa tekun mendengarkan penjelasan dua orang tim Harun Yahya tentang kesalahan-kesalahan teori evolusi. Mereka mengatakan, seorang muslim selayaknya tidak menerima teori itu.
"Manusia bukan keturunan kera (menurut Teori Darwin)," kata Ali Sadun dari tim Harun Yahya, yang membuat para siswa dan siswi sekolah itu tertawa cekikikan.
"Teori evolusi Charles Darwin, adalah teori yang mengklaim berbasis ilmiah untuk mendukung atheisme. Orang yang meyakini teori evolusi itu, tidak bisa menerima keberadaan Sang Pencipta ..."
"Kehidupan bukan sebagai akibat dari proses perubahan, kehidupan adalah hasil ciptaan sebuah kekuatan yang Maha Besar, yaitu Allah," sambung Sadun.
Setelah Sadun, pembicara lainnya adalah Avni Karahisar yang membeberkan tentang "mukzizat ilmu pengetahuan dalam kitab suci Al-Quran." Ia menjelaskan pada para siswa bahwa Al-Quran sudah lebih dulu memprediksi banyak penemuan-penemuan ilmiah modern, seperti teori Bing Bang dan orbit-orbit planet.
"Teknologi yang ada sekarang membuktikan kebenaran yang sudah dikabarkan Al-Quran sejak 1.400 tahun yang lalu, dan membuktikan dengan cara yang ajaib bahwa Al-Quran adalah kalam Allah Yang Mahakuasa," tukas Karahisar.
Untuk kali ini, kementerian pendidikan Prancis tidak punya otoritas untuk membubarkan acara yang digelar tim Harun Yahya itu, karena diselenggarakan di institusi swasta. Seorang guru di sekolah Islam itu mengatakan, "Sebagai sekolah Muslim, kami beruntung memiliki orang-orang yang memberikan kita perangkat untuk perdebatan ini." Menurutnya, para praktisi pendidikan di Prancis menyebut Harun Yahya sebagai fundamentalis Islam karena pandangan-pandangannya tentang penciptaan alam semesta dan manusia. Tapi guru tersebut menilai para praktisi pendidikan itulah yang sebenarnya para fundamentalis sekuleris.
Pandangan Harun Yahya tentang penciptaan alam semesta dan penolakannya terhadap Teori "evolusi" Darwin juga mengguncang kalangan ilmuwan sekuler di seluruh dunia. Banyak ilmuwan dari Eropa, Amerika bahkan dari Turki sendiri yang menertawakan dan mencemooh Harun Yahya. Mereka menilai Harun Yahya membuat banyak kesalahan dalam argumennya. Meski situasi itu tidak menggoyahkan para pengikut "teori" Harun Yahya dan penjualan bukunya tetap laris manis. (ln/EN)
(eramuslim.com)

Minggu, 08 Mei 2011

Jangan Salahkan Perampok Somalia, Mereka Mempertahankan Nyawa Untuk Hidup, Mana Perhatian Dunia???

Ikatan Iman, Sebab Perompak Somalia Memperlakukan Baik ABK Sinar Kudus


Di luar dugaan banyak pihak, perompakan yang dilakukan kelompok bersenjata Somalia terhadap Kapal Sinar Kudus menyimpan seribu satu ‘keanehan’. Dari penuturan para Anak Buah Kapal atau ABK Sinar Kudus yang semuanya selamat, ikatan iman ternyata menjadi hal utama kenapa para perompak memperlakukan tawanan dengan baik. Jauh seperti gambaran para perompak umumnya terhadap para tawanan.
Hal tersebut disampaikan sejumlah tawanan yang semuanya selamat tiba di Indonesia pada Jumat lalu. Sejumlah pengalaman yang mungkin di luar nalar pun mereka tuturkan. Dan hal tersebut berlangsung sejak awal perompak memasuki kapal MV Sinar Kudus.
Seperti yang dituturkan kapten kapal Slamet Jauhari kepada wartawan setibanya di tanah air. Menurut Slamet, ketika perompak memasuki kapal Sinar Kudus setelah sebelumnya meneror dengan sejumlah tembakan peringatan, beberapa orang di antara mereka langsung memperlihatkan wajah penyesalan.
Mereka tidak mengira kalau kapal yang mereka sergap adalah milik Indonesia yang menurut mereka ‘saudara’ sesama muslim. Saat itu mereka mengatakan, “No problem! No problem!” Mereka pun langsung berdebat sengit satu sama lain, seperti saling menyalahkan.
Para perompak mengucapkan permohonan maaf. Tapi karena sudah terlanjur berada di kapal Sinar Kudus, para perompak meminta bantuan kapten untuk menjadikan kapal tersebut sebagai kendaraan ke kapal lain yang lewat di kawasan teluk Aden. Karena tak punya pilihan, kapten Slamet pun mengikuti permintaan para perompak.
Saat itu, para ABK merasa lega karena mereka bukan target perompakan. Tapi, hari itu, tak satu pun kapal lewat. Begitu pun di hari kedua, dan hal yang sama pada hari ketiga dan seterusnya.
Pada hari-hari berikutnya, para perompak akhirnya memutuskan untuk membajak kapal yang sudah mereka kuasai itu. Dan mereka pun meminta bantuan awak untuk menyampaikan harga tebusan.
Menariknya, selama penantian negosiasi antara pihak perompak dengan pemerintah Indonesia, para ABK dengan perompak seperti tidak terlihat adanya permusuhan. Tak seorang pun dari ABK yang dipukul, bahkan diikat.
Hal yang mungkin tidak bisa masuk ke nalar orang selain muslim, antara perompak dan ABK terjalin hubungan ‘kekeluargaan’ selama 46 hari masa penyanderaan. Antara lain, seperti yang dituturkan salah seorang ABK, Hari Suhairi kepada wartawan, antara perompak dan ABK yang berjumlah dua puluh orang biasa melaksanakan shalat Maghrib dan Isya berjamaah. Mereka pun bahkan bertadarus Alquran bersama-sama di waktu malam.
Saat-saat seperti itulah terjalin komunikasi kekeluargaan antara ABK dengan para perompak yang berjumlah sekitar tiga puluhan orang. Di antara para perompak itu menuturkan kalau mereka terpaksa melakukan tindakan yang mereka akui sebagai sebuah keburukan. Hal itu karena mereka terpaksa di tengah kemiskinan hidup warga Somalia saat ini.
Dari segi penampilan, wajah miskin mereka memang terlihat jelas. Antara lain, postur mereka yang umumnya kurus-kurus, baju yang agak compang-camping, ketidakaturan hidup seperti membuang sampah sembarangan, tingkat pendidikan yang kurang memadai, dan sebagainya. Tapi, di balik itu semua, mereka tidak bisa menyembunyikan kepolosan mereka sebagai seorang muslim yang terjebak dalam kemiskinan struktural di Somalia.
Begitu pun ketika uang tebusan telah mereka terima. Para perompak tidak langsung membawa tas berisi uang ke lokasi markas mereka. Dengan santai, mereka membagi-bagikan uang tersebut saat masih berada di kapal Sinar Kudus.
Setelah sepertinya uang diterima dengan rata, para perompak turun dari kapal dengan tidak serempak, tapi kelompok demi kelompok ke tempat tinggal mereka masing-masing. “Yah, seperti angkot yang menurunkan penumpang satu per satu ke tempat tujuan,” ujar salah seorang ABK yang masih memperlihatkan keheranannya.
Dan saking miskinnya, para perompak mengambil apa saja yang dimiliki para ABK. Mulai dari baju termasuk pakaian dalam, perlengkapan elektronik, sepatu termasuk sandal butut ABK, dan lain-lain. mh
(eramuslim.com)

Kamis, 05 Mei 2011

Lalu Untuk Apa Ibas Yudhoyono Ke Al Zaytun?

Lalu Untuk Apa Ibas Yudhoyono Ke Al Zaytun?


Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono yang akrab disapa Ibas, di Jakarta, menepis tuduhan yang menuding dirinya berkaitan dengan kelompok tertentu yang mengatasnamakan "Negara Islam Indonesia" (NII).
Tuduhan itu lahir setelah ia bersama Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat dikabarkan mengunjungi pondok pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, pada 17 Maret silam.
"Memang benar saya mendampingi Ketua Umum Partai Demokrat, Mas Anas Urbaningrum dari DPP PD yang mengagendakan kunjungan ke Al Zaytun beberapa waktu lalu," kata putera kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.
Tetapi Ibas menegaskan kunjungan itu merupakan sebuah kunjungan biasa yang diagendakan juga untuk mengunjungi beberapa pondok pesantren lain di Jawa Barat.
"Tidak benar sama sekali jika silaturahmi DPP Partai Demokrat dikaitkan dengan NII, apa lagi mendukung NII karena silaturahmi ke pondok pesantren sering diagendakan DPP PD di wilayah lain di Indonesia," tegas Ibas.
Ia sebaliknya mendesak agar pelanggaran terkait NII yang menodai dan melanggar Negara Kesatuan Republik Indonesia, ditindak dengan tegas.
"NII jelas bertentangan dengan pilar NKRI. Insya Allah Partai Demokrat akan terus menjalankan dan mengamalkan pilar NKRI," pungkasnya.
Namun teka-teki kaitan Ibas, Partai Demokrat bertandang ke Al Zaytun masih terus bergulir. Belum ada konfirmasi detail dari Partai Demokrat terkait hal itu.
Sebelumnya Imam Supriyatno, mantan petinggi NII membeberkan bahwa dalam safari ke Al-Zaytun, Partai Demokrat memberikan sumbangan kepada Pondok Pesantren Al Zaytun US$10 Ribu, yang diserahkan langsung oleh Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dihadapan petinggi lainnya Partai Demokrat saat mengunjungi Al Zaytun.
"Sumbangan sebesar 10 ribu dollar Amerika itu diserahkan langsung oleh Anas Urbaningrum kepada pimpinan pondok pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang, saat berkunjung ke Al Zaytun, sekitar tanggal 16 Maret 2011 lalu," kata Imam. (pz/an/inlh)
(eramuslim.com)

Menteri Negara Bagian Australia Dukung Wanita Muslim Kenakan Cadar

Menteri Negara Bagian Australia Dukung Wanita Muslim Kenakan Cadar

Perempuan Muslim yang memilih mengenakan burqa yang menutupi wajah, sebaiknya diberi hak untuk melakukan apa yang mereka sukai, kata menteri urusan multikultural Victoria, Nick Kotsiras.
Nick Kotsiras juga memuji masyarakat Sudan yang telah datang di bawah pengawasan pasca terjadinya aksi kerusuhan jalanan setelah kontes kecantikan bulan lalu. ''Kita tidak punya masalah dengan warga Sudan di Australia - atau di Melbourne. Ada 8.000 warga Sudan yang tinggal di Victoria, mayoritas adalah pekerja keras, warga negara yang taat hukum,'' katanya kepada The Age.
Dalam mempertahankan semangat keragaman budaya, Kotsiras mengatakan insiden kekerasan bukan contoh disharmoni sosial yang dibawa oleh pendatang baru dari Afrika. Dan mereka yang melanggar hukum tetap harus dihukum,''Anda tidak bisa mengatakan itu semua kesalahan masyarakat komunitas tertentu.
Terkait debat internasional tentang pelarangan burqa, yang diambil oleh beberapa rekan federal koalisinya, Kotsiras berkata:''Jika seseorang ingin memakai burqa, maka mereka harus diizinkan untuk mengenakan burqa. Saya tidak percaya bahwa seseorang harus dipaksa untuk memakai setiap item tertentu dari sebuah pakaian, tapi itu semua ada dalam budaya. Jika seseorang ingin memakai burqa, saya tidak melihat adanya masalah dalam hal itu.''
Kotsiras, yang tiba di Australia sebagai anak seorang migran dari Yunani pada awal tahun 1960, mengakui bahwa semua gelombang pendatang baru ke Australia menghadapi tantangan yang berkaitan dengan isu-isu seperti pekerjaan dan aksi pemuda.
Tapi ia berharap inisiatif dalam anggaran negara untuk sebuah unit baru di Departemennya diharapkan bisa membantu mengkoordinasikan kebijakan untuk pengungsi baru dan migran antar pemerintah daerah, negara bagian dan federal sehingga akan mengidentifikasi kesenjangan layanan.
''Kami membuka tangan kami untuk pendatang baru tetapi sekarang ini adalah tentang bagaimana membantu mereka menetap di negara baru,'' kata Kotsiras, yang juga Menteri Kewarganegaraan.(fq/theage)
(eramuslim.com)

26 Penyebab Merajalelanya Kesesatan di Indonesia (3)

26 Penyebab Merajalelanya Kesesatan di Indonesia (3)

Oleh Hartono Ahmad Jaiz

TB Fithrah Bekasi HP. 081319510114, Srby 08123125427

Penyebab ke 21 telah kita bahas. Yaitu: Adat yang rawan bid’ah dan kemusyrikan. Ada saat-saat tertentu yang menjadi adat dan musim untuk diadakan perayaan atau peringatan ini dan itu yang tidak ada dasarnya dalam Islam. Juga ada musim-musim yang mereka jadikan hari-hari untuk beramai-ramai berdatangan ke kubur-kubur lebih-lebih kuburan yang mereka anggap sebagai kuburan wali atau kuburan keramat.
Mari kita lanjutkan penyebab berikutnya:
22. Oknum-oknum missionaries kesesatan.
Adanya kelompok tertentu yang oknum-oknumnya dikenal dan diakui sebagai missionaries aliran sesat Syi’ah. Ada kedekatan kepentingan dari oknum-oknum yang dibiarkan oleh kelompoknya itu untuk mendukung dan membiarkan merajalelanya aliran sesat Syi’ah di Indonesia.
Satu sisi untuk mempertahankan apa yang mereka klaim sebagai keturunan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dengan Fathimah puteri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga memiliki jalur keturunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sementara itu aliran sesat Syi’ah yang orang-orang ghulatnya (ekstrimnya) sampai dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu karena mereka menganggap bahwa Ali radhiyallahu ‘anhu itu adalah titisan Tuhan dengan sebutan “Anta, Anta” (Engkau, Engkau, maksudnya adalah jelmaan Tuhan), justru mengobarkan cintanya kepada Ali radhiyallahu ‘anhu dengan ghuluw (ekstrim) pula.
Contoh nyata, nyanyian ya Thaybah yang didendangkan penyanyi Hadad Alwi di Indonesia mengandung pujaan ghuluw terhadap Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

Berikut ini mari kita simak:
Mengenai nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar) itu juga nyanyian, hanya berbahasa Arab. Kalau nyanyian berbahasa Indonesia, Inggeris atau lainnya yang biasanya berkisar tentang cinta, pacaran dan sebagainya, misalnya dinyanyikan di masjid, orang sudah langsung faham bahwa itu tidak boleh.
Nyanyian cinta-pacaran seperti itu justru kesalahannya jelas. Orang langsung tahu. Sebaliknya, kalau nyanyiannya itu seperti Ya Thoybah, kalau itu mengandung kesalahan (dan memang demikian), justru orang tidak mudah untuk menyalahkannya. Karena dia berbahasa Arab, dan menyebut nama sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyebut Al-Quran dan sebagainya.
Padahal, nyanyian Ya Thoybah itu justru isinya berbahaya bagi Islam, karena ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Berikut ini kutipan bait yang ghuluw dari nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar):
Ya 'Aliyya bna Abii Thoolib Minkum mashdarul mawaahib.
Artinya: "Wahai Ali bin Abi Thalib, darimulah sumber keutamaan-keutamaan (anugerah-anugerah atau bakat-bakat)."
Bagaimanapun, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah manusia biasa, bukan Tuhan. Di dalam nyanyian itu sampai disanjung sebegitu, dianggap, dari Ali lah sumber anugerah-anugerah atau bakat-bakat atau keutamaan-keutamaan. Ini sangat berlebihan alias ghuluw.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّينِ
Artinya: "Jauhilah olehmu ghuluw (berlebih-lebihan), karena sesungguhnya rusaknya orang sebelum kalian itu hanyalah karena ghuluw –berlebih-lebihan-- dalam agama." (HR Ahmad, An-Nasaai, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dari Ibnu Abbas, Shahih).

Ali ra sendiri pernah disikapi seperti itu. Abdullah bin Saba', pendeta Yahudi dari Yaman yang pura-pura masuk Islam, bekata kepada Ali: "Engkau lah Allah". Maka Ali bermaksud membunuhnya, namun dilarang oleh Ibnu Abbas. Kemudian Ali cukup membuangnya ke Madain (Iran). Dalam riwayat lain, Abdullah bin Saba' disuruh bertaubat namun tidak mau. Maka ia lalu dibakar oleh Ali (dalam suatu riwayat). (lihat Rijal Al-Kusyi, hal 106-108, 305; seperti dikutip KH Drs Moh Dawam Anwar, Mengapa Kita Menolak Syi'ah, LPPI Jakarta, cetakan II, 1998, hal 5-6).
Rupanya antek-antek Abdullah bin Saba' kini berleluasa menyebarkan missinya.
Kelompok yang oknum-oknumnya diakui sebagai para pendukung tersebarnya aliran sesat di Indonesia itu juga merupakan kelompok yang ghuluw dalam menyanjung Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya adalah nyanyian mereka dalam pengajian-pengajian yang dikenal dengan nyanyian Ya Robbi bil Mushtofaa.
Nyanyian yang satu ini dikhawatirkan menjurus kepada syirik (kemusyrikan, menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala), kalau lafal bil (dari Yaa Robbi bil-Mushtofaa) itu dimaksudkan untuk sumpah, artinya demi (Rasul) pilihan (Mu). Sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ. (الترمذي)
"Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka sungguh ia telah musyrik (menyekutukan Alah)." (HR At-Tirmidzi dalam bab iman dan nadzar, kata Abu Isa, hadits ini hasan).
Terlarang pula bila lafal bil (dari Yaa Robbi bil-Mushtofaa) itu dimaksudkan untuk sababiyah atau perantara, karena berarti menjadikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sudah wafat sebagai perantara (wasilah) kepada Allah. Itu terlarang. Karena hal itu termasuk ibadah. Sedang ibadah harus tauqifi, berdasarkan dalil. Karena tak ada dalilnya yang membolehkan, maka para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bertawassul dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sudah wafat.
Adapun minta didoakan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika orang yang diminta itu masih hidup atau tawassul ketika orangnya masih hidup, maka tidak terlarang.
Kalau ada yang minta hadits larangan bertawassul dengan dzat makhluk, dalam hal ini isi dari syair Ya Robbibil, sebenarnya sudah jelas dalam keterangan di atas. Namun agar lebih jelas, kami kutipkan hadits:

رَوَى الطبراني فِي مُعْجَمِهِ الْكَبِيرِ { أَنَّهُ كَانَ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنَافِقٌ يُؤْذِي الْمُؤْمِنِينَ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ : قُومُوا بِنَا لِنَسْتَغِيثَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ هَذَا الْمُنَافِقِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنَّهُ لَا يُسْتَغَاثُ بِي وَإِنَّمَا يُسْتَغَاثُ بِاَللَّهِ }
Thabrani meriwayatkan di dalam kitabnya, Mu’jam Al-Kabir: Bahwa dulu pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada seorang munafiq (Abdullah bin Ubay) menyakiti/ mengganggu orang-orang mukmin, maka Abu Bakar berkata: Bangkitlah dengan kami, kami akan minta tolong kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari (gangguan) munafiq ini. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku tidak (boleh) dimintai tolong, dan sesungguhnya hanya Allah lah yang dimintai tolong.” (Disebutkan oleh al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaaid 10/159 dan ia berkata: Diriwayatkan oleh Thabrani sedang para periwayatnya shahih selain Ibnu Lahi’ah dan hadits ini hasan).
Dalam kitab Fathul Majid dikomentari, Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu adalah nash/ teks bahwasanya tidak (boleh) minta tolong kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga orang lainnya. Beliau membenci perbuatan ini sebenarnya, walaupun beliau termasuk mampu mengerjakannya (memberi pertolongan) dalam hidupnya (tetapi ini) sebagai penjagaan akan terjauhnya Tauhid, dan menutup jalan ke arah bahaya syirik, dan adab serta tawadhu’ kepada Tuhannya, dan memberikan peringatan kepada ummatnya tentang sarana-sarana kemusyrikan dalam ucapan dan perbuatan.
Kalau dalam hal yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mampu mengerjakannya ketika hidupnya saja (beliau tidak membolehkan), maka bagaimana beliau akan membolehkan untuk minta tolong (diperantarakan kepada Allah, misalnya) setelah beliau wafat, dan dimintai untuk mengerjakan hal-hal yang beliau tidak mampu atasnya kecuali Allah saja yang mampu mengerjakannya? Sebagaimana telah dilakukan oleh lisan-lisan sebagian banyak penyair seperti Al-Bushiri, Al-Bara’i dan lainnya, yang beristighotsah (minta tolong) kepada orang yang tidak memiliki manfaat dan mudhorot pada dirinya sendiri...( Fathul Majid, hal. 196-197).

Secara pasti, ibadah itu harus ada dalilnya (ayat Al-Quran atau Hadits yang shahih) atau ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (kesepakatan Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Dalam kasus ini, sya’ir itu tidak sesuai dengan dalil, seperti uraian tersebut di atas, dan tidak pernah ada contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun para sahabatnya.
Ibadah saja mesti ada dalilnya atau contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedang sya’ir Ya Rabbi bil Musthofaa... itu menyangkut aqidah, maka dalilnya untuk membolehkannya harus jelas. Ternyata tidak ada dalil yang membolehkan secara jelas, yang ada justru isi dan bentuk sya’ir itu bertentangan dengan dalil aqidah yang benar.
Jadi pertanyaan yang mestinya diajukan adalah: Mana hadits yang membolehkan atau membenarkan isi sya’ir itu, bukan mana haditsnya yang melarang. Karena isi sya’ir itu menyangkut aqidah, yang dalam hal aturannya justru lebih ketat dibanding ibadah. Apalagi isi sya’ir itu sudah tidak sesuai dengan aqidah yang benar.
Masalah ulama tidak tahu atau tahu tetapi tidak menyatakan bahwa itu salah, ini hal yang sering diungkapkan orang dalam berbagai kesempatan. Namun yang jelas, agama itu landasannya adalah dalil (ayat Al-Quran atau Hadits yang shahih) dengan pemahaman yang sesuai dengan penjelasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabatnya, tabi’in, dan tabi’it tabi’in. Di sinilah pentingnya mempelajari agama, agar tidak hanya mengikuti apa kata orang, walau disebut ulama. Insya Allah kalau menempuh jalan seperti ini, kita akan selamat. Amien.
Demikian pula sholawat Badar, di sana ada lafal bil haadii Rasuulillaah. Itu sama dengan keterangan tersebut di atas. (lebih jelasnya, baca buku Tasawuf Belitan Iblis, Darul Falah, Jakarta, 1422H, atau Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2002, atau Tarekat Tasawuf Tahlilan dan Maulidan, WIP Solo, 2007).
Dalam kasus ini antara pendukung Syi’ah dan orang Syi’ah ada kesamaan dalam hal ghuluw (melampaui batas) dan sama-sama dalam hal nyanyian yang mereka nyanyikan di masjid-masjid dan tempat-tempat pengajian mereka. Yang kelompoknya ada oknum-oknum pendukung Syi’ah menggemakan Ya Rabbi bil, sedang yang orang Syi’ahnya menyanyikan Ya Thaiba.
Kalau dibentuk peta, maka bisa digambarkan: Syi’ah dalam hal menyelewengkan aqidah Islam dan merusak Islam berteman atau didukung oleh kelompok-kelompok sesat di mana saja yang merusak Islam. Dalam kasus ini, kelompok pengusung bid’ah menjadi pendukung Syi’ah. Dan di tempat lain gambaran jelasnya seperti ini:
Yahudi dan Syi’ah
Para peneliti Syi‘ah menyimpulkan, bahwa jika diperas doktrin Syi‘ah, maka sisa ampasnya adalah Yahudi. Prof. H.M.Rasjidi dalam terjemahannya terhadap buku ”Hakikat Akidah Syi‘ah” (‘Aqa’idus-Syi‘ah fil-Mizan) karya Dr. Muhammad Kamil al-Hasyimi, menulis: ”Orang-orang Majusi Persia dan orang-orang Yahudi, sepanjang sejarah selalu merupakan kelompok yang memfitnah ummat Islam. Tak ada satu bencana yang menimpa ummat Islam, kecuali di belakangnya ada Yahudi dan Syi’ah.” (Al-Hasyimi, Jakarta:1989,hal.176).

23. Dakwah dan ilmu disampaikan bukan oleh ahlinya, masih pula dengan aneka kerawanan yang melingkupinya.
Kelompok yang sudah dinyatakan sesat oleh ulama, atau secara ilmu memang sesat, justru seringkali propagandanya disebarkan dengan gencar secara sistematis. Dirancang dan didanai, masih pula dengan sarana-sarana yang memadai, bahkan sampai media massa pun dikuasai atau dimiliki. Itu satu jenis yang tentu saja merusak Islam, karena propagandanya itu sendiri adalah kesesatan.
Jenis lain, kelompok yang semangat dakwahnya tinggi, bahkan ke mana-mana, namun tidak memiliki ilmu yang memadai, bahkan manhaj (sistem pemahaman)nya pun rancu. Hingga ketika mereka melakukan apa yang mereka maksud yaitu mendakwahkan Islam, apa yang terjadi? Ibarat menanam pohon singkong tetapi menancapkannya terbalik-balik. Tidak tahu mana ujung yang di atas, dan mana yang harus ditancapkan ke tanah.
Akibatnya, tanah yang ditanami itu sudah jadi padat karena dia injak-injak, sedang pohon singkong yang ditanamnya itupun tak berguna karena terbalik-balik. Kalau diulangi oleh orang yang tahu, maka dua kali kerja, lebih sulit dan menyesakkan dada, karena harus meneliti satu persatu pohon, kemudian menancapkannya lagi ke tanah dengan betul. Seandainya dia tidak usah ikut-ikut menanam, dan mengetahui lebih dulu cara menanam, baru setelah faham betul maka baru praktek menanam, maka tidak merepotkan. Tetapi karena caranya adalah praktek tanpa ilmu, maka merugikan aneka pihak. Anehnya, kalau diingatkan, malah bisa-bisa lebih galakan mereka, menurut bahasa Betawi Jakarta. Inilah yang menyedihkan.
Semangat dakwah yang tidak dilandasi ilmu, dan modal pengertian yang rancu tetapi ditularkan kepada umat, sedang umat ini kebanyakan awam agama, maka bisa dibayangkan. Betapa carut marutnya. Orang yang mengetahui petanya secara persis, akan mengelus dada. Kalau diingatkan, mereka malah memusuhi. Kalau didiamkan, mereka tetap berjalan dalam kerusakan. Sementara itu pihak-pihak yang sesat tadi secara gencar mencari mangsa. Maka bertabrakanlah antara tiga pihak.
Pihak yang mengerti agama secara baik, dan jumlahnya sangat sedikit, berhadapan dengan pihak aliran sesat dengan aneka aliran yang macam-macam, masih pula berhadapan dengan pihak-pihak yang bersemangat dakwah namun tanpa ilmu dan manhaj yang benar. Kemudian umat yang akan diselamatkan ini justru karena aneka kondisi keawamannya, tidak tahu atau bahkan tak mau tahu bahwa mereka akan dibantu diselamatkan oleh orang yang faham agama dengan manhaj yang benar itu. Akibatnya, pihak yang satu ini (faham agama dan manhajnya benar) justru dilawan oleh aneka pihak itu plus orang-orang awam. Bahkan tempo-tempo digerakkan oleh pihak-pihak tertentu untuk dilawan ramai-ramai. (bersambung, insya Allah).
(eramuslim.com)

BBC: Air Zam Zam Mengandung Racun Dijual di Inggris

BBC: Air Zam Zam Mengandung Racun Dijual di Inggris

Media Inggris BBC mengklaim menemukan air Zam Zam yang sudah terkontaminasi dengan arsenik dijual secara ilegal di sejumlah toko yang menjual barang-barang kebutuhan untuk Muslim.
Air Zam Zam berasal dari Makkah Arab Saudi, oleh umat Islam merupakan air yang dianggap suci. Mereka yang berkunjung ke Saudi, boleh membawa air Zam Zam sebagai oleh-oleh dengan jumlah yang sudah dibatasi oleh pemerintah Saudi, tapi tidak boleh diekspor untuk keperluan komersial.
Menurut BBC, seorang peneliti yang menyamar, menemukan botol air Zam-Zam dalam jumlah besar dijual di kawasan London timur dan selatan, dan di Luton. Sementara hasil investigasi BBC menyebutkan bahwa air Zam Zam dalam kemasan botol banyak dijual di toko-toko di kawasan Wandsworth, barat daya London dan di Upon Park, London timur, Luton dan Bedfordshire.
Presiden Association of Public Analyst (APA), menurut BBC, mengatakan bahwa ia tidak akan merekomendasikan masyarakat untuk minum air Zam Zam dalam kemasan itu. "Minuman itu beracun, secara khusus karena mengandung arsenik dalam kadar tinggi, yaitu zat carcinogen yang bisa menyebabkan penyakit kanker," kata Dr. Duncan Campbell, presiden APA.
Tahun 2010, Food Standards Agency di Inggris mengingatkan konsumen untuk menghindari minuman dalam kemasan yang diklaim berasal dari tempat tertentu, yang menurut lembaga itu masih meragukan.
BBC dalam investigasinya mengklaim, sudah membandingkan air Zam Zam yang diambil langsung dari sumur Zam Zam dan air Zam Zam dalam kemasan yang dijual di Makkah dengan air Zam Zam dalam kemasan yang dijual secara ilegal di Inggris.
Setelah diteliti dan dibandingkan, menurut BBC, air Zam Zam yang berasal dari Makkah mengandung nitrat dan kemungkinan bakteri berbahaya serta menemukan kadar arsenik, tiga kali lebih tinggi dibandingkan batas maksimum yang dibolehkan. Kandungan zat itu juga terdapat dalam air Zam Zam kemasan yang dijual di Inggris.
Laporan BBC ini bisa menjadi isu sensitif bagi umat Islam. Dr. Yunes Ramadan Teinaz, seorang ahli kesehatan lingkungan, sebelumnya sudah mengingatkan agar hati-hati mengangkat isu air Zam Zam. "Karena ini adalah masalah yang sensitif. Muslim menganggap air Zam Zam sebagai air suci. Mereka akan sulit menerima, jika disebutkan air itu terkontaminasi," kata Ramadan Teinaz.
Meski demikian, ia menilai pemerintah Arab Saudi dan pemerintah Inggris untuk mengambil tindakan atas persoalan ini. Kedubes Saudi di London, menolak berkomentar atas laporan BBC air Zam Zam ini. (ln/bbc)
(eramuslim.com)

Minggu, 01 Mei 2011

26 Penyebab Merajalelanya Kesesatan di Indonesia (2)

26 Penyebab Merajalelanya Kesesatan di Indonesia (2)

Oleh Hartono Ahmad Jaiz

Oleh Hartono Ahmad Jaiz

Penyebab yang ke tujuh telah kita bahas pada tulisan yang lalu, yakni Memberi cap buruk dan memusuhi dakwah sunnah. Mari kita lanjutkan penyebab selanjutnya berikut ini:
8. Mendahulukan kepentingan kelompok, bukan mendukung agama.
Kalau sudah seperti itu keadaannya, maka jangan salahkan siapa-siapa bila bencana pun menimpa bangsa ini. Karena ternyata yang mereka perjuangkan, mereka dukung, bukan agama dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, tetapi justru kepentingan hawa nafsu mereka secara bersama-sama.
Apabila ada kepentingan agama berhadapan dengan kepentingan kelompok ataupun diri mereka, maka lebih didahulukan kepentingan kelompok atau diri mereka. Bila ada bencana misalnya, maka kelompok-kelompok yang menyumbang, mendirikan posko-posko di tempat bencana akan lebih menonjolkan bendera kelompoknya. Sebenarnya menyumbang korban bencana itu adalah melaksanakan ajaran agama. Namun ketika tujuannya lebih kepada sarana menonjolkan kelompoknya, maka bukan untuk wajah Allah. (Ini tentu saja bukan memukul rata, namun sekadar sebagai tawashau bilhaq saja).
9. Menolak nasihat dengan melontarkan cap buruk.
Peringatan seperti tersebut di atas pun bisa-bisa mereka jadikan bukti bahwa ini tidak sesuai dengan kebebasan ini dan itu. Atau paling gampang, mereka menuduh, suara seperti ini adalah bukti bahwa datangnya dari kelompok yang mengaku agamanya sendiri sajalah yang benar, dan yang lain salah. Cap buruk yang mereka lontarkan kepada pemberi nasihat itu tidak mengagetkan, karena hanya lagu lama. Tuduhan semacam itu sebenarnya hanya menirukan orang-orang durhaka zaman dahulu. Misalnya kaum terlaknat yang melakukan pelanggaran yang belum pernah dilakukan orang sebelumnya yakni kaum Nabi Luth as yang berhomoseks/ liwath, justru ketika diingatkan oleh Nabi Luth ‘alaihis salam, mereka malah mengejek Nabi Luth ‘alaihis salam sebagai orang yang semuci suci:
فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوا ءَالَ لُوطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ(56)
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: "Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda`wakan dirinya) bersih". (QS An-Naml/ 27: 56).
Dalam kenyataan sekarang, orang-orang sesat dari kaum liberal, aliran sesat, pelaku bid’ah dan semacamnya, bila mereka diperingatkan, justru mereka membalikkan perkataan dengan aneka ejekan yang memojokkan, menirukan kaum Nabi Luth ‘alaihis salam itu. Bahkan saking semangatnya untuk memojokkan orang yang mendakwahkan Sunnah, para pencibirnya itu sampai meminjam istilah dari Kristen ditimpakan kepada Muslim Sunni (ahlus sunnah --salafi) sebagai orang-orang skripturalis.
Padahal, skripturalis itu maknanya adalah orang-orang yang pemahamannya injili, di kalangan orang-orang Kristen. Kurang puas, maka ditimpakan lafal ganda, yaitu tekstualis skripturalis. Masih pula kadang ditambahi dengan lafal julukan “berpandangan sempit”, tidak mengadaptasi pada budaya local dan lingkungan setempat. Kurang lebihnya ya menirukan kaum Nabi Luth ‘alaihis salam dalam mengemukakan dalih-dalih untuk mengejek orang yang menunjuki kebenaran. Lalu mereka puji, apa yang mereka lakukan sebagai kontekstual, berwawasan luas, mengadaptasi budaya local dan lingkungan serta menghargai akal. Padahal dalam kenyataan justru menyeleweng dari nash/ teks, dan mendewakan akal, menjajakan dan mendukung bid’ah, serta mengikuti hawa nafsu.
10. Berserikat untuk melawan sunnah. Ini ditandai dengan adanya ormas Islam bahkan partai yang sengaja didirikan di antara tujuannya untuk melestarikan bid’ah dan menentang da’wah sunnah.
Mereka mengecam pemberantas bid’ah dengan cap-cap negatif, misalnya dengan sebutan Wahabi (dahulu Muhammadiyah juga dianggap sebagai Wahabi), kini maksudnya memberi cap sebagai garis keras tanpa kompromi. Sementara itu mereka memberikan cap positif terhadap bid’ah yang mereka usung dengan sebutan bid’ah hasanah. Padahal jelas-jelas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
...فإنَّ كُلَّ بِدعَةٍ ضَلالةٌ ( رواه أبو داود والتِّرمذيُّ ، وقال : حديثٌ حَسَنٌ
صَحيح)ٌ .
…maka sesungguhnya setiap bid’ah itu adalah sesat. (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi, dia berkata: hadits hasan shahih).
Mereka beralasan adanya sebagian imam yang menyebut adanya bid’ah hasanah, kemudian mereka menyembunyikan apa yang imam-imam itu larang berkaitan dengan bid’ahnya kumpul-kumpul karena kematian (seperti upacara tahlilan memperingati orang mati, 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari, haul setahunan dan sebagainya).
Imam As-Syafi’I dan Imam As-Suyuthi yang mengingkari bid’ahnya kumpul-kumpul karena kematian itu mereka sembunyikan suaranya tentang itu, tetapi mereka sebut-sebut ungkapan bid’ah hasanah dari mereka, tanpa menjelaskan maksudnya sesuai dengan maksud imam- imam itu. Sehingga mereka bertameng perkataan para imam, padahal mereka tidak mengikuti ajaran imam-imam itu dalam menghindari bid’ah. Kemudian mereka berdalih apa yang mereka sebut sebagai hadits: bahwa perbedaan di kalangan umatku itu rahmat. Padahal perkataan itu telah dijelaskan oleh Imam Al-Munawi,
و نقل المناوي عن السبكي أنه قال : و ليس بمعروف عند المحدثين ، و لم أقف له
على سند صحيح و لا ضعيف و لا موضوع .
Al-Munawi menukil dari As-Subki bahwa ia berkata: (lafal ikhtilafu ummatii rahmah, perselisihan umatku itu adalah rahmat) itu tidak dikenal bagi muhadditsin (para ahli hadits), dan tidak aku kenal untuk lafal itu (ada) di atas sanad shahih, tidak pula dha’if dan tidak pula maudhu’. Demikian Al-Munawi, yang dikutip Al-Albani dalam سلسلة الأحاديث الضعيفة ( 1 / 141 ), Silsilah al-ahadits ad-dho’ifah 1/141). Keadaan itu diperparah dengan sikap oknum-oknum yang akomodatif dengan aliran sesat bahkan induk kesesatan misalnya syi’ah. (lihat nahimunkar.com, Syi’ah Memusuhi Islam, February 16, 2011 2:52 am http://www.nahimunkar.com/syi%E2%80%99ah-memusuhi-islam/#more-4232)


Larung Sesaji SBY-Boediono
Mengawali kampanye, Tim Pemenangan SBY-Boediono menggelar larung sesaji di Sungai Brantas, Kelurahan Semampir, Jawa Timur. Salah satu sesaji yang dilarung adalah 2 ekor itik berstiker SBY for President. (http://foto.soup.io/post/)JUNE2 2009

11. Tidak dilarangnya aneka kesesatan, bid’ah, dan macam-macam praktek kemusyrikan melanda masyarakat, bahkan disiarkan secara massal lewat media massa bahkan televisi secara nasional. Malahan diajarkan di sekolah.
Jadi anak dididik agar berkeyakinan kemusyrikan. Conotohnya buku pelajaran Bahasa Indonesia ini: Dongeng Datangnya Dewi Sri. Ada kalimat: “Semua merasa bahwa padi adalah pemberian Dewi Sri untuk bahan pangan untuk seluruh manusia. Di Pulau Jawa orang menyebutnya Dewi Sri. Di Sumatra ada yang menamakannya Putri Dewi Sri, Putri Mayang Padi Mengurai, atau Putri Sirumpun Emas Lestari.” (buku Bahasa Indonesia untuk SD/ MI (Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah) Kelas 4, karangan Widyati S, terbitan PT Bintang Ilmu cetakan 2, Juni 2006, halaman 35).
Itu jelas pendidikan kemusyrikan! Dongeng khayal, namun merusak aqidah anak-anak kelas 4 SD atau Madrasah Ibtidaiyah. Masih pula ditekankan dalam buku itu: Siapakah tokoh-tokoh dalam cerita tersebut? Ayo tentukanlah pokok-pokok pikiran dalam dongeng tersebut di buku tugasmu!. Ayo, ceritakan dongeng tersebut di depan kelas! (ibid).
Pokok-pokok pikiran itu tak lain adalah penyesatan tertinggi yaitu menyebarkan kemusyrikan!
Untuk lebih lihai dalam praktek ritual kemusyrikan, sudah dituntun pula dengan buku Bahasa Indonesia itu, yaitu digemarkan menari. Jadi kalau diadakan upacara kemusyrikan sudah mampu menjadi penari. Maka ditulislah kalimat: “Lina gemar menari. Dia ingin belajar tari dari Bali. Oleh sebab itu, Lina ingin belajar menari di Sanggar Anggrek.” (ibid, halaman 26).
Itulah “pendidikan” alias penyesatan yang diprogramkan secara sistematis di negeri ini, agar generasi mendatang jadi orang-orang musyrik secara nyata, dengan dibekali ubo rampenya (aneka perangkatnya). (lihat nahimunkar.com, FENOMENA PENGHANCURAN BANGSA (1) Merknya Pendidikan, Isinya Penjahiliyahan,Oleh Hartono Ahmad Jaiz, July 4, 2008 Artikel). (lihat nahimunkar.com, January 13, 2009 4:07 am Mengagungkan Budaya Adat Melestarikan Syirik dan Maksiat, http://www.nahimunkar.com/mengagungkan-budaya-adat-melestarikan-syirik-dan-maksiat/#more-219)

12. Sebagian tokoh nasional menghargai dukun-dukun, para normal, dedengkot-dedengkot pengatur sesaji alias persembahan untuk syetan. Bahkan tidak segan-segan sebagian tokoh nasional hadir ke tempat dukun-dukun yang dalam istilah Islam adalah wali syetan itu.
Media massa pun memotretnya, bahkan menshootingnya, lalu menyiarkannya secara nasional. Akibatnya, suara dukun-dukun itu terangkat ke tingkat nasional, bahkan nama buruknya sebagai wali syetan itu menjadi terbalik, seolah sebagai tokoh nasional kharismatik, maka terangkatlah seakan para dukun itu adalah tokoh yang terhormat.
13. Dalam kasus-kasus yang mendapat sorotan untuk menjadi berita secara nasional, tidak sedikit pejabat atau tokoh masyarakat mengundang dukun untuk memecahkan masalah.
Misal gunung meletus, banjir, lumpur yang menyembur dari tanah tak habis-habis seperti kasus di Sidoarjo Jawa Timur, ataupun pesawat terbang yang jatuh dan sebagainya. Sehingga dukun-dukun itu pun terangkat ke permukaan, terhormat. Maka masyarakat pun yang memang sudah doyan ke dukun, makin mantap lagi kedoyanannya, dan tersisih lah suara para da’i yang memperingatkan bahaya kemusyrikan yang dibawa oleh para dukun, paranormal, para wali syetan itu.
14. Pemilihan kepala daerah menambah semaraknya perdukunan. Sejak adanya pilkada (pemilihan kepala daerah) dari tingkat gubernuran/ provinsi, kabupaten, sampai kelurahan, sebagai buah dari reformasi 1998, maka menambah semaraknya orang-orang ke dukun.
Sudah menjadi pengetahuan umum masyarakat, dalam pemilihan kepala daerah, dari tingkat kelurahan saja tidak sedikit orang yang minta bantuan wali syetan yaitu dukun. Dengan demikian bisa dibayangkan, ketika calon kepala daerah yang tadinya berdukun itu ketika mereka menang dalam pemilihan hingga jadi pejabat daerah, maka tentu saja yang akan dihargai pertama kali adalah dukun. Maka kebijakan-kebijakan pun kemungkinan sekali bisa dikendalikan oleh dukun. Hingga bisa dibayangkan, apa yang bertentangan dengan dukun maka akan dihadapi.
Sedangkan yang paling bertentangan dengan dukun adalah Islam yang tegak dengan tauhid. Oleh karena yang tegak tauhidnya ini hanya dibawa oleh da’i yang anti bid’ah, anti kesesatan, anti sepilis, sekulerisme, pluralisme agama, liberalisme; maka walaupun MUI (Majelis Ulama Indonesia) sudah memfatwakan aneka kesesatan, perdukunan, dan juga sepilis, tahun 2005 hasil Musyawarah Nasional MUI VII, namun tidak ada tindak lanjut berupa pelarangan dari penguasa, baik secara lokal maupun apalagi nasional.
15. Munculnya da’i-da’i asal popular. Da’i-da’i atau penceramah agama yang tidak pernah menyentuh masalah bahaya kemusyrikan, justru da’wahnya hanya mengikuti selera masyarakat di antaranya guyon-guyon, tertawa-tawa atau cerita-cerita yang belum tentu shohih atau bermanfaat.
16. Mencibir da’I sunnah. Masyarakat yang terkondisikan oleh cibiran-cibiran orang terhadap da’i sunnah, hingga mereka ikut mencibir bahwa para da’i sunnah kerjaannya “sedikit-sedikit bilang syirik, bid’ah dholalah, sesat.
Memang Islam ini isinya hanya itu?” Ungkapan yang sebenarnya mengikuti model kaumnya Nabi Luth ‘alaihis salam itu pun mengakibatkan umat terprovokasi, sehingga masyarakat itu ibarat orang sakit, justru lari menjauh ketika mau diobati. Karena yang mau mengobati sudah dicibir lebih dulu.
17. Menjauhi da’wah yang haq. Kecenderungan ormas-ormas Islam apalagi partai-partai untuk menjauhi da’wah yang haq.
Mereka membiarkan kebathilan, tidak mau mengusiknya. Karena kalau sampai mengusik kemusyrikan, kesesatan, bid’ah, kemaksiatan dan sebagainya yang sudah menjadi kareman (kedoyanan) masyarakat, maka dikhawatirkan bahwa massa tidak akan masuk atau memilih partai yang menyuarakan sunnah itu. Daripada kehilangan massa, maka ormas Islam apalagi parta-partai itu lebih memilih membiarkan kemusyrikan, aliran sesat, bid’ah, kemaksiatan berlangsung di masyarakat. Bahkan kalau ada yang menuduh bahwa partai tertentu memberantas bid’ah, maka dengan serta merta partai itu mencuci diri, dengan membuktikan untuk menyelenggarakan apa yang sebenarnya bid’ah, masih pula mengundang tokoh-tokoh pelaku dan penganjur bid’ah.
18. Sinergi kepentingan dalam kesesatan. Pentolan-pentolan dan tokoh-tokoh pengusung bid’ah, khurofat, takhayul, kesesatan, bahkan kemusyrikan bertemu kepentingan dengan para pentolan dan tokoh partai-partai.
Dengan kepentingan masing-masing dan missi masing-masing, mereka ada jalur yang bertemu kepentingannya, hingga bekerjasama menggalang massa untuk sama-sama mengusung aneka kesesatan dan bid’ah itu. Terjadilah apa yang terjadi, entah atas nama kerukunan, persatuan, atau bahkan mereka sebut syi’ar Islam. Padahal yang satu karena untuk mempertahankan dan mengusung bid’ah dan kesesatannya, dan yang satunya lagi karena untuk meraup massa. Tetapi yang jadi kedoknya adalah demi syi’ar Islam, persatuan dan semacamnya yang nampaknya baik sekali, sehingga umat terlena dengan slogan-slogan itu.
19. Membuat celah-celah untuk meraup duit. Pengusaha bekerjasama dengan penguasa setempat untuk meraup duit dengan mengadakan ataupun melestarikan acara-acara kemusyrikan, bid’ah, sesat, atau jelas-jelas kemaksiatan sekalipun, misalnya lokalisasi pelacuran.
Juga menghidup-hidupkan apa yang mereka sebut kuburan keramat dan sebagainya, yang jelas-jelas rawan dengan kemusyrikan, di antaranya meminta kepada isi kubur untuk mengabulkan hajat peziarah, atau agar menyampaikan do’a mereka lewat isi kubur yang dianggap keramat atau wali itu kepada Allah, yang hal itu adalah sarana kemusyrikan yang sangat dilarang dalam Islam.
20. Gerakan ziarah kubur keramat. Adanya sebagian ustadz atau ustadzah yang menggerakkan umat untuk jalan-jalan ke kubur-kubur keramat, sampai mereka keliling antar kota atau bahkan antar pulau, misalnya dari Jakarta sampai Lombok. Hal itu rawan kesalahan. Pertama, ziarah ke kubur-kubur yang mereka anggap keramat itu menyelisihi hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - : - لَا تُشَدُّ اَلرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ: اَلْمَسْجِدِ اَلْحَرَامِ, وَمَسْجِدِي هَذَا, وَالْمَسْجِدِ اَلْأَقْصَى - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
Tidak diseyogyakan bepergian (untuk mencari berkah) kecuali ke tiga masjid: Masjid Haram, masjidku ini (Nabawi di Madinah), dan Masjid al-Aqsho. (HR Muttafaq ‘alaih/ Al-Bukhari dan Muslim).
Kedua, rawan kemusyrikan, karena sulit dikontrol, kalau para peziarah itu meminta kepada isi kubur dengan dianggap sebagai orang yang lebih dekat kepada Allah, maka mereka meminta agar isi kubur itu menyampaikan do’a mereka kepada Allah. Itu menjadikan mayat-mayat itu sebagai sarana kemusyrikan.
Lebih-lebih lagi kalau sampai meminta kepada isi kubur itu untuk mengabulkan perimintaan mereka, misalnya menghilangkan kesempitan rezki, kesulitan hidup, cepat mendapatkan jodoh dan sebagainya. Itu adalah kemusyrikan, berdo’a kepada selain Allah.
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ(5)
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do`a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do`a mereka? (QS Al-Ahqaf/ 46: 5).
Keterangan itu dapat dibaca di buku Hartono Ahmad Jaiz berjudul Kuburan-kuburan Keramat di Nusantara, 2011, dan buku Pendangkalan Akidah Berkedok Ziarah, 2010). (lihat nahimunkar.com, Gejala Buruk Pengkeramatan Kuburan, March 10, 2011 10:12 pm , http://www.nahimunkar.com/gejala-buruk-pengkeramatan-kuburan/#more-4354)
21. Adat yang rawan bid’ah dan kemusyrikan. Ada saat-saat tertentu yang menjadi adat dan musim untuk diadakan perayaan atau peringatan ini dan itu yang tidak ada dasarnya dalam Islam. Juga ada musim-musim yang mereka jadikan hari-hari untuk beramai-ramai berdatangan ke kubur-kubur lebih-lebih kuburan yang mereka anggap sebagai kuburan wali atau kuburan keramat. Bulan Sya’ban yang dalam Islam disunnahkan banyak berpuasa, justru yang terjadi di masyarakat adalah banyaknya orang ke kubur-kubur, lebih-lebih setelah nishfu Sya’ban (pertengahan Sya’ban) sampai datangnya Ramadhan.
Menjelang datangnya Bulan Ramadhan itu kubur-kubur apalagi yang dianggap kuburan wali atau keramat, berjubel manusia sampai 24 jam. Mereka “beri’tikaf” di kubur-kubur. Hampir bisa dibilang, masjid-masjid agak sepi, tetapi kubur-kubur sangat ramai. Saking ramainya, sebagai gambaran bukti, adik saya sempat bertanya kepada seorang tukang ojek di Kuburan Muria (Sunan Muria) di Gunung Muria Jawa Tengah bagian utara, Sya’ban 2007M/ 1428H.
“Berapa penghasilan Anda ketika ngojek sampai 24 jam saking ramainya pengunjung ke kuburan semacam ini?” Tanya adik saya kepada tukang ojek yang mangkal di pangkalan menjelang Kuburan di Gunung Muria. Untuk ke kuburan itu pengunjung harus naik lagi dari pangkalan ojek tempat berhentinya mobil ke kuburan sejauh 2 km, ongkos ojek untuk naik ke kuburan itu Rp6.000,- dan turun dari kuburan ke pangkalan Rp6.000,- pula.
Tukang ojek itu mengaku: “Saya sehari semalam sampai mendapat Rp3 juta, Mas!” katanya mantap.
“Benar, sampai mendapat Rp3 juta sehari semalam?” Tanya adik saya dengan ta’ajub.
“Saestu, Mas!” (Benar, Mas!), jawab tukang ojek itu serius.

Demikianlah sebuah gambaran betapa berjubelnya manusia yang hilir mudik berdatangan ke kuburan menjelang Ramadhan, siang malam, sampai tukang ojeknya bekerja siang malam dan menghasilkan duit Rp3 juta, sehari semalam itu, sebanding dengan harga 25-an gram emas murni.
Apa yang mereka perbuat di pekuburan itu? Saya sendiri pernah menyaksikan rombongan yang datang ke Kuburan Ampel di Surabaya. Kepala rombongan yang tampaknya ustadz mereka, memberi aba-aba sambil berdiri menghadap jama’ahnya yang duduk bershaf-shaf di sela-sela kuburan, bagai anak sekolah sedang apel upacara bendera namun dalam keadaan duduk. Sang Guru itu memberi aba-aba kepada jama’ahnya dengan tangan mengacung-acung persis dirigent yang memberi aba-aba untuk nyanyi di kalangan para penyanyi. Maka jama’ah itupun serempak mengikuti aba-aba gurunya dengan menyanyikan Ya Robbibil, syair bermasalah menyangkut aqidah, yang sudah biasa mereka jadikan “lagu wajib” ketika memulai pengajian. Hanya saja kali ini mereka nyanyikan di kuburan.
Padahal nyanyian syair itu bermasalah menyangkut aqidah, yaitu berisi bait-bait Burdah karangan Al-Bushiri yang dipersoalkan oleh ulama, karena ghuluw, melampaui batas dalam menyanjung Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syekh Shalih Ibnu ‘Utsaimin telah menyoroti bait-bait Burdah Bushiri (penyair Mesir 608-695H aktif dalam tasawuf dan terkenal syairnya: Burdah di antara isinya):

يَا أَكْرَمَ الْخَلْقِ مَا لِي مَنْ أَلُوْذُ بِهِ سِوَاكَ عِنْدَ وُقُوْعِ الْحَادِثِ الْعُمَمِ
وَإِنْ لَمْ تَكُنْ يَوْمَ حَشْرِيْ آخِذًا بِيَدِيَّ فَضْلاً وَ إِلاَّ فَقُلْ يَا زُلَّةَ القَدَمِ
فَإِنَّ مِنْ جُوْدِكَ الدُّنْيَا وَ ضَرَّتَهَا وَمِنْ عُلُوْمِكَ عِلْمُ اللَّوْحِ وَ الْقَلَمِ
Wahai makhluk paling mulia, tidak ada bagiku tempat berlindung selainmu
Ketika terjadi peristiwa yang berat
Jika di akheratku ia tidak menolongku
Maka kukatakan: wahai diri yang celaka
Sesungguhnya di antara kemurahanmu adalah dunia dan kenikmatannya
Dan di antara ilmu-ilmumu adalah ilmu Lauh dan Qalam.

Sifat-sifat seperti ini tidak sah kecuali bagi Allah ‘Azza wa Jalla. Dan saya heran kepada orang yang mengatakan perkataan ini, jika dia memikirkan maknanya, bagaimana merasa enak pada dirinya untuk berkata sebagai orang yang bicara kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Sesungguhnya di antara kemurahanmu adalah dunia dan kenikmatannya. Lafal min (di antara) itu maknanya untuk bagian. Lafal dunia itu adalah dunia, dan lafal dhorrotiha itu adalah akherat. Apabila dunia dan akherat itu adalah sebagian dari kemurahan Rasul alaihis sholatu wassalam, dan bukan keseluruhan kemurahannya, maka apa yang tersisa bagi Allah ‘Azza wa Jalla, tidak ada sisa bagiNya sedikitpun mungkin, tidak (ada sisa) dalam hal dunia dan tidak pula dalam hal akherat.
Demikian pula ucapannya (Bushiri): Dan di antara ilmu-ilmumu adalah ilmu Lauh dan Qalam. Lafal min (di antara/ sebagian dari) itu untuk bagian. Saya tidak tahu (pula) apa yang tersisa untuk Allah Ta’ala dari ilmu, apabila kita berbicara kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pembicaraan ini.
Sebentar wahai saudaraku Muslim, kalau engkau bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, maka posisikanlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada posisinya yang telah ditempatkan oleh Allah bahwa dia adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Maka katakanlah, dia adalah Abdullah wa Rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya). Dan percayalah kepada apa yang diperintahkan Tuhannya kepadanya untuk menyampaikannya kepada manusia secara umum.
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ
Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. (QS Al-An’aam: 50).
Dan apa yang diperintahkan Allah kepadanya dalam firman-Nya:
قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا(21)
Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfa`atan". (QS Al-Jinn: 21).
قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا(22)
Katakanlah: "Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya". (QS Al-Jinn/ 72: 22).
Sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun kalau Allah menghendaki sesuatu padanya maka tidak ada seorangpun yang melindunginya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kesimpulannya, bahwa hari-hari besar atau perayaan-perayaan maulid Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam itu tidak terbatas pada asli keadaannya itu bid’ah bikinan baru, awal kejahatan agama, tetapi masih ditambah lagi dengan sesuatu kemunkaran yang membawa kepada kemusyrikan.
Demikian pula dari yang kami dengar bahwa terjadi dalam perayaan maulid itu ikhtilath (campur aduk) antara lelaki dan perempuan. Terjadi pula penabuhan (pemukulan bunyi-bunyian) dan alat musik dan lainnya dari kemunkaran yang tidak ada seorang mukminpun mempertengkarkan untuk mengingkarinya. Kami cukup dengan apa yang telah Allah syari’atkan dan Rasul-Nya kepada kami, maka di dalamnya ada perbaikan untuk hati, negeri-negeri, dan hamba-hamba. (Majmu’ Fatawa Ibnu ‘Utsaimin no 1126). (Fatawa Muhimmah, Abdul Aziz bin Baaz dan Muhammad bin Shalih al-Utsimin, Darul ‘Ashimah, Riyadh, 1 juz, cetakan 1, 1413H, Muhaqqiq Ibrahim Al-Faris, halaman 44-48). Lebih komplitnya, lihat di buku Hartono Ahmad Jaiz, Tarekat Tasawuf Tahlilan dan Maulidan, WIP, Solo, 2006.
Itulah penjelasan bahkan fatwa yang tegas dari dua ulama terkenal mengenai sesatnya isi syair tersebut.
Catatan Hartono Ahmad Jaiz: Anehnya, syair yang sangat membahayakan aqidah itu merata di mana-mana, bahkan di Jakarta dijadikan muqoddimah “wajib” dengan dinyanyikan bersama-sama setiap pengajian di majlis-majlis ta’lim, di masjid-masjid, musholla dan sebagainya di kalangan tradisional. Guru atau petugas nyanyi, begitu pengajian mau masuk ke materi yang dibicarakan, misalnya tafsir Al-Qur’an, maka sebelum ayat yang akan dijelaskan tafsirnya itu dibaca, lebih dulu diawali dengan nyanyian Ya robbi bil… yang syair-syairnya diantaranya diambil dari qosidah Burdah yang sangat menyeleweng dari aqidah Tauhid yang benar itu.
Guru atau petugas nyanyi menyanyikan ya robbi bil disertai penggalan-penggalan syairnya yang merusak aqidah itu, lalu jama’ah yang hadir dalam pengajian itu menyahut sengga’an (kata-kata yang diulang-ulang untuk menyahut nyanyian) dengan bersama-sama mengucapkan ya robbi bil…(Tentang sesatnya Ya robbi bil.. itu sendiri bisa dibaca di buku saya, Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, karena mengandung tawassul (membuat perantara kepada Allah) secara tidak syar’I).
Baru sengga’annya berupa Ya robbi bil itu saja sudah bermasalah, apalagi isi bait-bait syairnya, lebih bermasalah lagi secara aqidah. Makanya pernah terjadi, para ulama dari Timur Tengah hadir dalam pengajian umum di Jakarta, lalu sebagaimana biasa di pengajian itu dinyanyikan pula Ya robbi bil.. Para ulama Timteng yang tentu saja faham Bahasa Arab karena memang bahasa mereka, dan faham tentang isi dan hukumnya, mereka mengingatkan agar hal itu tidak dilakukan. Namun tetap saja dilakukan.
Kemudian di waktu lain, orang Jakarta yang memimpin nyanyian Ya robbi bil.. itu datang ke Timur Tengah, lalu khabarnya dihajar di ruangan khusus oleh Ulama Timur Tengah untuk menghentikan penyebaran aqidah yang tidak benar itu. Namun orang Jakarta ini bukannya kapok atau jera, tetapi tetap saja nyanyian yang merusak aqidah itu dijadikan muqoddimah pengajiannya, dan diwarisi oleh generasi penerusnya serta ditiru oleh setiap majlis taklim yang sepaham dengannya.
Kalau ada yang mengingatkan, cukup dikilahi bahwa antara kita beda kultur. Kultur apa? Pilih mempertahankan kultur atau membersihkan aqidah dari kotoran-kotoran? Antara Ulama yang mengingatkan dan yang diingatkan itu kini sama-sama sudah wafat, tetapi di antara saksinya masih ada. Semoga masalah ini menjadi ‘ibroh (pelajaran) bagi umat Islam. (bersambung, insya Allah).

Eramuslim.com