Seputar Dunia dan Akhirat

Seputar Dunia dan Akhirat

Minggu, 27 Februari 2011

Heboh Dua Makam Masyarakat Jahil yang Dilestarikan

Heboh Dua Makam Masyarakat Jahil yang Dilestarikan

Oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede*

Masyarakat korban pembodohan dan penyesatan. Mereka suka mengerumuni kuburan dan semacamnya yang dipercayai secara batil. Kecenderungan yang jahil (batil keyakinannya) itu selama ini seakan dilestarikan, bahkan belakangan dikembang suburkan sebagai lahan aneka kepentingan.

***

Pekan ketiga Februari 2011 antara lain dihiasai dengan berita heboh tentang dua makam (kuburan) yang mengundang perhatian sejumlah orang. Kejadian pertama berasal dari Jombang, tentang makam Gus Dur yang amblas (15 Februari 2011). Kedua, dari Jakarta, tentang adanya desas-desus yang tak jelas sumbernya bahwa ada suara tangisan dari makam Desi, seorang gadis berusia 15 tahun yang menderita sakit, kemudian meninggal dunia pada 18 Februari 2011.

Makam Desi

Seorang gadis remaja bernama Desi kelahiran 14 Desember 1995, meninggal dunia karena sakit. Jenazahnya dimakamkan di TPU Prumpung, Jakarta Timur, pada tanggal 18 Februari 2011. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba saja beredar kabar bahwa dari makam gadis belia itu keluar suara tangisan.

Kabar itu membuat sejumlah orang penasaran, dan berbondong-bondong mendatangi makam Desi. Menurut taksiran media massa, pada tanggal 18 Februari 2011 sekitar ratusan massa terkonsentrasi di sekitar makam Desi yang berhiaskan nisan berwarna hitam dan taburan bunga yang mulai mengering.

Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, aparat pemerintah setempat sudah melakukan antisipasi, antara lain mengutus Wakil Lurah Cibesut, Bambang N, untuk meyakinkan massa bahwa suara tangisan dimaksud tidak ada. Di tengah kerumunan massa, Bambang meminta massa untuk diam dan menyimak ada-tidaknya suara tangisan pada makam Desi. Ternyata tidak ada. Maka, Bambang pun meminta massa yang berkerumun di sekitar makam Desi untuk meninggalkan tempat.

Namun, massa yang penasaran tetap berkerumun di sekitar makam Desi pada hari-hari berikutnya. Ketua RT setempat, Nurohman, sudah pula turun tangan meyakinkan massa bahwa suara tangisan itu tidak ada. Meski sudah berapi-api, massa yang penasaran tak juga surut. Massa terkesan cuek (tidak peduli, bersikap masa bodoh) terhadap ‘pidato’ sang Ketua RT.

Bahkan ketika salah seorang ustadz, Junaedi, berusaha meyakinkan massa dengan ceramah keagamaannya, massa bergeming alias cuek bebek tidak menggubrisnya, meski pada saat ceramah disampaikan massa masih mau mendengarkan dengan sikap terdiam. Usai ceramah, mereka kembali kepada pendirian semula. Sampai 23 Februari 2011, masih ada sekitar 200-an orang yang terkonsentrasi di makam tersebut. Akibatnya, banyak sampah bertebaran dan sejumlah makam rusak terinjak-injak. Sejumlah pedagang pun ikut masuk areal makam untuk menjajakan makanan dan minuman.

Desi bukan siapa-siapa. Tapi, ketika kabar burung (kabar yang tidak jelas sumbernya dan tak dapat dipegangi) menyampaikan pesan bahwa dari makam gadis remaja itu keluar tangisan, lalu ratusan orang pun penasaran. Tidak sekedar penasaran, mereka berbondong-bondong mendatangi makam gadis remaja itu, seraya mengabaikan pesan pak ustadz, Ketua RT, Wakil Lurah dan aparat kepolisian. Artinya, massa lebih percaya kepada rumor berbau mistis-klenik ketimbang pesan tokoh formal dan informal tadi. Ini jelas suatu kemunduran, sekaligus merupakan krisis kepercayaan terhadap para tokoh masyarakat tadi.

Kalau makam Desi yang bukan siapa-siapa saja bisa menyedot perhatian khalayak, apalagi bila ada kejadian pada makam seseorang yang selama ini secara sengaja-ngaja diposisikan oleh media yang berbau anti Islam bahwa dia itu sebagai wali, guru bangsa, dan tokoh besar yang faktanya memang pernah menjadi presiden Indonesia. Pasti lebih heboh lagi tentunya.

Makam Gus Dur Amblas

Kenyataannya memang demikian. Apalagi, peristiwa amblasnya makam Gus Dur yang terletak di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur ini, terjadi bertepatan dengan liburan Maulid 15 Februari 2011/ 12 Rabi’ul Awwal 1432H. Beberapa jam pasca amblasnya makam Gus Dur itu, dua putri Gus Dur, Inayah dan Alissa telah mendatangi dan melihat kondisi makam tersebut. Namun saat itu, makam amblas Gus Dur sudah ditutup pasir oleh petugas penjaga makam.

Saat itu, pada liburan Maulid, orang-orang yang berziarah ke makam Gus Dur jauh lebih banyak dari hari-hari sebelumnya. Maklumlah hari libur, Maulid pula. Bukan hanya peziarah yang tumpah ruah, tetapi juga curah hujan yang turun membasahi bumi seperti tumpah dari langit. Sekitar pukul 15:00, Waldi yang biasa berjualan VCD tentang Gus Dur di sekitar makam, tiba-tiba melihat permukaan tanah pada makam Gus Dur amblas. Mulanya seukuran telapak tangan dengan kedalaman sekitar 20 sentimeter.

Kejadian itu segera ia laporkan kepada Zainul yang sedang berjaga di pos dekat pintu keluar masuk bagi peziarah. Serta-merta Zainul bergegas menuju areal makam dan langsung menutupi lubang pada makam Gus Dur dengan pasir. Selanjutnya, penjaga dan pengurus ponpes membuat barisan barikade agar peziarah tidak sampai mengabadikan peristiwa amblasnya permukaan makam Gus Dur. Alasannya, jasad Gus Dur yang sudah setahun lebih dimakamkan di tempat itu terlihat masih tetap utuh.

Menurut M. Hasan, orangtua Zainul, yang juga ikut menutupi lubang di makam Gus Dur itu bersama anaknya, di bawah guyuran hujan ia melihat sesuatu yang ganjil, namun tak berani menceritakan apa yang dilihatnya. Alasannya, itu bukan merupakan kewenangannya. Sesuatu yang ganjil?

Yang jelas, sehari pasca amblasnya makam Gus Dur, di sekeliling areal makam dibangun tembok setinggi 30 sentimeter untuk mengantisipasi derasnya terjangan air hujan. Juga, disediakan pasir. Maksudnya, jika sewaktu-waktu hujan deras, dan permukaan makam Gus Dur amblas lagi, maka pasir-pasir itu bisa langsung digunakan untuk menutupi lubang dengan segera.

Selain itu, keluarga besar mendiang Gus Dur menggelar rapat internal, membahas fenomena langka amblasnya permukaan tanah makam Gus Dur, kain kafan yang masih terlihat bersih, dan jasad Gus Dur yang meski telah satu tahun lebih ditanam konon tetap utuh. Bagi para Gusdurian, kabar seperti itu membuat mereka kian yakin bahwa Gus Dur itu bermaqom wali. Istilah Gus Durian antara lain digunakan beritajatim.com untuk menyebut konstituen pengagum Gus Dur.

Sebenarnya peristiwa amblasnya makam Gus Dur bukan kali ini saja terjadi. Beberapa hari sejak Gus Dur dimakamkan, sekitar awal Januari 2010, makam Gus Dur pernah amblas akibat banyaknya peziarah yang berkerumun. Menurut pemberitaan Liputan6.com edisi 04 Januari 2010: “Sejak KH Abdurrahman Wahid dikebumikan, makam cucu pendiri Nahdlatul Ulama itu tak henti-hentinya didatangi peziarah. Apalagi peziarah bisa dengan leluasa memasuki areal dan mendekati makam. Akibatnya, tanah makam Gus Dur amblas dan sejumlah batu nisan di kompleks makam rusak.”

Sejak saat itu (04 Januari 2010), pengelola ponpes Tebuireng memberi pembatas dengan tali tambang, sehinga peziarah tak bisa leluasa seperti sebelumnya, selain untuk menghindari kerusakan yang lebih parah lagi.

***

Semasa hidupnya, Gus Dur memang dekat dengan hal-hal berbau mistis, klenik dan bid’ah. Bahkan, hingga ia mati pun, ketiga hal tadi tetap mewarnai kematiannya. Antara lain sebagaimana bisa dirasakan melalui pernyataan Munasir Huda, salah seorang Gus Durian yang tinggal di Diwek, Jombang. Menurut Huda, jasad Gus Dur tidak saja masih utuh. Bahkan, saat permukaan tanah amblas terlihat sinar terang yang muncul dari dalam tanah kuburan, dan sinar terang itu memancar dari jasad Gus Dur.

Sayangnya Huda tidak menyaksikan langsung, tapi kata orang lain. Meski kata orang lain, ia percaya berita itu bukan kabar bohong. Ia malah yakin, fenomena yang tidak disaksikannya sendiri itu merupakan suatu bukti kewalian Gus Dur.

Gus Durian lainnya, Nikmah, penjual kopi di areal dekat Ponpes Tebuireng, juga percaya perihal jasad Gus Dur yang masih utuh meski ia tidak melihat langsung. Begitu juga dengan Robet Arif Budiman, pedagang kaus bergambar Gus Dur, ia percaya jasad Gus Dur utuh karena menurutnya Gus Dur merupakan sosok yang ikhlas, istikomah menjalankan ajaran Islam.

Menurut Permadi, paranormal sahabat Gus Dur, jasad Gus Dur masih utuh dianggap wajar. Karena, Gus Dur itu punya banyak kelebihan. Meski aneh, Gus Dur itu, menurut Permadi, sosok yang jujur dan tidak munafik. Serta, berani melawan arus dan suka membela kaum yang lemah.

Rupanya, bukan cuma tukang kopi dan tukang kaus yang percaya jasad Gus Dur masih utuh, tetapi juga sosok berpendidikan tinggi yang pernah jadi anggota DPR dari PDI-P, dan kini sudah loncat ke partai lain.. Begitulah kira-kira mereka disatukan dalam pemahaman. Meski berbeda tingkat pendidikan, namun sama-sama punya kecenderungan terhadap klenik dan mistik. Jadi, yang namanya jahil (bodoh, terutama dalam hal keimanan yang benar hingga mempercayai yang batil; makanya zaman sebelum Islam disebut zaman jahiliyah) itu, tidak ada hubungannya dengan profesi dan tingkat pendidikan. Lagi pula, kalau benar amblasnya makam Gus Dur itu sekitar 20 sentimeter saja, maka mustahil kain kafan dan jasad Gus Dur bisa kelihatan. Karena, rata-rata kedalaman makam hampir mencapai 200 sentimeter (bahasa kitabnya: sak dedeg sak pengawe, setinggi orang berdiri sambil tangannya mengawe-awe/isyarat memanggil-manggil).

Penyebab amblas

Faktor utama penyebab amblas, karena banyaknya peziarah. Pada peristiwa amblas pertama (04 Januari 2010), selain karena curah hujan yang tinggi dan jumlah peziarah yang cukup banyak, juga disebabkan oleh belum adanya pembatas, sehinga peziarah leluasa berada di dekat makam Gus Dur, mengambil sejumput tanah makam atau taburan bunga di atas makam untuk dibawa pulang. (Ini tidak wajar dan mengandung keyakinan batil, tetapi banyak dilakukan orang, menurut berita yang tersebar. Tidak lain ya karena jahil tersebut).

Setelah diberi pembatas, permukaan makam juga amblas, karena selain jumlah peziarah yang tetap banyak, juga akibat curah hujan yang deras. Curah hujan yang tinggi menghasilkan kucuran air dari atap pendopo yang jatuh di atas makam Gus Dur seperti menggerus sebagian permukaan makam. Oleh karena itu, pasca amblasnya makam Gus Dur, keesokan harinya sistem talang air pada pendopo diperbaiki sehingga kucuran air hujan tidak jatuh di atas makam. Apalagi, sejak jasad Gus Dur dimakamkan, permukaan tanah makam tidak dipadatkan, karena tidak ada yang berani menginjak-injak permukaan makam tersebut, karena takut kualat. (Ini juga aneh, kalau takut kualat, mestinya ya takut menimbuninya dengan tanah…Jadi keyakinan batil itu di dunia saja sudah mendatangkan mudharat).

Menurut Lukman Hakim (ketua Pengurus Ponpes Tebu Ireng), “… saat pemakaman lalu, tanah yang digunakan untuk menguruk tidak dipadatkan. Biasanya, sehabis diuruk, kalau memakamkan kan dipadatkan dengan diinjak-injak. Nah, waktu itu gak ada yang berani injak-injak…”

Soal kain kafan yang terlihat masih bersih, juga jasad Gus Dur yang konon tetap utuh, yang dipercayai sebagian orang, rasanya merupakan sesuatu yang dilebih-lebihkan, apalagi bila kedalaman yang dihasilkan proses penurunan permukaan tanah (amblas) hanya sekian puluh sentimeter. Masih jauh dari dasar makam, tempat jasad Gus Dur berada.

Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur yang masih tergolong keponakan Gus Dur tidak percaya dengan kabar burung tadi. “Nggak mungkinlah sampai kelihatan kain kafannya karena begitu amblas sedikit saja sudah ada yang menguruknya. Makam itu di tengah pondok, sudah barang tentu banyak yang mengurusnya selain dari pihak keluarga…”

Begitu juga dengan jasad Gus Dur yang konon terlihat masih utuh, boleh jadi merupakan sesuatu yang dilebih-lebihkan, untuk membangkitkan rasa ingin tahu (penasaran) masyarakat praktisi bid’ah. Bila kedalaman hanya sekian puluh sentimeter tentu mustahil jasad terutup kain kafan bisa terlihat jelas.

Kalau toh benar jasad Gus Dur yang sudah setahun lebih ditanam masih utuh, secara ilmiah bisa dijelaskan. Menurut Agus Hendratno (Ahli Geologi Yogyakarta), bisa saja jasad manusia yang dikubur akan tetap utuh, karena mungkin saja di dalam tanah itu tidak terdapat hewan organik yang bisa mengubah jasad manusia menjadi tanah.

Lagi pula, jasad yang masih utuh meski sudah dikubur beberapa lama, tidak selalu layak dikaitkan dengan tingkat kesalehan yang bersangkutan. Dalam kisah Fir’aun yang zalim dan mempertuhankan dirinya, jasadnya tetap utuh karena Allah kehendaki dan untuk bukti kekuasaan Allah Subahanahu wa Ta’ala. Sehingga, dapat dijadikan bukti kebenaran Al-Qur’an yang disampaikan Nabi Muhammad saw.

Kebenaran Al-Qur’an tentang kisah Fir’aun telah memantapkan hati seorang Maurice Bucaille masuk Islam. Maurice Bucaile adalah ahli bedah kenamaan Prancis yang dilahirkan di Pont-L'Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Ia berkesempatan meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Fir’aun, sehingga terkuak misteri di balik penyebab kematiannya. Yaitu, ditemukannya sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi Fir’uan sebagai bukti terbesar bahwa Fir’aun mati karena tenggelam.

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آَيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آَيَاتِنَا لَغَافِلُونَ [يونس/92]

“Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus [10] : 92).

Di Turfan, Xinjiang, China Timur Jauh, pernah ditemukan sejumlah jasad yang masih utuh (Januari 2009), yang diyakini sebagai jasad pejabat pada masa Dinasti Qing (1644-1911). Dinasti Qing merupakan kekaisaran terakhir di China hingga terbentuknya Republik China pada 1911. Mereka tentu saja bukan penghafal Al-Qur’an, bukan juru dakwah Islam, bukan sosok bermaqom Wali penyebar agama Islam.

Di kawasan Republik Karelia pernah ditemukan jasad utuh seorang pilot Rusia setelah selama 55 tahun tewas. Pilot tersebut bernama Boris A. Lazarus. Pesawatnya jatuh karena ditembak oleh pesawat tempur Jerman pada tanggal 21 Februari 1943. Di tahun 1998, sebuah ekspedisi pencarian telah berhasil menemukan lokasi jatuhnya pesawat Lazarus. Di antara puing-puing pesawat tempur, ditemukan jasad Lazarus yang masih utuh. Yang jelas, Lazarus adalah tentara berpangkat sersan, dari sebuah negara yang berpaham komunis dan cenderung memusuhi Islam.

Fenomena jasad utuh, seharusya disikapi biasa saja. Karena pemilik jasad itu, boleh jadi orang bengis atau orang saleh. Yang pasti, faktor alam ada kemungkinan mengakibatkan keutuhan jasad, dan pasti karena merupakan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana terjadi pada kisah Fir’aun yang dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an tersebut.

Akan tetapi, karena di Indonesia rakyatnya tergolong awam agama sekaligus menjadi praktisi bid’ah secara aktif, maka berita-berita bernuansa mistis, klenik dan sebagainya lebih bisa diterima akal mereka ketimbang penjelasan yang rasional dan ilmiah serta berdasarkan dalil syar’i. Sehingga, kasus-kasus sebagaimana terjadi pada makam Desi dan makam Gus Dur kemungkinan akan terus terjadi di lain waktu dan di lain tempat, apabila aqidah Ummat Islam ini tidak bersih dari aneka keyakinan batil seperti tersebut.

Kalau ulama, tokoh formal dan informal sudah tidak didengar lagi oleh rakyat, dan mereka lebih percaya kepada rumor, mistis dan klenik, siapa yang patut disalahkan?

Ketika kejahilan justru dipiara

Gejala gemar mendengarkan perkataan-perkataan tidak jelas kebenarannya bahkan penuh batil dan membahayakan aqidah itu telah dikecam dalam Al-Qur’an. Dan itu dialami oleh orang-orang Ahli Kitab (yang dituruni kitab dari Allah, yakni Yahudi dan Nasrani).

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ لَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ مِنَ الَّذِينَ قَالُوا آَمَنَّا بِأَفْوَاهِهِمْ وَلَمْ تُؤْمِنْ قُلُوبُهُمْ وَمِنَ الَّذِينَ هَادُوا سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ سَمَّاعُونَ لِقَوْمٍ آَخَرِينَ لَمْ يَأْتُوكَ يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ مِنْ بَعْدِ مَوَاضِعِهِ يَقُولُونَ إِنْ أُوتِيتُمْ هَذَا فَخُذُوهُ وَإِنْ لَمْ تُؤْتَوْهُ فَاحْذَرُوا وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا أُولَئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يُطَهِّرَ قُلُوبَهُمْ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ [المائدة/41]

Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong [415] dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu [416]; mereka merobah [417] perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di robah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-hatilah." Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. (QS Al-Maaidah [5] : 41)

[415]. Maksudnya ialah: orang Yahudi amat suka mendengar perkataan-perkataam pendeta mereka yang bohong, atau amat suka mendengar perkataan-perkataan Nabi Muhammad s.a.w untuk disampaikan kepada pendeta-pendeta dan kawan-kawan mereka dengan cara yang tidak jujur.

[416]. Maksudnya: mereka amat suka mendengar perkataan-perkataan pemimpin-pemimpin mereka yang bohong yang belum pernah bertemu dengan Nabi Muhammad s.a.w. karena sangat benci kepada beliau, atau amat suka mendengarkan perkataan-perkataan Nabi Muhammad s.a.w. untuk disampaikan secara tidak jujur kepada kawan-kawannya tersebut.

[417]. Lihat no. [407]. [407]. Maksudnya: merobah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi.

Celakanya lagi, kondisi buruk lantaran jahilnya sebagian banyak dari ummat ini yang seperti dalam peristiwa tersebut di atas justru dijadikan lahan oleh aneka pihak. Di antaranya dengan cara membangun kuburan yang diketahui banyak dikerumuni orang itu dengan biaya yang banyaknya kelewatan, sampai 180 milyar rupiah untuk kuburan Gus Dur atas tanggungan APBD Kabupaten Jombang, APBD Provinsi Jawa Timur dan APBN Pusat.

Siapakah yang lebih jahil sebenarnya?

Orang-orang awam yang selama ini dibentuk hingga menjadi kaum juhala’ (jamak dari jahil) itu, atau para perekayasa mereka dan yang melestarikannya agar senantiasa mengerumuni kuburan-kuburan dan aneka tempat yang dianggap keramat?

Atau lebih gampangnya, sebenarnya yang Fir’aun itu kaumnya atau yang merekayasa mereka?

Yang perlu diingat, ketika keyakinan satu kaum itu salah, maka pemimpin dan kaumnya sama-sama dicemplungkan ke neraka.

وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ (45) النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ (46) وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ (47) قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ [غافر/45-48]

"…dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang [1324], dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): 'Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.' Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: 'Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?' Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: 'Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya)'." (QS. Ghafir/Al-Mu;min [40] : 45-48)

[1324]. Maksudnya: dinampakkan kepada mereka neraka pagi dan petang sebelum hari berbangkit.

Pertengkaran antara pemimpin yang menyesatkan mereka dan kaum yang disesatkan tidak berkeputusan, semuanya menjadi pengghuni neraka.

Pelajaran sangat berharga dari Al-Qur’an itu penting sekali dijadikan peringatan. Bila tidak, maka betapa ruginya, kalau para pemelihara kesesatan yang membodohi masyarakat itu benar-benar nasibnya sama dengan para pemimpin di kalangan Fir’aun. Demikian pula orang-orang yang dibodohi dan disesatkan. Na’udzubillahi min dzalik, kami berlindung kepada Allah darihal yang demikian.

*Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede, penulis buku Kuburan-Kuburan Keramat di Nusantara yang insya Allah akan dibedah di Pameran Buku Islam, Istora Senayan Jakarta, Kamis 10 Maret 2011, jam 13.00 di Ruang Anggrek

sumber: eramuslim.com

Rabu, 16 Februari 2011

Ratusan Ulama Yordania Tuntut Pemerintah Tutup Tempat Maksiat

Ratusan Ulama Yordania Tuntut Pemerintah Tutup Tempat Maksiat

Lebih dari 100 ulama Yordania menuntut pemerintah menutup semua tempat hiburan malam dan memerangi prostitusi yang ada di negara itu, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Rabu kemarin (16/2).

"Kami meminta pemerintah menutup semua klub malam, yang beraktivitas dengan dalih mempromosikan pariwisata," kata 109 ulama, di antaranya mantan menteri kabinet, anggota parlemen, pemimpin Islam, profesor universitas dan pengkhotbah masjid, mengatakan dalam pernyataan bersama.

"Kami juga menuntut pemerintah memerangi prostitusi dan pelacuran, dan memperkenalkan hukum yang melawan semua tindakan anti-Islam dan budaya amoral yang merusak masyarakat kami," kata pernyataan itu.

Sekelompok anggota parlemen secara terpisah juga meminta pemerintah untuk menutup klub malam di dua jalan Amman barat yang dinamai kota suci Mekkah dan Madinah karena menganggap hal itu menghina Islam dan umat Muslim. Ada sekitar 60 klub malam di Yordania, menurut kementerian pariwisata.

Sumber: Eramuslim com

Amir Ahmadiyah : Ada Nabi Sesudah Nabi Muhammad

Amir Ahmadiyah : Ada Nabi Sesudah Nabi Muhammad

Jamaah Ahmadiyah tak menyia-nyiakan 'panggung' yang diberikan oleh Komisi VIII DPR-RI, dan memanfaatkannya untuk menjelaskan pandangannya yang menyangkut masalah yang sangat mendasar bagi umat Islam. Yaitu adanya nabi sesudah Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wa Sallam. Inilah yang menjadi pangkal masalah pokok antara Jamaah Ahmadiyah dan Umat Islam.

Dengan pandangannya yang sangat jelas, bagaimana Amir Nasional Pengurus Besar Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) Abdul Basit menegaskan bahwa Jamaah Ahmadiyah meyakini bahwa pangkat Nabi Muhammad saw sebagai khatamun nabiyyin (Penutup Nabi) tidak menutup munculnya nabi setelah Muhammad SAW.

"Ini yang selalu ditutup-tutupi bahwa pangkat Rasulullah saw sebagai khatamun nabiyyin ini tidak menutup kemungkinan ada lagi nabi dan pembantu beliau. Karena beliau mengabarkan tentang kedatangan nabi isa dan imam mahdi sesudah Muhammad saw," jelas Basit dalam rapat dengar pendapat umum di Komisi VIII DPR RI, Rabu (16/2/2011) malam.

Basit menjelaskan definisi kenabian versi Mirza Ghulam Ahmad bahwa Mirza mendapatkan kehormatan bercakap-cakap dengan Tuhan. "Dia banyak berkata-kata dan berfirman kepadaku dan menjawab perkataanku, dan Dia banyak mendzohirkan hal-hal yang ghaib kepadaku dan membuka rahasia kepadaku tentang hal-hal yang akan datang. Karena banyak hal tersebut di atas, Dia menamakanku sebagai nabi. Jadi, sesuai dengan perintah Tuhan bahwa aku adalah nabi," kata Basit mengutip pernyataan Mirza dalam kitab Tadzkiroh.

Menurut basit, pembeda Jamaah Ahmadiyah dibanding Islam yang lain yaitu pengakuan bahwa Mirza merupakan Al-Masih dan nabi. "Yang membedakan dengan Islam yang lain, beliau menegaskan bahwa akulah nabi, yang lain masih menunggu, beliau sudah datang," tuturnya.

Sebagian besar kalangan ummat Islam dan para ulama pada umumnya mendesak Ahmadiyah kembali ke jalan Islam, yakni berpegang teguh pada Al Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW. Namun, Ahmadiyah bersikeras mengakui ada nabi setelah Rosulullah SAW, yakni Mirza Ghulam Ahmad. Selain itu, mereka juga berpegang pada kitab Tadzkiroh.

Hal itulah yang membuat para ulama dan ummat Islam pada umumnya mendesak Ahmadiyah lebih baik menjadi agama tersendiri saja di luar Islam. Sebab jika tidak, hal itu akan memicu pertentangan dan konflik yang tak berkesudahan.

Bibit dan benih timbulnya konflk tetap dipelihara oleh pemerintah, dan membiarkannya hidup, dan selalu akan menciptakan konflik, yang tidak akan pernah selesai. Selama Ahmadiyah masihs tetap ada.

Presiden SBY meminta segala persoalan diselesaikan dengan cara damai, dan ulama serta ormas Islam, melakukan berbagai cara, menyampaikan kepada para pejabat negara, pemikiran, data dan fakta, serta aksi unjuk rasa yang berulang-ulang, tetapi pemerintah tetap membiarkan Ahmadiyah hidup.

Sekarang Ahmadiyah diberi panggung oleh Komisi VIII, untuk tetap bersikukuh ada nabi sesudah Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wa Sallam, seperti yang dikemukakan oleh Ahmad Basith, yang tentu akan semakin melukai hati dan aqidah umat Islam.

Sumber: Eramuslim.com

Mahasiswi Jerman Teliti Pandangan Muslim Indonesia terhadap Barat

Mahasiswi Jerman Teliti Pandangan Muslim Indonesia terhadap Barat

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR - Mahasisiwi Program Doktor Jurusan Antropologi Budaya, Universitas Freiburg, Jerman, Melani Nertz, melakukan penelitian tentang pandangan masyarakat Islam Indonesia terhadap Barat. Ia mengambil sampel di Yogyakarta dan Makassar.

Mahasiswi yang baru berusia 28 tahun ini, di Makassar, Rabu, mengatakan, tujuan penelitian tersebut adalah mencari data ilmiah, menyangkut stereotip Barat dari pandangan masyarakat Islam Indonesia, untuk bahan disertasi sebagai syarat mendapatkan gelar doktor antropologi. "Yogyakarta adalah kota budaya dan kota pendidikan, semua mahasiswa Indonesia ada di sana. Sementara Makassar adalah kota dunia yang Islamnya taat," ujarnya menjelaskan alasan memilih kedua kota itu jadi objek penelitian.

Ia menyebutkan, khusus di Makassar, penelitian sudah dilakukan terhadap mahasiswa dan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, beberapa partai politik seperti, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), penggiat pariwisata, serta sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Hanya saja ia belum mau menyebut kesimpulan sementara hasil penelitian yang dilaksanakan sejak Agustus-September 2010 di Yogyakarta, dan Oktober 2010 sampai sekarang di Makassar

"Ada sedikit masalah pandangan terhadap orang Eropa, Amerika dan Australia," ujar Melani yang sangat fasih berbahasa Indonesia. Perempuan yang mengaku kepincut makan coto selama di Makassar, menargetkan disertasi tersebut tuntas di 2012, dan pada gelombang kedua akan kembali ke Indonesia untuk menseminarkan karyanya.
Sumber: Antara

Pria Masa Kini Rawan Cedera Punggung, Kok Bisa?

Pria Masa Kini Rawan Cedera Punggung, Kok Bisa?

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Waspada bagi anda pria yang terbiasa dengan kehidupan modern. Apa pasal?bawaan keperluan pribadi secara berlebihan ketika berjalan-jalan meningkatkan resiko cedera punggung serius.

Hasil riset terbaru Asosiasi Pakar Sistem Saraf Inggris (BCA) mengungkap sebagian pria modern terlalu banyak membawa keperluan pribadi dalam perjalanan seperti laptop, tablet PC, ponsel dan kit gym. Disebutkan pula rata-rata pria perkotaan saat ini kerap membawa tas seberat 6.5 kg atau setara dengan 12 kantong gula.

Akibatnya bisa diprediksi, dua pertiga dari pria modern banyak menderita sakit punggung. Kondisi itu akan semakin parah bila kebiasaan itu diperpanjang.

"Isi tas yang dibawa pria sekarang ini lebih banyak keperluan sehari-hari mereka. Itu memang penting tapi kebiasaan itu dapat menyebabkan nyeri punggung dan bahu. Kebiasaan itu juga memberikan pengaruh dengan perubahan postur," papar Tim Hutchful, peneliti dari BCA seperti dikutip dari Dailymail, Selasa (15/2).

Menurutnya, penting bagi seorang pria secara cerdas menyiasati agar tas tidak berisik barang-barang keperluan pribadi terlalu banyak. Siasat itu akan membantu mengurangi beban pada tubuh."Bukankah seharusnya pria hanya membawa dompet atau kunci saja," kata dia.

Hucthful menambahkan kalau memang hal itu tidak dimungkinkan pihaknya menyarankan untuk mencari tas yang senyaman mungkin. Usahakan, saran dia, agar tidak terlalu lama membebani tubuh dengan memberi jeda sejenak.

Hati-hati...Minuman Berenergi Bahaya bagi Anak-anak dan Remaja

Hati-hati...Minuman Berenergi Bahaya bagi Anak-anak dan Remaja

Larangan minum minuman berenergi mulai dikampanyekan di AS

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO - Minuman berenergi (energy drink) membahayakan anak-anak dan sebagian remaja jika dikonsumsi berlebihan. Demikian peringatan dari sebuah studi yang dilakukan oleh para dokter Amerika serikat. Mereka mengatakan, anak-anak tidak seharusnya mengonsumsi produk minuman yang populer itu.

Bahaya potensial, kata mereka, adalah akibat terlalu banyak kafein atau zat serupa itu. Akibat buruk yang ditimbulkan, mulai dari jantung berdebar-debar, kejang, stroke, bahkan hingga kematian mendadak. Hasil penelitian itu dituangkan di jurnal kedokteran Pediatrics.

Di AS, minuman berenergi mulai menelan korban. Dakota Sailor, 18 tahun , siswa sebuah sekolah di Carl Junction, mengalami kejang dan dirawat di rumah sakit. ia diketahui selama lima hari berturut-turut mengonsumsi minuman beregergi merek tertentu yang beredar luas di AS.

Laporan itu mengatakan beberapa merek memiliki empat sampai lima kali lebih banyak kafein daripada soda dalam satu kalengnya.

Penulis laporan meminta para dokter anak untuk secara rutin mengingatkan pasien dan orang tua mereka tentang penggunaan minuman energi dan untuk menyarankan untuk meminumnya.

Diperkenalkan lebih dari 20 tahun yang lalu, minuman energi mencatatkan pertumbuhan tercepat pasar minuman AS. Tahun 2011 penjualan diharapkan angka penjualannya di atas 9 miliar dolar AS, kata laporan itu. Ini mengutip penelitian menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari remaja dan dewasa muda secara teratur mengkonsumsi minuman energi. Namun, sangat sedikit penelitian tentang risiko dari penggunaan jangka panjang dan efeknya bagi anak-anak - terutama mereka dengan kondisi medis yang dapat meningkatkan bahaya, kata laporan itu.

Sumber: AP

Kubu Oposisi Australia Diam-Diam Sebarkan Agenda Anti-Islam Pemimpin kubu oposisi Australia, Tony Abbott

Kubu Oposisi Australia Diam-Diam Sebarkan Agenda Anti-Islam
Pemimpin kubu oposisi Australia, Tony Abbott

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA - The Sydney Morning Herald mengatakan juru bicara kubu oposisi, Scott Morrison mendesakkan sebuah kabinet bayangan untuk memanfaatkan ketakutan pemilih dari "imigrasi Muslim", "Muslim di Australia" dan "ketidakmampuan untuk mengintegrasikan diri dari pendatang Muslim".

Mereka juga mengusulkan untuk "memotong bantuan bagi sekolah di Indonesia" yang secara rutin digulirkan Australia. "Namun batal karena Indonesia membantu pemulihan bencana banjir Queensland," kata sebuah sumber.

Sebelumnya, pimpinan kubu Oposisi, Tony Abbot, kencang menentang bantuan pendidikan untuk Indonesia. Kalaupun tetap dilakukan, ia meminta untuk dipotong 500 juta dolar AS.

Awal minggu ini Abbott didukung senator kubu sayap kanan ACT, Gary Humphries, menyajikan sebuah petisi tiga tanda tangan menuntut moratorium 10 tahun imigrasi Muslim ke parlemen.

Namun anggota parlemen senior partai opisisi Australia menolak klaim yang menuding mereka memanfaatkan kekhawatiran masyarakat tentang imigrasi Muslim, dan mengambil kebijakan yang bersumber dari partai sayap kanan One Nation.

Petinggi kubu oposisi, Greg Hunt, membantah Oposisi berusaha untuk memanfaatkan agama untuk menggalang suara. "Posisi kami sangat jelas. Bahwa kita benar-benar buta warna, buta ras, agama buta pada isu imigrasi," katanya.

"Di mana kami memiliki perbedaan dengan Pemerintah dimana orang sedang terpikat dengan kebijakan untuk perjalanan dalam perahu bocor berbahaya, maka kita berpikir bahwa merupakan risiko besar untuk kemanusiaan."

Ia juga menyebut Morrison sebagai orang yang penuh kasih. "Sayangnya saya tidak dalam pertemuan itu, tapi aku tahu Scott, dan gayanya adalah penuh belas kasihan yang dalam, ia sangat penyayang," katanya.

Sumber: The Sydney Morning Herald

Rambut Rontok Bisa Jadi Pertanda Kanker Prostat?

Rambut Rontok Bisa Jadi Pertanda Kanker Prostat?

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Pria dengan kanker prostat mungkin dua kali lebih mungkin telah mulai menunjukkan tanda-tanda kebotakan pada usia 20-an tahun daripada mereka tanpa kanker prostat. Demikian sebuah studi di Prancis baru-baru ini menunjukkan.

Berita bagusnya, mereka yang rambutnya rontok di usia 20-an, kalaupun menghadapi risiko kanker, tidak mengalaminya pada usia dini. "Mereka tidak mengembangkan tumor agresif," tim peneliti mencatat.

Apakah mereka yang rontok rambut di usia 20-an tahun perlu test kanker prostat, studi ini tidak memberikan anjuran jelas. "Saat ini, tidak ada bukti kuat untuk menunjukkan manfaat dari skrining populasi umum untuk kanker prostat," kata penulis studi Dr Philippe Giraud, dari European Georges Pompidou Hospital di Paris, dalam siaran pers yang dikirim European Society for Medical Oncology. "Kita perlu cara mengidentifikasi orang-orang yang beresiko tinggi mengembangkan penyakit."

Memperhatikan bahwa androgen yang terkait dengan rambut rontok juga terkait dengan kanker prostat, ia dan para peneliti lain menyebutkan perlunya studi lebih lanjut untuk melihat apakah intervensi yang mungkin cocok untuk pria dengan botak sangat awal.

"Dokter perlu tahu yang bisa ditargetkan untuk penyaringan dan juga dipertimbangkan untuk kemo pencegahan dengan menggunakan obat anti-androgen seperti finasteride," kata Giraud.

Giraud, yang juga seorang profesor onkologi radiasi di Paris Descartes University, mencatat bahwa pola kebotakan laki-laki (androgenic alopecia) adalah sangat umum, mempengaruhi sekitar separuh dari semua pria di beberapa titik dalam hidup mereka. Sebelumnya hal ini dikaitkan dengan konversi testosteron menjadi hormon androgen, dan androgen juga telah sebelumnya terlibat dalam pertumbuhan kanker prostat.

Finasteride - digunakan untuk mengobati kebotakan - adalah obat yang juga telah menunjukkan untuk menurunkan kejadian kanker prostat.

Untuk mengeksplorasi hubungan yang mungkin antara pola botak dan kanker prostat, tim peneliti menghabiskan lebih dari dua tahun menganalisa perkembangan penyakit dan pola rambut rontok pada 388 pria dengan kanker prostat. Sebanyak 281 pria sehat terdaftar dalam studi untuk perbandingan.


Orang-orang itu didiagnosis antara usia 46 dan 84. Mulai tahun 2004, para peneliti meminta mereka untuk menunjukkan apakah mereka pernah mengalami kebotakan sebelumnya.

Tim peneliti menemukan bahwa 37 dari pasien kanker prostat (dan 14 dari pria sehat) telah mengalami beberapa bentuk rambut rontok di usia 20, mulai dari garis rambut mundur ke belakang hingga menyebabkan botak di bagian atas kepala, atau kombinasi keduanya.

Segala bentuk rambut rontok di usia 20 dikaitkan dengan dua kali lipat risiko kanker prostat, para penulis penelitian melaporkan. Tim peneliti memperingatkan, bagaimanapun, bahwa masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa kebotakan dan kanker prostat, pada kenyataannya, terkait.

Sumber: Health Day

Selasa, 08 Februari 2011

KH Hasyim Asy'ari Menentang Liberalisasi Agama dan Pemikiran

KH Hasyim Asy'ari Menentang Liberalisasi Agama dan Pemikiran

Oleh: Kholili Hasib

Para intelektual muda NU yang hanyut dalam arus liberalisme agama, harus ditanggapi serius, karena pemikiran anak-anak muda itu cukup membahayakan, tidak hanya bagi NU tapi juga bagi keberagamaan di Indonesia secara umum. Pemikiran tersebut, sangat jauh dari ajaran-ajaran KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU yang dikenal tegas dan tidak kompromi terhadap tradisi-tradisi batil.

Kecemerlangan pemikiran Kyai Hasyim tersebut berbeda dengan kader-kader muda NU yang berfaham Liberal saat ini. “KH Hasyim adalah tokoh moderat, menghargai keberagamaan, dan terbuka,” ungkap seorang kader muda NU, dalam acara bedah bukunya berjudul “Hadratussyaikh; Moderasi Keumatan dan Kebangsaan” pada 13 Maret 2010 di Jombang. Penulis yang juga aktivis Islam Liberal, ingin menarik-narik, bahwa pemikiran Kyai Hasyim sesuai dengan pemikiran progresif anak-anak muda NU saat ini.

Progresif dalam pemikirannya, adalah yang tak jauh dari pemikiran liberal dan inklusif. Tentu, ini sebuah kesimpulan yang berani dan cenderung gegabah. Kesimpulannya tersebut akan membawa dampak tidak sehat terhadap organisasi NU ke depan. Sebab, ketokohan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, sangat jauh dari ide-ide inklusivisme (keterbukaan) mereka. Pada zamannya, Kyai Hasyim adalah tokoh yang memegang kokoh fundamen-fundamen syariat.

Dalam konteks dinamika pemikiran progresif anak-anak muda NU seperti sekarang, cukup menarik bila kita mengomparasikan dengan pemikiran founding father Jam’iyah NU ini. Ada jarak yang cukup lebar ternyata antara ide-ide Kyai Hasyim dengan wacana-wacana yang dikembangkan kader-kader muda NU yang liberal itu.

Ketokohan KH Hasyim Asy’ari yang sangat disegani, yang membuat orang NU ingin diakui sebagai pengikut beliau. Akan tetapi, upaya pengakuan yang dilakukan anak-anak muda liberal NU tidak dilakukan dengan mengaca pada perjuangan dan ideologi Kyai Hasyim.

Sebaliknya, pemikiran Kyai Hasyim justru secara paksa disama-samakan dengan pemikiran inklusivisme mereka. Padahal Kyai Hasyim Asy’ari pada zamannya terkenal sebagai ulama’ yang tegas dan tidak kompromi dengan tradisi-tradisi yang tidak memiliki dasar.

…Kyai Hasyim Asy’ari pada zamannya terkenal sebagai ulama’ yang tegas dan tidak kompromi dengan tradisi-tradisi yang tidak memiliki dasar…

Ketegasan Kyai Hasyim

Wajah pemikiran pendiri NU ini yang paling menonjol adalah dalam pendidikan Islam, sosial politik dan akidah. Akan tetapi pemikiran yang terakhir beliau ini belum banyak dielaborasi. Padahal untuk bidang keyakinan ini, beliau dikenal mengartikulasikan basicfaithnya secara ketat, tegas, dan tidak kompromi.

Dalam kitabnya “Al-Tasybihat al-Wajibat Li man Yashna’ al-Maulid bi al-Munkarat” mengisahkan pengalamannya. Tepatnya pada senin 25 Rabi’ul Awwal 1355 H, Kyai Hayim berjumpa dengan orang-orang yang merayakan maulid Nabi SAW. Mereka berkumpul membaca al-Qur’an, dan sirah nabi.

Akan tetapi, perayaan itu disertai aktivitas dan ritual-ritual yang tidak sesuai syariat. Misalnya, ikhtilath (laki-laki dan perempuan bercampur dalam satu tempat tanpa hijab), menabuh alat-alat musik, tarian, tertawa-tawa dan permainan yang tidak bermanfaat. Kenyataan ini membuat Kyai Hasyim geram. Kyai Hasyim pun melarang dan membubarkan ritual tersebut.

Dalam aspek keyakinan, Kyai Hasyim juga telah wanti-wanti warga Nahdliyin agar menjaga basic faith dengan kokoh. Pada Muktamar ke-XI pada 9 Juni 1936, Kyai Hasyim dalam pidatonya menyampaikan nasihat-nasihat penting. Seakan sudah mengetahui akan ada invasi Barat di masa-masa mendatang, dalam pidato yang disampaikan dalam bahasa Arab, beliau mengingatkan, “Wahai kaum muslimin, di tengah-tengah kalian ada orang-orang kafir yang telah merambah ke segala penjuru negeri, maka siapkan diri kalian yang mau bangkit untuk…dan peduli membimbing umat ke jalan petunjuk”.

Dalam pidato tersebut, warga NU diingatkan untuk bersatu rapatkan melakukan pembelaan, saat ajaran Islam dinodai. “Belalah agama Islam. Berjihadlah terhadap orang yang melecehkan al-Qur’an dan sifat-sifat Allah Yang Maha Kasih juga terhadap penganut ilmu-ilmu batil dan akidah-akidah sesat”, lontar Kyai Hasyim. Untuk menghadapi tantangan tersebut, menurut Kyai Hasyim, para ulama harus meninggalkan kefanatikan pada golongan, terutama fanatik pada masalah furu’iyah. “Janganlah perbedaan itu (perbedaan furu’) kalian jadikan sebab perpecahan, pertentangan dan permusuhan” tegasnya.

Tegas, tidak kenal kompromi dengan tradisi-tradis batil serta bijaksana. Inilah barangkali karakter yang bisa kita tangkap dari pidato beliau tersebut. Bahkan, pidato tersebut disampaikan kembali dengan isi yang sama pada muktamar ke-XV 9 Februari 1940 di Surabaya. Hal ini menunjukkan kepedulian beliau terhadap masa depan warga Nahdliyin dan umat Islam Indonesia umumnya, terutama masa depan agama mereka ke depannya – yang oleh beliau telah diprediksi mengalami tantangan yang berat.

Situasi aktual yang akan dihadapi kaum muslim ke depan sudah menjadi bahan renungan Kyai Hasyim. Dalam kitab “Risalah Ahlus Sunnah wa al-Jama’ah,” beliau mengutip hadits dari kitab “Fathul Baariy,” bahwa akan datang suatu masa bahwa keburukannya melebihi keburukan zaman sebelumnya. Para ulama’ dan pakar hukum telah banyak yang tiada. Yang tersisa adalah segolongan yang mengedepankan rasio dalam berfatwa. Mereka ini yang merusak Islam dan membinasakannya.

…Dalam kitab yang sama, Mbah Hasyim menyinggung persoalan aliran-aliran pemikiran yang dikhawatirkan akan meluber ke dalam umat Islam Indonesia…

Dalam kitab yang sama, Mbah Hasyim menyinggung persoalan aliran-aliran pemikiran yang dikhawatirkan akan meluber ke dalam umat Islam Indonesia. Misalnya, kelompok yang meyakini ada Nabi setelah nabi Muhammad, Rafidhah yang mencaci sahabat, kelompok Ibahiyyun – yaitu kelompok sempalan sufi mulhid yang menggugurkan kewajiban bagi orang yang mencapai maqam tertentu - , dan kelompok yang mengaku-ngaku pengikut sufi beraliran wihdatul wujud, hulul dan sebagainya.

Menurut Kyai Hasyim, term wihdatul wujud,dan hulul dipahami secara keliru oleh sebagian orang. Kalaupun term itu diamalkan oleh seorang tokoh sufi dan para wali, maka maksudnya bukan penyatuan Tuhan dan manusia (manunggaling kawula). Seorang sufi yang mengatakan “Maa fi al-Jubbah Illa Allah” maksudnya adalah bahwa sesuatu yang ada dalam jubbah atau benda-benda lainnya di ala mini tidak akan wujud kecuali karena kekuasaan-Nya. Artinya, menurut Kyai Hasyim, jika istilah itu dimaknai manunggaling kawula, maka beliau secara tegas menghukumi kafir.

…Tak sedikit punggawa Jaringan Islam Liberal berlatar belakang NU. Akan tetapi, yang diperjuangkan bukan lagi ke-NU-an sebagaimana ajaran Kyai Hasyim Asy’ari…

Karakter pemikiran yang diproduk Kyai Hasyim memang terkenal berbasis pada elemen-elemen fundamental. Dalam karya-karya kitabnya, ditemukan banyak pandangan-pandangan beliau yang menjurus pada penguatan basis akidah. Dalam kitabnya “Risalah Ahlus Sunnah wa al-Jama’ah” itu misalnya, Kyai kelahiran Jombang ini menulis banyak riwayat-riwayat tentang kondisi pemikiran umat pada akhir zaman.

Oleh sebab itu, Kyai Hasyim mewanti-wanti agar tidak fanatik pada golongan, yang menyebabkan perpecahan dan hilangnya wibawa kaum muslim. Jika ditemukan amalan orang lain yang memiliki dalil-dalil mu’tabarah, akan tetapi berbeda dengan amalan Syafi’i yah, maka mereka tidak boleh diperlakukan keras menentangnya. Sebaliknya, orang-orang yang menyalahi aturan qath’i tidak boleh didiamkan. Semuanya harus dikembalikan kepada Al-Qur’an, Hadits, dan pendapat para ulama.

NU Liberal Tak Sama dengan NU-nya KH Hasyim Asy’ari

Sayangnya, model pemikiran-pemikiran KH Hasyim Asy’ari tersebut tidak menjadi kaca yang baik. Bahkan ‘kaca’ pemikiran Kyai Hasyim berusaha diburamkan sedemikian rupa, terutama oleh anak-anak muda NU yang liberal.

Tak sedikit punggawa Jaringan Islam Liberal berlatar belakang NU. Akan tetapi, yang diperjuangkan bukan lagi ke-NU-an sebagaimana ajaran Kyai Hasyim Asy’ari. Pluralisme, sekularisme, kesetaraan gender, dan civil society adalah ide-ide yang diperjuangkan kader-kader muda NU di JIL.

Beberapa intelektual muda NU yang hanyut dalam arus liberalisme agama. harus ditanggapi serius, pemikiran anak-anak muda itu cukup membahayakan, tidak hanya bagi NU tapi juga keberagamaan di Indonesia secara umum.

...Ketika masih menjabat Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi gerah dengan munculnya wacana liberalisasi agama yang melanda kalangan muda NU. Beliau sadar bahwa liberalisme telah menjadi tantangan di NU…

Ketika masih menjabat Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi merasa gerah dengan munculnya wacana liberalisasi agama yang melanda kalangan muda NU. Beliau telah menyadari bahwa liberalisme telah menjadi tantangan di NU.

Sebab, liberalisasi agama jelas menyalahi tradisi NU, apalagi melawan perjuangan KH Hasyim Asy’ari. ” Liberalisme ini mengancam akidah dan syariah secara bertahap,” ujar Hasyim seperti dikutip www.nuonline.com pada 7 Februari 2009.

Kekhawatiran tersebut memang perlu menjadi bahan muhasabah di kalangan warga NU. Sebab, invasi anak-anak muda tersebut pelan-pelan akan menghujam ormas Islam terbesar tersebut. Kasus Ulil yang memberanikan diri mencalonkan diri sebagai ketua PBNU dalam muktamar kemarin adalah sebuah sinyal kuat. Bagaimana, tokoh liberal bisa masuk bursa calon ketua. Harusnya, ada ketegasan sikap dari elit-elit NU untuk mencegah.

Padahal, KH Hasyim Asy’ari sangat menentang ide-ide pluralisme, memerintah untuk melawan terhadap orang yang melecehkan al-Qur’an, dan menentang penggunaan ra’yu mendahului nas dalam berfatwa (lihat Risalah Ahlus Sunnah wa al-Jama’ah). Dalam Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam’iyati Nadlatu al-‘Ulama, Hadratu Syekh mewanti agar berhati-hati jangan jatuh pada fitnah – yakni orang yang tenggelam dalam laut fitnah, bid’ah dan dakwah mengajak kepada Allah padahal mengingkari-Nya.

Memang mestinya, nahdliyin yang liberal tidak mendapat tempat di dalam NU. Sebab, perjuangan Kyai Hasyim pada zaman dahulu adalah menerapkan syariat Islam. Untuk itulah beliau, sepulang dari belajar di Makkah mendirikan jam’iyyah – sebagai wadah perjuangan melanggengkan tradisi-tradisi Islam berdasarkan mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Ketegasan semoga tidak sekedar diwacanakan secara verbal. Tentu ini tidaklah cukup dibanding dengan kuatnya arus liberalisme di tubuh ormas Islam terbesar di Indonesia ini. Tindakan nyata dan tegas hukumnya fardlu 'ain bagi beliau dan para ulama' yang memiliki otoritas dalam tubuh organisasi.

Ormas-ormas Islam terbesar di Indonesia seperti NU adalah aset bangsa yang harus diselamatkan dari gempuran virus liberalisme. NU dan Muhammadiyah bagi muslim Indonesia adalah dua kekuatan yang perlu terus dibackup. Jika dua kekuatan ini lemah, tradisi keislaman Indonesia pun bisa punah. Maka, andai Kyai Hasyim hidup saat ini, beliau pasti akan berada di garda depan menolak pemikiran Liberal. [taz/voa-islam.com]

(Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor dan peneliti Center for Islamic and Occidental Studies (CIOS) ISID)

Sumber: voa-islam.com

Pelopor Hardiknas itu Muhammadiyah, Bukan Taman Siswa yang Theosofis

Pelopor Hardiknas itu Muhammadiyah, Bukan Taman Siswa yang Theosofis

Persyarikatan Muhammadiyah yang lebih dulu berdiri dan berkiprah di banding Taman Siswa justru tak dijadikan acuan pemerintah untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional. Padahal, dibanding Taman Siswa yang bercorak Theosofis, peran Muhammadiyah dalam bidang pendidikan di Indonesia lebih besar, bahkan hingga kini.

Setiap tanggal 2 Mei, pemerintah Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tanggal ini merujuk pada hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, sosok yang dianggap berperan penting dalam memajukan pendidikan nasional. Siapa Ki Hadjar Dewanatara? Bagaimana pemikirannya? Apakah kiprahnya layak dijadikan acuan sebagai Hari Kebangkitan Nasional?

Raden Mas Soewardi Soeryaningrat alias Ki Hadjar Dewantara dilahirkan di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Seperti halnya Raden Ajeng Kartini, hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara juga dijadikan peringatan nasional. Garis silsilah Ki Hadjar Dewantara berasal dari keturunan aristokrat Mataram. Ayahnya, Pangeran Soerjaningrat, adalah anak dari Paku Alam III. Pangeran Soerjaningrat adalah orang yang sejak muda menggeluti alam pikiran Barat, kebatinan, filsafat, dan sastra. Pergaulannya untuk mendalami bidang tersebut sangat luas, diantaranya dengan tokoh-tokoh seperti dr Wahidin Soedirohoesoedo (pendiri Boedi Oetomo), Pastor Van Lith (Pastor Jesuit yang menjalankan misi pendidikan di kalangan kebangsaan), dan G.A.J Hazeau (asisten Snouck Hurgronje yang juga aktif dalam mengembangkan pendidikan sekular).

Ki Hadjar Dewantara menghabiskan masa kecil sebagai anak seorang elit Jawa yang lekat dengan dunia kebatinan. Masa kanak-kanak dan remajanya dipengaruhi oleh sastra Jawa, agama Islam, dan ajaran-ajaran Hindu purba. Ki Hadjar juga seorang pengagum cerita-cerita mitos dalam dunia pewayangan. Bagi orang Jawa, wayang adalah pertunjukan lakon yang melambangkan kehidupan dan kemanunggalan antara kawula dan gusti.

Ki Hadjar menamatkan pendidikan dasarnya di Europese Lagere School (Sekolah Dasar Eropa) dan kemudian melanjutkan ke pendidikan guru di Yogyakarta. Pada tahun 1905, Ki Hadjar masuk ke sekolah kedokteran di Batavia, STOVIA. Di sinilah ia bertemu dengan beberapa aktivis lainnya dan mulai banyak terlibat dalam aksi-aksi dan pemikiran tentang kebangsaan. Saat Boedi Oetomo dideklarasikan di STOVIA, Ki Hadjar diserahi tugas sebagai pimpinan bagian propaganda.

Pada tahun 1913 sampai 1919, Ki Hadjar tinggal dalam pembuangan di negeri Belanda. Di negeri inilah ia banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan lainnya yang telah lebih dulu tinggal di sana. Di Belanda pula, Ki Hadjar banyak bertemu dengan para aktivis Theosofi dan tokoh-tokoh Belanda, seperti Abendanon, Stokvis, Jonkman, Theodore Conrad van Daventer, dan Van Koll. Mereka semua adalah tokoh-tokoh yang banyak memainkan peranan penting dalam membentuk kader-kader pribumi yang berpola pikir barat dan Theosofi.

Ketika berada dalam pembuangan, Ki Hadjar juga banyak terpengaruh oleh para pemikir seperti Rabindranath Tagore, Maria Montessori, dan Rudolf Steiner. Tagore adalah seorang pujangga dan ahli ilmu jiwa dari India yang sering menjadi rujukan para aktivis Theosofi. Tagore mempunyai lembaga pendidikan bernama “Shanti Niketan”, di sebelah utara Kota Kalkutta. Tagore mempunyai konsep pendidikan “bebas” dan “merdeka”, yaitu bahwa pendidikan adalah semata-mata dijadikan alat dan syarat untuk memperkokoh hidup kemanusiaan sedalam-dalamnya. “Bebas” maksudnya adalah terlepas dari ikatan apapun, dan “merdeka” maksudnya adalah bebas mewujudkan ciptaan berupa apapun dan hanya boleh terikat oleh kodrat alam dan zaman.

Sedangkan Motessori adalah ahli pendidikan dari Italia yang mempunyai sekolah “Casa dei Bambini”. Montessori menjalankan konsep pendidikan dengan mementingkan hidup jasmani anak-anak didik dan mengarahkan kepada kecerdasan budi. Dasar utama pendidikan, bagi Montessori, adalah kebebasan dan spontanitas untuk mendapatkan kemerdekaan yang seluas-luasnya. Dan Rudolf Steiner, tokoh ketiga yang menjadi rujukan Ki Hadjar, adalah seorang pendiri Antrophosophy Society, sebuah gerakan yang dimotori oleh para aktivis Kristen yang sejalan dengan pemikiran Theosofi.

…Buya Hamka menyenbut Taman Siswa sebagai gerakan abangan, klenik, dan primbon Jawa yang mengamalkan ritual shalat daim.

Kelak, pemikiran para tokoh tersebut yang sangat berbau Theosofi mempengaruhi pola pendidikan yang ada pada Taman Siswa, lembaga pendidikan yang didirikan KI Hadjar Dewantara. Dalam buku ”Perkembangan Kebatinan di Indonesia”, Buya Hamka menyenbut Taman Siswa sebagai gerakan abangan, klenik, dan primbon Jawa yang mengamalkan ritual shalat daim. Dalam kepercayaan kebatinan, shalat di sini bukan bermakna ritual seperti yang dijalankan umat Islam, tetapi shalat dalam pengertian kebatinan, yaitu menjalankan kebaikan terus menerus. Setiap kebaikan adalah shalat, setiap eling kepada Tuhan adalah shalat. Begitulah ajaran yang dipercaya oleh kalangan kebatinan, termasuk para tokoh Taman Siswa.

Ritual shalat daim banyak dilakukan oleh aktivis Theosofi, sebuah aliran kebatinan yang berada di bawah pengaruh pemikiran Yahudi. Dan kelak, cita-cita dan pola pikir Taman Siswa sama sebangun dengan Gerakan Theosofi. Ini disebabkan, para pendiri Taman Siswa seperti Ki Hadjar Dewantara dan Ki Sarmidi Mangoensarkoro adalah orang-orang yang berada di bawah pengaruh Theosofi.

…Cita-cita dan pola pikir Taman Siswa sama sebangun dengan Gerakan Theosofi. Karena para pendiri Taman Siswa seperti Ki Hadjar Dewantara dan Ki Sarmidi Mangoensarkoro hidup di bawah pengaruh Theosofi…

Taman Siswa, Kebatinan, dan Cita-Cita Theosofi

Taman siswa didirikan di Yogyakarta pada 3 Juli 1922. Tokoh lain di balik Taman Siswa adalah Ki Sarmidi Mangoensarkoro. Dilahirkan di Surakarta, 23 Mei 1904, Ki Sarmidi adalah anak seorang pegawai Keraton Surakarta yang memegang teguh ajaran Theosofi. Ia menamatkan pendidikannya di Arjuna School Jakarta, dan menjadi anggota Perkumpulan Pemuda Theosofi. Ki Sarmidi juga pernah menjadi Ketua Jong Java cabang Yogyakarta. Di Kalangan anggota Taman Siswa, selain Ki Hadjar Dewantara, Ki Sarmidi-lah sosok yang disebut-sebut sebagai perumus, pemikir, dan pelaksana cita-cita Taman Siswa. Arjuna School adalah sekolah milik aktivis Theosofi dan Jong Java adalah organisasi Perhimpunan Pemuda Jawa yang kental dengan nilai-nilai Theosofi dan kebatinan Jawa.

Meski tak setenar nama Ki Hadjar Dewantara, nama Ki Sarmidi Mangoensarkoro juga diabadikan oleh pemerintah pada sebuah jalan di daerah Menteng, Jakarta Pusat.Pemerintah menganggap Ki Sarmidi sebagai tokoh pendidikan, di samping tokoh-tokoh lainnya. Padahal, dalam buku “Pengantar Goeroe Nasional” Ki Sarmidi yang memang anggota Theosofi ini, banyak mengambil pemikiran George Sydney Arundale, Presiden Theosofi Internasional ketiga setelah Annie Besant. Aneh memang, organisasi Theosofi yang secara resmi pernah dilarang pemerintah, namun pemikiran para tokohnya masih dianggap memiliki peran penting dalam pendidikan bangsa ini.

Cikal bakal Taman Siswa berasal dari diskusi rutin pada Selasa Kliwon yang dipimpin oleh Pangeran Soeryamentaram. Pangeran Soeryamentaram alias Ki Ageng Soeryamentaram adalah nama dari Bendara Raden Mas Kudiarmadji putra Sri Sultan Hamengkubowono VII yang lahir pada 20 Mei 1892. Pengembaraan batinnya sangat luas. Ia mempelajari agama Nasrani dan juga masuk ke dalam Theosofi. Karya terbesar Ki Ageng Soeryamentaram adalah membuat sebuah konsep kebahagian yang ia sebut sebagai Ilmu Kawruh Begja

Peserta diskusi ini sering disebut dengan istilah “Gerombolan Selasa Kliwon.” Mereka adalah, Ki Hadjar Dewantara, R.M Soetatmo Soerjokoesoemo, R.M.H Soerjo Poetro, Ki Pronowidigdo, Ki Sutopo Wonoboyo, Ki Surjodirjo, BRM Subono, dan Pangeran Soeryamentaram. Setiap pertemuan, mereka mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan kebatinan, yaitu usaha untuk “membahagiakan diri, membahagiakan bangsa, dan umat manusia.” Inilah yang menjadi asas Taman Siswa, yaitu perpaduan antara pendidikan barat dan kebatinan dalam mewujudkan suatu kemerdekaan batin, kemerdekaan pikiran, dan kemerdekaan tenaga.

…Inilah yang menjadi asas Taman Siswa, yaitu perpaduan antara pendidikan barat dan kebatinan dalam mewujudkan suatu kemerdekaan batin…

Berdirinya Taman Siswa dianggap sudah sesuai dengan cita-cita kebatinan. Selain itu, seperti halnya Freemasonry dan Theosofi yang menomorsatukan kemanusiaan, cita-cita Taman Siswa juga dengan tegas dinyatakan tidak akan mengabaikan nilai hidup yang lebih tinggi, yaitu kemanusiaan. Artinya, Taman Siswa menomorsatukan pengabdian kepada kemanusiaan, dan tidak disinggung sedikitpun mengenai ketuhanan.

Taman Siswa mengamalkan apa yang mereka sebut sebagai Panca Dharma alias Lima Pengabdian, yaitu:Kemerdekaan, Kodrat Alam, Kebudayaan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan. Tak ada dictum yang menyebutkan pengabdian terhadap ketuhanan inilah yang menyebabkan timbulnya kecurigaan dari kalangan umat Islam saat itu bahwa Taman Siswa jauh dari nilai-nilai Ketuhanan dan anti terhadap agama.

Di antara yang mengkritik asas dan cita-cita Taman Siswa adalah Mingguan Abadi. Dalam artikelnya, pada 2 Januari 1972. Abadi menilai tidak dicantumkannya soal ketuhanan mencerminkan bahwa Taman Siswa jauh dari kepercayaan terhadap ketuhanan dan lebih mementingkan kemanusiaan. Taman Siswa juga dinilai mengabaikan sila Ketuhanan yang tercermin dalam ideologi negara, Pancasila.

…Taman Siswa jauh dari kepercayaan terhadap ketuhanan dan lebih mementingkan kemanusiaan…

Kritik terhadap keberadaan Taman Siswa dari kalangan Islam saat itu cukup beralasan, mengingat banyak organisasi kebangsaan yang lahir pada masa itu, terutama yang berada di bawah pengaruh Theosofi, banyak melakukan pelecehan terhadap ajaran-ajaran Islam. Melihat keberadaan Taman Siswa yang sama sekali tidak mencantumkan diktum tentang Ketuhanan dalam asas dan cita-citanya, umat Islam saat itu beranggapan bahwa Taman Siswa jauh dari nilai-nilai ketuhanan dan agama, dan lebih mementingkan kehidupan batin dan pola pikir barat.

Kecurigaan itu tak berlebihan, sebab dalam beberapa pidato para petinggi Taman Siswa, termasuk pemikiran pendirinya Ki Hadjar Dewantara, corak kebatinan dan Theosofi begitu kental terasa. Hal ini diperkuat lagi, ketika Taman Siswa menyatakan bahwa dalam menjalankan roda pendidikannya, mereka menggunakan tiga sistem among, yaitu:Mengabdi kepada prikemanusiaan, membangun kepribadian sesuai kodrat alam, dan membangun kemerdekaan. Sekali lagi, tidak disebut sedikitpun tentang ketuhanan.

Mereka yang tergabung dalam Taman Siswa sering disebut “Keluarga Besar yang Suci” yang mempunyai sikap lahir dan batin. Dan Ki Hadjar Dewantara mendapat julukan sebagai “Bapak dari Keluarga Besar yang Suci.” Istilah-istilah ini mengingatkan kita pada Theosofi. Soekarno pernah menyebut bahwa apa yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara lebih disebabkan oleh panggilan mistik, ketimbang lainnya.

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara memang sangat Theosofis. Ia misalnya mengatakan bahwa semua agama di dunia sama, karena mengajarkan asas kasih sayang kepada sesama manusia dan mengajarkan perihal kedudukan manusia yang terhormat di hadapan Tuhan-nya. Ki Hadjar berkeyakinan bahwa sumber gerak evolusi seluruh alam semesta adalah kasih sayang ilahi. Inilah yang disebut dengan istilah “kodrat alam”. Asas kodrat alam bagi Ki Hadjar adalah menyatunya aspek yang diperhamba dan aspek yang dipertuhan, dari setiap benda-benda.

…Pemikiran Ki Hadjar Dewantara memang sangat Theosofis. Ia misalnya mengatakan bahwa semua agama di dunia sama…

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hadjar Dewantara mendapat gelar dari pemerintah sebagai Bapak Pendidikan Nasional.Tanggal kelahirannya, 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tapi, sejarah harus ditulis secara jujur dan terang, bahwa Ki Hadjar Dewantara yang dianggap sebagai tokoh pendidik bangsa ini, sejatinya adalah seorang Theosof, yang banyak menggali ide-ide pemikiran barat dan memadukannya dengan kebatinan. Konsep pendidikannya jelas berkiblat ke barat, sekaligus netral dari agama, meskipun ia sendiri mengaku sebagai seorang Muslim.

Muhammadiyah dan KH Achmad Dahlan: Pelopor Pendidikan Nasional

Dalam buku ”Kota Yogyakarta Tempoe Doeloe: Sejarah Sosial 1880-1930”, sejarawan senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Abdurrachman Surjomihardjo, menyebutkan bahwa berdirinya organisasi Muhammdiyah yang bergerak dibidang pendidikan pada tahun 1912 adalah wujud dari keprihatinan KH Achmad Dahlan terhadap maraknya berbagai lembaga sekolah yang dikelola oleh kalangan Kristen dan Freemasonry. Pada saat itu, masyarakat di Yogyakarta menyebut organisasi Freemasonry sebagai ”Gerakan Kemasonan”.

Sebelumnya, KH Achmad Dahlan adalah anggota Boedi Oetomo. Belakangan, ia keluar dari Boedi Oetomo karena melihat banyak dari aktivisnya yang sangat anti terhadap Islam. KH Achmad Dahlan bahkan pernah berupaya mengadakan pengajian bagi anggota Boedi Oetomo, namun upaya itu ditolak. Inilah yang kemudian membuatnya keluar dari organisasi tersebut dan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Karena itu, ketika Muhammadiyah berdiri, dengan kalimat sindiran para aktivis Muhammadiyah mengatakan, ”jika agama berada di luar Boedi Oetomo, maka sebaliknya politik berada di luar Muhammadiyah.”

…Muhammadiyah lahir sebagai respon dari maraknya pendidikan netral yang bercorak barat, Kristen dan Freemasonry. Apalagi sekolah Kristen yang mendapat subsidi pemerintah pada perkembangannya kerap melakukan upaya Kristenisasi…

Muhammadiyah lahir sebagai respon dari maraknya pendidikan netral yang bercorak barat, Kristen dan Freemasonry. Apalagi sekolah Kristen yang mendapat subsidi pemerintah pada perkembangannya kerap melakukan upaya Kristenisasi, dengan sokongan politik Kristenisasi Belanda yang terkenal dengan istilah ”Kerstening Politik” (Politik Kristenisasi). Di antara program Kerstening Politik yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 1910 adalah diadakannya aturan ”Sirkuler Minggu”, dimana tidak ada yang boleh menyelenggarakan kegiatan kenegaraan, sekolah, dan aktivitas pasar pada hari minggu. Kebijakan ini ditentang oleh aktivis Islam yang tergabung dalam Sarekat Islam, termasuk juga ditentang oleh KH Achmad Dachlan.

Di antara sekolah netral yang didirikan kelompok Mason adalah Frobel Scholen dan Neutrale Hollandsch Inlandsche Scholen di Yogyakarta. Sekolah-sekolah mereka dibekingi oleh para Mason Jawa dan Eropa yang tergabung dalam Neutrale Onderwijs Vereniging (Perhimpunan Pendidikan Netral).Orang –orang yang menjadi pengurus Neutrale Onderwijs adalah: Dr. D.I de Vries Robles (ketua), R.R Nitidipoero (Wakil Ketua), A.J.P Doom (Bendahara), A. Van Hoypusen (Sekretaris I), R.M Brotoadmodjo (Sekretaris II), dan para komisaris yang terdiri dari: A.B David, Mr. F.W Pynacker Hordijk, W.F.J Schilham, P.A Soerjahadiningrat, R.M.P Gondoatmodjo, dan R.T Wrjo Dirdjo.

Berbeda dengan Taman Siswa, Muhammadiyah mempunyai tujuan keislaman yang jelas, yaitu: ”Pertama: Menjebarkan pengadjaran Igama Kandjeng Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam kepada pendoedoek boemipoetra di dalam residentie Djokjakarta.” Kedua, ” Memadjukan hal Igama anggauta-anggautanya.”.

KH Achmad Dahlan adalah sosok ulama yang faqih, yang peduli terhadap nasib umat Islam terutama dalam bidang pendidikan. Ia pernah bermukim di Makkah untuk menimba ilmu. Pada saat pemerintah Hindia Belanda berupaya membendung pengaruh orang-orang yang baru pulang haji dari Makkah dan melarang masuknya buku-buku keislaman, yang dituding membawa ajaran Pan-Islamisme, KH Achmad Dahlan berupaya melakukan perlawanan dengan menyelundupkan buku-buku Islam, termasuk Majalah Al-Manar dan Al-Urwatul Wutsqa yang sangat berpengaruh saat itu. KH Achmad Dahlan menyelundupkannya masuk lewat pelabuhan di Tuban, kemudian membawanya ke Yogyakarta.

Di saat Belanda mengeluarkan kebijakan Kerstening Politik (Politik Kristenisasi) dalam bidang pendidikan dan kelompok Freemasonry juga berupaya memberikan pengaruh lewat bidang pendidikan yang bercorak barat dan netral, KH Achmad Dahlan berupaya melakukan upaya perlawanan dengan mendirikan Muhammadiyah. Sebuah organisasi yang sampai saat memiliki peranan penting dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Jadi, siapa yang pantas untuk diberi gelar Bapak Pendidikan Nasional, KH Achmad Dahlan atau KH Hadjar Dewantara? Siapa yang pantas diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, Muhammadiyah yang sudah berkiprah selama satu abad hingga kini atau Taman Siswa? Tulisan sederhana ini mengajak kita semua untuk jujur pada sejarah, sehingga tinta sejarah yang tertoreh begitu jernih, tidak buram, apalagi dimanipulasi! [Artawijaya/voa-islam.com]

(Disarikan dari buku: Gerakan Theosofi di Indonesia)

Sumber: voa-islam.com

Tidak Semua Perbedaan Pendapat Bisa Diterima

Tidak Semua Perbedaan Pendapat Bisa Diterima

Quraish Shihab menulis bahwa: ”Menghidangkan satu pendapat saja disamping dapat mempersempit dan membatasi seseorang, juga berbeda dengan kenyataan bahwa hampir dalam semua persoalan rinci keagamaan Islam ditemukan keragaman pendapat. Keragaman itu sejalan dengan ciri redaksi Al Qur'an dan hadits yang sungguh dapat menampung aneka pendapat.“ (M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, hlm. 5)

Kalau saja Quraish Shihab menghidangkan berbagai pendapat ulama yang diakui otoritas keilmuannya, tentunya tidak akan berdampak buruk seperti yang terjadi sekarang. Yang disayangkan, ternyata beliau menghidangkan pendapat orang-orang yang – nota bene – hanya pemikir yang kurang otoritatif dan sama sekali bukan ulama yang mu’tabar, sehingga menyeleweng jauh dari kebenaran dan cenderung berpendapat nyleneh.

Makanya, jauh-jauh sebelumnya, para ulama telah menyebutkan bahwa tidak setiap perbedaan pendapat dalam suatu masalah bisa diterima, karena bisa dimungkinkan bahwa yang berbeda itu adalah pendapat orang yang bukan ahlinya. Berkata Ibnu Hajar Al Haitami:

َلَيْسَ كُلُّ خِلَافٍ جَاءَ مُعْتَبَرًا إلَّا خِلَافًا لَهُ حَظٌّ مِنْ النَّظَرِ

"Tidak setiap perbedaan pendapat bisa diterima, kecuali perbedaan pendapat yang mempunyai dasar pijakan (menurut disiplin keilmuan)." (Ibnu Hajar Al Haitami, Tuhfah al-Muhtaj fi Syarhi al Minhaj, Dar Ihya Turats al Araby, Juz III, hlm. 209)

Kita lihat bagaimana Ibnu Hajar Al Haitami, seorang ulama besar dari Madzhab Syafi’i telah meletakkan sebuah kaidah yang sangat penting, khususnya bagi kaum muslimin di Indonesia yang kebanyakan masih menganggap bahwa seluruh perbedaan pendapat bisa ditampung dan diakomodir dengan alasan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Demokrasi, sehingga pendapat-pendapat nyleneh dan jelas-jelas bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist serta ijma’ pun harus diterima sebagai perbedaan pendapat. Sampai-sampai saat ini ada yang menyatakan, bahwa pendapat yang menghalalkan homoseks dan lesbian pun harus dihormati juga sebagai bagian dari perbedaan, karena perbedaan pendapat adalah rahmat. Tentu saja pendapat semacam ini sangat keliru.

Perkataan Ibnu Hajar Al-Haitami di atas dikuatkan juga dengan perkataan ulama besar, Imam Ar Romli:

إلَّا أَنْ يُقَالَ إنَّ هَذَا الْقَوْلَ شَاذٌّ , وَلَيْسَ كُلُّ خِلَافٍ يُرَاعَى

"Hanyasanya, bisa dikatakan bahwa pendapat ini adalah nyleneh, dan tidak setiap perbedaan pendapat bisa diterima." (Muhammad bin Shihabudin Ar Romli, Nihayah al Muhtaj ila Syarh al Minhaj, Beirut, Dar al Fikr.)

Dari sini, bisa penulis katakan bahwa pendapat-pendapat yang selayaknya ditampilkan dalam masalah jilbab ini, hanyalah terbatas pendapat-pendapat para ulama yang bergelut dalam bidang syari'ah dan memang telah diakui kredibilitas dan kemampuannya.

Seandainya Quraish Shihab hanya menampilkan dua pendapat kelompok besar dari para ulama tentang batasan aurat tentu kita sepakat dan mendukungnya. Berkata Quraish Shihab: "Secara garis besar, dalam konteks pembicaraan tentang aurat wanita, ada dua kelompok besar ulama masa lampau. Yang pertama menyatakan bahwa seluruh tubuh wanita tanpa kecuali adalah aurat, sedang kelompok kedua mengecualikan wajah dan telapak tangan.“ (M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, Juz II, hlm. 8)

Dua pendapat yang sudah disebutkan Qurasih, menurut hemat penulis secara umum sudah cukup mewakili seluruh ulama yang ada. Adapun jika ada perinciannya lagi dalam beberapa hal, maka bisa disesuaikan dengan kaidah-kaidah fiqh yang ada. Jadi, tidak perlu menampilkan lagi pendapat-pendapat cendekiawan kontemporer yang sebenarnya tidak berhak sama sekali ikut bicara dalam masalah yang bukan menjadi bidang garapannya, karena hal itu akan merusak tatanan disiplin keilmuan yang sudah ada. Dan jika beliau menampilkan pandangan cendekiawan kontemporer tersebut secara sepintas saja, tentunya dampak negatifnya lebih kecil dari pada sekarang. Tetapi kenyataannya beliau justru menyendirikan pandangan cendekiawan kontemporer tentang jilbab itu dalam satu bab secara lengkap, yaitu dari halaman 113 sampai 164, yaitu sekitar 30% dari jumlah keseluruhan isi buku -- sesuatu yang tidak dilakukan oleh Quraish Shihab ketika menerangkan tentang pendapat ulama yang diakui otoritasnya.

Bukan hanya pendapat para cendekiawan saja yang dipermasalahkan oleh para ulama, bahkan pendapat pakar ushul fiqh pun –yang dalam hal ini sangat dekat dengan ahli fiqh- belum tentu bisa diterima pendapatnya jika ia berbicara masalah fiqh. Berkata Imam Zarkasyi:

"Apakah pendapat pakar ushul fiqh ketika berbicara masalah fiqh bisa diterima? ....Adapun mayoritas ulama, termasuk di dalamnya Abul Husain bin Qattan menyatakan bahwa pendapat seorang pakar ushul fiqh dalam permasalahan fiqh tidaklah bisa diterima, karena dia tidak termasuk ahli fatwa." (Badruddin Zarkasy, Bahru al-Muhith, Dar al Kutby, Juz VI, hlm. 416, lihat juga Al Ghozali, Al Mutashfa, hlm : 144)

Kalau keadaannya demikian, bagaimana para ulama tersebut jika hidup pada zaman sekarang dan mendengar seorang insiyur bangunan, sarjana politik, mantan perwira, dokter gigi, ekonom atau sejenisnya yang sama sekali buta dengan ilmu-ilmu syariah kemudian berfatwa tentang hukum jilbab, tentunya akan ditolak mentah-mentah. Jika tidak memahami atau tidak mempunyai otoritas di bidang itu, seharusnya kembali kepada ulama yang diakui otoritasnya.

Ditulis Oleh: DR. Ahmad Zain An-Najah, M.A
sumber: Voa-islam.com

Mengoreksi Tafsir Liberal dan Feminis tentang Wanita

Mengoreksi Tafsir Liberal dan Feminis tentang Wanita

Oleh: Kholili Hasib

Wanita, selalu menjadi tema sentral dalam pemikiran modernisasi dan isu-isu globalisasi. Kebebasan wanita dan elemen-elemen yang terkait hampir selalu mencuat menjadi tema-tema utama wacana liberalisasi, persamaan (equality) dan modernisasi. Dalam perspektif liberal, kebebasan wanita adalah salah satu ikonnya. Saat ini, setidaknya ada dua isu hangat yang sedang mengalir; kasus video porno yang diperankan artis dan pilkada yang diramaikan calon-calon artis wanita.

Untuk pilkada, yang menjadi bahan perdebatan, artis-artis yang mancalonkan diri ada yang memiliki cacat moral –alias terkenal sebagai artis yang selalu tampil seksi dan porno di media. Dukungan bersumber dari aktivis feminis yang di antara tokohnya terkenal sebagai ilmuwan muslimah-berjilbab, dosen sebuah perguruan tinggi Islam terkenal yang pernah melontarkan pernyataan kontroversial tentang lesbian dan penafsiran agama.

Penafsiran liberal juga diaplikasikan kepada wacana pornografi, yang menjadikan wanita sebagai objek eksploitasi. Pornografi dianggap seni, yang perlu diapresiasi. Inilah nalar postmo, tidak mengenal ukuran normatif. Tidak dikenal benar-salah. Klaim kebenaran, dianggap menghambat orang lain dan menyuburkan otoriteriarisme. Ketika, korban-korban video porno yang menimpa anak-anak dan remaja semakin banyak, aktivis feminis dan liberal ‘tiarap’ tak dengar ‘nyanyian’ argumentatifnya. Itulah paradoks yang menimpa pemikiran postmodernisme – yang sejak awal kelahirannya selalu menjadi wacana kontroversial, terutama tentang diskursus perempuan.

…Penafsiran liberal juga diaplikasikan kepada wacana pornografi, yang menjadikan wanita sebagai objek eksploitasi. Pornografi dianggap seni, yang perlu diapresiasi. Inilah nalar postmo, tidak mengenal ukuran normatif…

Penindasan Dibalik Kampanye Feminisme

Diskursus perempuan dan aspek-aspek lainnya yang dikaitkan dengannya memang menjadi arena wacana yang selalu menarik. Lebih khusus dalam akal manusia Barat – di mana feminisme lahir darinya. Bagi Barat, sedari zaman kuno hingga abad modern, perempuan dan kecantikan serta seksualitas adalah wacana yang tidak bisa dipilah. Dalam patung-patung Yunani kuno misalnya, banyak ditampilkan model wanita telanjang. Tampaknya, Yunani kuno memuja-muja kemolekan perempuan, hal itu bisa dilihat dari arena Olympus Yunani kuno. Kebiasaan inilah barangkali yang diwariskan kepada budaya Barat saat ini.

Ironinya, di satu sisi keindahan fisik dipuja, di sisi lain hak dan jiwa wanita Barat saat itu dipenjara. Sejarah kelam institusi Inkuisisi Gereja pada era darkages menampilkan kerendahan perempuan dalam otoritas Gereja Eropa. Mayoritas korban penyiksaan keji lembaga Inkuisisi adalah perempuan. Hak dan kehormatan wanita dieksploitasi, bahkan oleh orang Barat kuno, wanita dianggap sebagai jelmaan setan. Naudzubillah.

Berangkat dari kutup ekstrim kembali pada kutub ekstrim yang lain. Inilah barangkali yang dialami diskursus perempuan Barat. Setelah mengalami eksploitasi hebat pada darkages, gerakan feminisme pada era pencerahan Eropa justru mebebeaskan perempuan sebebas-bebasnya, tanpa batas, mengenyahkan ukuran normatif agama.

Kelahiran feminisme, seiring dengan modernisasi agama di barat. Pada era selanjutnya, postmodernisme –memeriahkan intelektualitas Barat yang tidak hanya merambah dunia seni, arsitektur, dan sastra akan tetapi pada akhirnya ‘menyodok’ pula pada ruang agama. Inti kandungan filsafat postmodernisme ini adalah anti otoritas keagamaan, relativisme, pluralisme dan kesetaraan dalam semua aspek.

Term postmodernisme beserta ruang lingkupnya berpengaruh secara massif terhadap analisis kefilsafatan dan keberagamaan. Religiuitas Barat modern disesaki dengan pendekatan postomodern – yang doktrin utamanya adalah – nihilisme, anti-otoritas, pluralisme dan equality (kestaraan) tanpa memandang agama dan jenis kelamin.

Di sinilah, wacana tentang wanita mengalami perjalanan pada kutup ekstrim yang kedua. Dan dari sinilah wacana equality dan kebebasan perempuan justru menemukan titik eksploitas yang memuncak. Hal ini semakin menggugah pertanyaan, adakah kemajuan dan kemuliaan dari Liberalisasi Perempuan?

…Barat yang memelopori pembukaan kran liberalisasi perempuan, dan Barat pula yang melanggar hak-hak keperempuanan…

Barat yang memelopori pembukaan kran liberalisasi perempuan, dan Barat pula yang melanggar hak-hak keperempuanan. Berdasarkan laporan PBB tahun 2006, kasus kekerasan terhadap perempuan dan diskriminasi gender di lingkungan kerja Prancis sangat mengkhawatirkan. Menurut laporan tersebut, dua pertiga pekerja rendahan yang semuanya perempuan dalam kondisi mengkhawatirkan.

Di Inggris, kasus hamil di luar nikah, aborsi dan eksploitasi tubuh wanita oleh media juga menjadi menghiasi laporan PBB tahun 2008. Kondisi di AS lebih tragis, menurut laporan FBI AS, pada tahun 2003 sebanyak 93 korban perkosaan dan pelecehan seksual di AS tidak ditanggapi serius oleh pengadilan.

Liberalisasi dan slogan equaliy ternyata gagal mengangkat derajat mulia kaum perempuan. Liberalisasi dan feminisme, satu sisi membongkar kemapanan beragama kaum perempuan. Bahkan istilah feminis mengandung makna tidak beragama. Feminis berasal dari kata “Fe-minus” yang artinya tidak beriman. Di balik itu pula slogan equaliy seperti bunuh diri, yakni, perempuan dieksploitasi.

Di Indonesia, wacana tersebut ternyata diminati bahkan semakin percaya diri. Perempuan dan seks sengaja menjadi isu sentral dalam membentuk opini Liberal – yang antiotoritas normatif agama. Islam dalam konteks ini sengaja dikreasi menjadi agama Postmo – yakni doktrin-doktrinnya dibongkar diganti dengan norma-norma humanis-sekuler. Kelihatannya indah, tetapi mematikan. Rasanya nikmat, namun beracun.

…Di Indonesia, wacana liberalisasi dan feminisme sangat diminati. Perempuan dan seks sengaja menjadi isu sentral dalam membentuk opini Liberal. Seorang kandidat doktor menyatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai urusan dengan seksualitas…

Sebuah buku yang ditulis SQ, seorang kandidat doktor sebuah kampus di AS, mengatakan “Saya rasa Tuhan tidak mempunyai urusan dengan seksualitas”. Menurutnya, praktik seks bebas tidak secara jelas diatur dalam diktum keagamaan. Bahkan yang lebih ekstrim dia berkomentar “Agama yang masih mengatur seks, beserta hukumnya, adalah agama kuno”. Astaghfirullah…

Bagi kaum Liberal, inilah era posmo. Sebuah zaman yang tidak memerlukan aturan agama untuk menjadi manusia baik, sebab, seperti dikumandangkan oleh Nietzsche, Tuhan telah terbunuh. Otoritas tidak lagi normatif keagamaan, akan tetapi nilai-nilai rasio manusia. Dalam hal ini diskursus perempuan menjadi arena menarik untuk menjejali manusia modern agar menjadi manusia yang posmo.

Dalam konteks ini, wanita-wanita telah dimanfaatkan oleh pejuang-pejuang Feminisme untuk menipu para wanita, agar mereka beranggapan bahwa perjuangan Feminisme memiliki di negerinya sendiri, Sehingga, muncul persepsi bahwa kebangkitan wanita perlu dilakukan dan ditingkatkan, Namun sayang, perjuangan wanita kebanyakan telah menyimpang mereka berusaha menyaingi laki-laki dalam berbagai hal, yang kadangkala sampai di luar batas kodrat mereka sebagai wanita.

Tanpa mereka sadari, wanita-wanita telah diarahkan kepada perjuangan Feminisme dengan membawa ide-ide Kapitalisme–Sosialisme, yang pada akhirnya menjerumuskan wanita-wanita itu sendiri, bahkan membawa kehancuran bagi masyarakat dan negaranya. Hal ini disebabkan, mereka meninggalkan tugas utama sebagai ummun wa robbatul bait (ibu dan pengatur Rumah tangga) dan posisi mereka sebagai muslimah yang harus terikat dengan hukum-hukum syara’. Mereka telah terbelenggu kepada perjuangan yang bersifat individual dan semata-mata mendapatkan keuntungan.

…Tanpa mereka sadari, wanita diarahkan kepada perjuangan Feminisme dengan membawa ide-ide Kapitalisme–Sosialisme, yang pada akhirnya menjerumuskan wanita itu sendiri, bagi kehancuran masyarakat dan negaranya…

Disinilah menjadi suatu keharusan, untuk meluruskan peran wanita (khususnya muslimah) dalam usaha untuk mengembalikan kehidupan yang hakiki yang didasarkan kepada Islam sebagai diin yang syamil dan kamil. Perjuangan muslimah untuk kebangkitan umat yang hakiki tidak bisa dilepaskan dari perjuangan dengan laki-laki, karena untuk mewujudkan masyarakat Islam, di mana di dalam masyarakat itu terdiri dari laki-laki dan perempuan, mengharuskannya berjuang bersama-sama tidak terpisah-pisah dan bersaing satu sama lain.

Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor-Ponorogo.

Sumber: voa-Islam.com

Menyikapi Kematian Nasr Abu Zaid, Guru Besar 'Islam Liberal'

Menyikapi Kematian Nasr Abu Zaid, Guru Besar 'Islam Liberal'

Pemikir kontroversial Mesir dan profesor Studi Arab Nasr Hamid Abu Zaid Senin pagi kemarin (5/7) meninggal di sebuah rumah sakit Kairo akibat serangan virus yang dijelaskan oleh para dokter sebagai penyakit yang "jarang dan langka."

Pada tahun 1993, ia divonis murtad oleh para ulama Islam khususnya Al-Azhar dan menikah dengan Yunis yang secara resmi pernikahannya itu dibatalkan oleh pengadilan keluarga Mesir dengan alasan bahwa seorang wanita Muslim tidak bisa menikah dengan orang yang sesat dan murtad.

Di antara karya Abu Zaid yang dianggap terbaik oleh kalangan pemujanya berjudul "The Founding of Medieval Ideology and A Critique of Religious Discourse" (Pendirian Ideologi Abad Pertengahan dan Kritik Wacana Keagamaan.)

Nasr Abu Zaid sangat dikagumi oleh kelompok JIL Indonesia, pemikiran-pemikiran sesatnya dianggap progresif bagi kalangan sealiran dengan Ulil Abshar Abdallah cs.

Bagaimana Syariat memberi tuntunan kepada kita dalam menyikapi kematian orang seperti Nasr Abu zaid?

Seorang muslim yang baik akan bersedih dengan wafatnya para ulama dan dai Islam, sebaliknya dia akan bergembira dengan kebinasaan ahli bid’ah dan kesesatan, terutama jika mereka merupakan para tokoh, simbol kebesaran bagi para penyerunya. Dia bergembira karena matinya akan mematahkan pena-pena mereka, dan lenyap pemikiran mereka yang menimbulkan syubhat bagi manusia terutama orang awam.

Para salafus shalih tidak hanya memperingatkan kita akan bahaya mereka ketika masih hidup saja, lalu ketika mereka mati maka mereka dikasihani dan ditangisi kepergiannya. Bahkan dahulu para salafus shalih juga menjelaskan keadaan para ahli bid’ah tersebut sesudah matinya, dan menampakkan kegembiraan dengan matinya mereka, juga sebagian mereka memberi ucapan selamat kepada yang lain.

Dalam sebuah hadits shahih yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari, dari hadits Abu Qatadah bin Rib'i Al-Anshari, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ

"Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari keletihan dunia dan kesusahannya, kembali kepada rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, para hamba, negeri, pohon dan binatang beristirahat (merasa aman dan tenang) darinya." (HR. Bukhari np. 6031, Muslim no. 950, Ahmad no. 21531)

Maka bagaimana seorang muslim yang baik tidak gembira dengan kematian orang yang mengganggu dan merusak para manusia dan negeri? Oleh karena itu ketika sampai berita Al-Marisi yang sesat ketika itu Busyr bin Harits sedang di pasar dia berkata: "Kalau bukan tempat kemasyhuran tentunya itu tempat untuk bersyukur dan sujud, Alhamdulillah yang telah mematikannya." (Tarikh Baghdad: 7/66) dan ( Lisanul Mizan: 2/308).

Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya: "Seseorang bergembira dengan apa yang menimpa para sahabat Ibnu Abi Du’ad, apakah dia berdosa?" Beliau menjawab: "Siapa yang tidak senang dengan berita ini?" (Asunnah karangan Khalal: 5/121)

Salamah bin Syabib berkata: "Ketika itu saya bersama Abdur Razzaq – yakni Ashan’ani -, lalu datanglah berita kematian Abdul Majid, maka beliau berkata: (Alhamdulillah yang telah mengistirahatkan umat Muhammad dari Abdul Majid) (Siyar A’lamun Nubala: 9/435).

Dan Abdul Majid ini adalah anaknya Abdul Aziz bin Abi Ruwad, dia adalah tokoh Murji’ah.

Dan ketika sampai berita kematian Wahab Al-Qurasyi – dia adalah tokoh sesat dan menyesatkan – kepada Abdur Rahman bin Mahdi beliau berkata: Alhamdulillah yang telah mengistirahatkan kaum muslimin darinya. ( Lisanul Mizan Ibnu Hajar: 8/402).

Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam (Al-Bidayah Wan Nihayah 12/338) tentang salah seorang tokoh ahli bid’ah: ( Allah telah mengistirahatkan kaum muslimin darinya di tahun ini dibulan Dzul Hijjah, dan dikubur dirumahnya, kemudian dipindahkan ke pemakaman Quraisy hanya milik Allah pujian dan karunia, dan ketika orang tersebut mati maka pengikut ahli sunah wal jama’ah sangat bergembira dengan kematiannya, dan mereka menampakkan kesyukuran kepada Allah, tidak dijumpai satupun dari mereka melainkan memuji Allah Ta’ala).

Demikianlah sikap para salafus shalih rahimahumullah ketika mendengar berita kematian salah satu tokoh ahli bid’ah dan kesesatan, kadang-kadang sebagian berhujah dengan yang dinukilkan oleh Ibnu Qayyim rahimahullah dalam kitabnya (Madarijus Salikin: 2/345) tentang sikap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dari musuhnya ketika beliau berkata: (suatu hari aku datangi beliau memberi kabar gembira kematian musuhnya yang terbesar, dan yang paling keras permusuhannya dan gangguannya kepada beliau, beliau menghardiku dan mengingkariku dan mengucapkan Innalillahi wainna ilaihi raji’un, kemudian beliau berdiri dan langsung menuju rumahnya dan memberi ta’ziyah kepada keluarganya dengan berkata: sesungguhnya aku bagi kalian sebagai gantinya....) dan barang siapa yang merenungkannya akan menemukan tidak adanya pertentangan antara dua perkara tersebut , karena termasuk kebaikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah beliau tidak membalas dendam untuk dirinya pribadi, oleh karena itu ketika muridnya mendatanginya menyampaikan kabar gembira kematian salah satu musuhnya bahkan yang paling memusuhi dan mengganggunya beliau menghardiknya dan mengingkarinya, karena murid beliau hanyalah menampakkan kepada Syaikhnya kegembiraannya dengan kematian salah satu musuhnya bukan gembira atas kematiannya karena dia salah satu tokoh kebid’ahan dan kesesatan. (ar/voa-islam.com)

Nasihat Alumnus ESQ untuk Ary Ginanjar Agustian

Nasihat Alumnus ESQ untuk Ary Ginanjar Agustian

Oleh: Farid Achmad Okbah, M.A. (Alumnus ESQ ke-46)

Dalam rangka melaksanakan perintah Allah untuk saling menasihati dengan kebenaran dan kesabaran (tawashau bil-haqq wa tawashau bis-shabri), maka sebagai saudara Muslim saya tergugah untuk memberikan nasihat kepada Bapak Ari Ginanjar, barangkali memberikan manfaat.

Nasihat ini saya lakukan, setidaknya, karena tiga hal. Pertama, saya mencintainya karena Allah. Kedua, karena saya sudah menyaksikan baik lewat kumpulan VCD maupun pelatihan ESQ yang ke-46 dengan registrasi nomor 166. Maka, tanggung jawab orang yang mengetahui berbeda dengan orang yang tidak mengetahui.

Ketiga, bahwa saya tidak ada kepentingan apapun selain menyampaikan kebenaran agar Bapak Ary terhindar dari ancaman surat Al-Ahzab ayat 66-68 karena mengajarkan yang salah dan diikuti oleh orang banyak, meskipun bapak menyatakan bahwa ini training manajemen, bukan agama. Namun, isi training ini lebih menonjol sisi agamanya. Allah menyebutkan dalam surat Yunus ayat 32 "Adakah setelah kebenaran kecuali kesesatan?"

Semoga nasihat yang keluar dari hati akan masuk ke hati.

…Sebagai saudara Muslim saya tergugah untuk memberikan nasihat kepada Bapak Ari Ginanjar. Semoga nasihat yang keluar dari hati akan masuk ke hati…

HAL-HAL YANG POSITIF

Setelah menyaksikan secara langsung pelatihan ESQ ke-46 di Hotel Melia, Kuningan Jakarta, yang diikuti oleh 650 peserta dan dibuka oleh Menteri Negara BUMN Sugiharto serta diramaikan oleh alumnus-alumnus berbobot ESQ seperti AM Fatwa, saya melihat ada sejumlah kelebihan pelatihan ESQ. Yaitu:

1. Penampilan menarik.
2. Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga betul-betul mendukung.
3. Multimedia bagus.
4. Kerja sama tim yang rapi dan kompak.
5. Selingan humor dan olahraga.
6. Menampilkan hasil penelitian ilmiah.
7. Banyak memakai istilah bahasa Inggris.
8. Ary Ginanjar tampil all out.
9. Cerita-cerita yang memukau.
10. Pemberian hadiah memotivasi.
11. Banyak diikuti oleh kalangan elitis yang belum tersentuh pengajian.
12. Menampilkan pengalaman-pengalaman pribadi atau orang lain seperti kapten Abdul Razak.
13. Insya Allah ini akan berkembang tapi perlu disempurnakan.

HAL-HAL YANG NEGATIF DALAM MASALAH AKIDAH YANG PERLU DIPERBAIKI

Agar objektif dan jujur saya terpaksa mengemukakan hal-hal yang saya pandang negatif agar diperbaiki dalam masalah akidah.

1. Meyakini Allah terdapat dalam hati.

Pak Ary Ginanjar dalam ungkapannya menyatakan keyakinan bahwa Allah terdapat dalam hati. Seperti mengemukakan riwayat Umar yang telah melihat Tuhan dengan hatinya.

…Siapa yang mengatakan sesuatu yang saya tidak mengatakannya, maka hendaknya dia menempati tempat duduknya dalam api neraka. HR Muttafaqun alaihi…

Koreksi:

Riwayat ini tidak benar. Tetapi yang benar adalah Aisyah bertanya kepada Rasulullah apakah beliau melihat Tuhan di Sidratul Muntaha. Rasulullah menjawab, "Cahaya, bagaimana aku melihatnya?"

Terdapat pendapat Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah b melihat Tuhan dengan mata hatinya. Demikian keyakinan Ahlus Sunnah.

2. Mengutip hadits palsu dalam masalah aqidah

Berkali-kali Pak Ary Ginanjar menyebut hadits:

"Siapa yang mengetahui dirinya, maka dia mengenal Tuhannya."

Koreksi:

Kalimat di atas bukanlah hadits, melainkan ucapan Saad bin Muadz (lihat kitab Al-Maqaashidul-Hasanah karangan Imam Shahawi). Sementara Abu Nuaim dalam kitabnya Al-Hilyah jilid X hlm. 208 mengatakan bahwa ucapan itu adalah kata-kata Sahal Attasturi. Ibnul Qayyim dalam kitabnya Al-Fawaa’id hal 290 telah menjelaskan maknanya. Maaf, berbahaya berbicara mengatasnamakan Nabi, padahal beliau tidak mengatakannya. Rasulullah bersabda:

"Siapa yang mengatakan sesuatu yang saya tidak mengatakannya, maka hendaknya dia menempati tempat duduknya dalam api neraka." (HR Muttafaqun alaihi).

3. Aplikasi asmaul husna bertentangan dengan Al-Qur'an

Pak Ary sangat menekankan Asmaul Husna untuk diikuti dan berpegang kepada ungkapan:

"Berakhlaklah dengan akhlak Allah."

Koreksi:

Al-Qur'an menekankan agar kita berakhlak seperti Nabi Muhammad. Allah berfirman:

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung" (Qs Al-Qalam 4).

Sedang terhadap asmaul husna, Allah memerintahkan untuk berdoa dengannya.

"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu…" (Al-A'raf: 180)

Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyebut al-ismul a'dham (Nama yang paling agung) seperti dalam beberapa riwayat.

…Bapak Ary Ginanjar menyebut bahwa Allah menciptakan alam semesta ini untukmu wahai Muhammad. Ini adalah bertentangan dengan Al-Qur'an surat Adz-Dzariyat ayat 56…

4. Hanya menekankan Tauhid Rububiyah

Kajian tauhid hanya menekankan kepada tauhid rububiyah yang menekankan kebesaran Allah SWT melalui ciptaan-Nya (ayat kauniyah) yang sebenarnya Allah hanya menuntut memahaminya saja agar lebih dekat kepada Allah dan menyampaikan ayat-ayat Qur’aniyah sebagai pendukung. Padahal Allah menekankan ayat-ayat Qur’aniyah untuk diikuti secara total. Dan misi utama para nabi justru pada tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah (Qs An-Nahl 36).

Dan jangan lupa sebanyak 84 surat turun di Mekkah untuk menekankan tauhid selama 13 tahun tidak mungkin akan dipahami dalam 4 hari dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan perintah Allah seperti larangan tepuk tangan (Qs. Anfal 35) dan larangan musik-musik seperti (Qs. Al-Mukminun 3).

…Beliau bersumpah seandainya mereka siap untuk dimatikan sekarang dan masuk neraka. Jangan menantang Allah SWT. Rasulullah SAW ketika bersumpah Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya…

Beliau bersumpah seandainya mereka siap untuk dimatikan sekarang dan masuk neraka. Jangan menantang Allah SWT. Rasulullah SAW ketika bersumpah Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya.

Dan lain-lain kesalahan akidah (saya sertakan beberapa makalah barangkali bermanfaat).

Yang lebih fatal lagi, Bapak Ary Ginanjar menyebut bahwa Allah menciptakan alam semesta ini untukmu wahai Muhammad. Ini adalah bertentangan dengan Al-Qur'an surat Adz-Dzariyat ayat 56. Dan, kalaupun itu ada yang menyebut hadits ternyata itu palsu. Dan keyakinan harus didasarkan kepada Al-Qur'an dan sunnah yang shahih.

Dan masih banyak kesalahan lain yang belum saya sebutkan. Wallahu A'lam.

Baca berita terkait:

1. 27 Penyimpangan ESQ Ary Ginanjar Versi Nahimunkar.com.
2. ESQ Merusak Akidah Karena Jadikan Suara Hati Sebagai Sumber Kebenaran.
3. Nasihat Alumnus ESQ untuk Ary Ginanjar Agustian.
4. Farid Okbah: 'Mereka Bertanggung Jawab kepada Allah Atas Setiap KesalahanESQ.'
5. Amin Djamaluddin: Ajaran ESQ Ary Ginanjar tentang Asma Allah Jelas Menyimpang.
6. ESQ Ary Ginanjar Difatwa Sesat Karena Merusak Aqidah dan Menghina Nabi.
7. Kutipan Fatwa Mufti Malaysia tentang Kesesatan ESQ Ary Ginanjar.
8. Dewan Dakwah Bantah Dukung ESQ Ary Ginanjar.
9. Akhirnya Ary Ginanjar Akui Kekeliruan ESQ.
10. Klarifikasi ESQ Soal Masukan Berharga Ustadz Farid OkbahkepadaPak AryGinanjar.
11. Paduan Suara Lagu 'Asma' Para Pembela ESQ Ary Ginanjar.

Sumber : voa-islam.com

Toleransi Islam vs Toleransi Barat

Toleransi Islam vs Toleransi Barat

Oleh: Kharis Nugroho, Lc.

Toleransi dalam Islam merupakan pembahasan yang cukup penting untuk dikaji, karen banyak di kalangan umat Islam yang memahami toleransi dengan pemahaman yang kurang tepat. Misalnya, kata “toleransi” dijadikan landasan paham pluralisme yang menyatakan bahwa “semua agama itu benar”, atau dijadikan alasan untuk memperbolehkan seorang muslim dalam mengikuti acara-acara ritual non-muslim, atau yang lebih mengerikan lagi, kata toleransi dipakai oleh sebagian orang ‘Islam’ untuk mendukung eksistensi aliran sesat dan program kristenisasi baik secara sadar maupun tidak sadar. Seolah-olah, dengan itu semua akan tercipta toleransi sejati yang berujung kepada kerukunan antar umat beragama, padahal justru akidah Islamlah yang akan terkorbankan.

Sebagai muslim, kita harus mengembalikan hakikat toleransi dalam kacamata Islam. Sebab, istilah toleransi ini - sebagaimana disebutkan dalam buku Tren Pluralisme Agama karya Dr Anis Malik Toha -, pada dasarnya tidak terdapat dalam istilah Islam, akan tetapi termasuk istilah modern yang lahir dari Barat sebagai respon dari sejarah yang meliputi kondisi politis, sosial dan budayanya yang khas dengan berbagai penyelewengan dan penindasan. Oleh karena itu, sulit untuk mendapatkan padanan katanya secara tepat dalam bahasa Arab yang menunjukkan arti toleransi dalam bahasa Inggris. Hanya saja, beberapa kalangan Islam mulai membincangkan topik ini dengan menggunakan istilah “tasamuh”, yang kemudian menjadi istilah baku untuk topik ini. Dalam kamus Inggris-Arab, kata “tasamuh” ini diartikan dengan “tolerance”. Padahal jika kita merujuk kamus bahasa Inggris, akan kita dapatkan makna asli “tolerance” adalah “to endure without protest” (menahan perasaan tanpa protes).

Sedangkan kata “tasamuh” dalam al-Qamus al-Muhith, merupakan derivasi dari kata “samh” yang berarti “jud wa karam wa tasahul” (sikap pemurah, penderma, dan gampangan). Dalam kitab Mu’jam Maqayis al-Lughah karangan Ibnu Faris, kata samahah diartikan dengan suhulah (mempermudah). Pengertian ini juga diperkuat dengan perkataan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari yang mengartikan kata al-samhah dengan kata al-sahlah (mudah), dalam memaknai sebuah riwayat yang berbunyi, Ahabbu al-dien ilallahi al-hanafiyyah al-samhah. Perbedaan arti ini sudah barang tentu mempengaruhi pemahaman penggunaan kata-kata ini dalam kedua bahasa tersebut (Arab-Inggris).

Dengan demikian, dalam mengkaji konsep toleransi dalam Islam, penulis merujuk kepada makna asli kata samahah dalam bahasa Arab (yang artinya mempermudah, memberi kemurahan dan keluasan), dan bukan merujuk dari arti kata tolerance dalam bahasa Inggris yang artinya menahan perasaan tanpa protes. Akan tetapi, makna memudahkan dan memberi keluasan di sini bukan mutlak sebagaimana dipahami secara bebas, melainkan tetap menggunakan tolok ukur Al-Qur’an dan Sunnah.

…Konsep toleransi dalam Islam dibentuk oleh ajaran Islam baik Al-Qur’an maupun al-Hadits. Sedangkan toleransi Barat dibentuk berdasarkan sejarah ataupun reaksi terhadap kondisi sosial dan politik…

Kalau kita mau melihat terbentuknya konsep toleransi antara Islam dan Barat, maka akan kita dapatkan bahwa motif terbentuknya konsep toleransi antar keduanya sangat berbeda. Konsep toleransi dalam Islam dibentuk oleh ajaran Islam itu sendiri baik berupa firman Allah (Al-Quran) ataupun sabda dan perilaku Rasulullah SAW (al-Hadits). Sedangkan Barat, dibentuk berdasarkan sejarah ataupun reaksi terhadap kondisi sosial dan politik.

Sebagai contoh, dalam sejarahnya, peradaban Barat (Western Civilization) pernah mengalami masa yang pahit, yang mereka sebut dengan “zaman kegelapan” (the dark age). Zaman itu dimulai ketika Imperium Romawi Barat runtuh pada 476 H dan mulai munculnya Gereja Kristen sebagai institusi dominan dalam masyarakat Kristen Barat sampai dengan masuknya zaman renaissance sekitar abad ke-14. Renaissance artinya rebirth (lahir kembali), karena masyarakat Barat merasa bahwa ketika hidup di bawah cengkeraman kekuasaan Gereja, mereka seolah mengalami kematian.

Di “zaman kegelapan” inilah terjadi banyak penyelewengan dan penindasan kepada rakyatnya dengan mengatasnamakan agama. Penindasan yang terkenal paling jahat pada waktu itu adalah, apa yang dilakukan oleh institusi Gereja dengan nama Inquisisi. Inquisisi adalah hukuman terhadap kaum heretic (kaum yang di cap menyimpang dari doktrin resmi gereja). Karen Armstrong, mantan biarawati dan penulis terkenal, menggambarkan institusi inquisisi dalam sejarah sebagai berikut, “Sebagian besar kita tentunya setuju bahwa salah satu dari institusi Kristen paling jahat adalah Inquisisi, yang merupakan instrument terror dalam Gereja Katholik sampai dengan akhir abad ke-17. Metode inquisisi ini juga digunakan oleh Gereja Protestan untuk melakukan penindasan dan kontrol terhadap kaum Katolik di negara-negara mereka”.

Adapun bentuk kejahatannya, Robert Held dalam bukunya Inquisition, memaparkan bahwa ada lebih dari 50 jenis dan model alat-alat siksaan yang sangat brutal yang digunakan oleh institusi gereja pada waktu itu, seperti pembakaran hidup-hidup, pencukilan mata, gergaji pembelah tubuh, pemotongan lidah, alat penghancur kepala, pengebor vagina, dan berbagai alat dan model siksaan lain yang sangat brutal. Ironisnya lagi, sekitar 85 persen korban penyiksaan dan pembunuhan adalah wanita. Antara tahun 1459-1800, diperkirakan antara dua-empat juta wanita dibakar hidup-hidup di dataran Katolik maupun Protestan Eropa.

Dalam ajaran Yahudi, juga telah terjadi penyelewengan yang berujung kepada penindasan atas nama agama. Dalam Old Statement (Kitab Perjanjian lama), dinyatakan bahwa sikap mereka terhadap kelompok lain tidak hanya sebatas kebencian, pelaknatan dan pengingkaran. Namun mereka juga diperintah untuk membumihanguskan bangsa-bangsa lain, karena – menurut mereka – bangsa Yahudi adalah bangsa pilihan (the Chosen People). Pemusnahan semua kelompok lain, menurut mereka adalah merupakan perintah Tuhan.

Dari peristiwa penyelewengan dan penindasan atas nama agama inilah, kemudian pemikiran mengenai pentingnya toleransi di Barat mulai timbul. Adalah John Locke figur yang cukup terkenal dalam menelurkan ide toleransinya, yaitu dengan menjabarkan tiga pikiran mengenai pentingnya toleransi. Pertama, hukuman yang layak untuk individu yang keluar dari sekte tertentu bukanlah hukuman fisik melainkan cukup ekskomunikasi (pengasingan). Kedua, tidak boleh ada yang memonopoli kebenaran, sehingga satu sekte tidak boleh mengafirkan sekte yang lain. Ketiga, pemerintah tidak boleh memihak salah satu sekte, sebab masalah keagamaan adalah masalah privat. Tiga doktrin inilah yang kemudian membentuk doktrin toleransi di dunia Barat (negara-negara demokrasi Barat).

…Toleransi (samahah) dalam Islam mempunyai kaidah dari sebuah ayat Al-Qur’an yaitu laa ikraaha fi al-dien (tidak ada paksakan dalam agama). Namun kaidah ini tidak menafikan unsur dakwah dalam Islam yang bersifat mengajak, bukan memaksa…

Adapun dalam Islam, toleransi (samahah) merupakan ciri khas dari ajaran Islam. Ketoleranan Islam mencakup berbagai segi, baik dari segi akidah, ibadah, maupun muamalah. Dari segi aqidah, Islam mempunyai kaidah dari sebuah ayat Al-Qur’an yaitu laa ikraaha fi al-dien (tidak ada paksakan dalam agama). Namun kaidah ini tidak menafikan unsur dakwah dalam Islam. Dakwah dalam Islam bersifat mengajak, bukan memaksa. Dari kaidah inilah maka ketika non-muslim (khususnya kaum dzimmi) berada di tengah-tengah umat Islam atau di negara Islam, maka mereka tidak boleh dipaksa masuk Islam bahkan dijamin keamanannya karena membayar jizyah sebagai jaminannya.

Dalam masalah Ibadah, Islam juga bersifat toleran. Maksudnya, pelaksanaan ibadah di dalam Islam bersifat tidak membebani. Hal tersebut bisa kita lihat ketika seseorang ingin berwudhu dan tidak ada air, maka Islam mempermudah cara berwudhu dengan cara tayamum. Di dalam shalat, ketika seseorang tidak mampu berdiri, maka boleh dengan duduk. Begitu juga puasa, ketika seseorang sedang sakit, maka boleh di qadha. Sifat mempermudah dan tidak membebankan seseorang inilah yang menjadi ciri khas bahwa Islam adalah agama yang toleran dari segi ibadah.

Adapun dalam muamalah, Islam menyuruh berbuat baik dalam bermasyarakat, baik itu kepada yang muslim atau non-muslim. Misalnya, ketika seorang muslim mempunyai tetangga non-muslim yang sedang membutuhkan bantuan, maka harus dibantu. Ketika diberi hadiah, maka harus diterima. Begitu juga ketika ada tetangga non-muslim sedang sakit, harus dijenguk. Itulah adab seorang muslim yang harus dijaga dalam rangka membangun kerukunan antar umat beragama.

Permasalahannya adalah, ketika muamalah dengan non-muslim ini masuk dalam ranah akidah dan peribadatan, maka banyak orang salah paham. Mereka mengira bahwa toleransi dalam masalah keikutsertaan acara-acara non-muslim diperbolehkan dengan tujuan untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama. Padahal toleransi seperti ini di dalam syariat terdapat dalil-dalil yang melarang, baik itu dari Al-Qur’an, Al-Sunnah, maupun ijma ulama.

…ketika muamalah dengan non-muslim ini masuk dalam ranah akidah dan peribadatan, maka hal ini bisa dikategorikan dalam hal tolong menolong dalam dosa yang sudah jelas diharamkan...

Ketika muamalah dengan non-muslim ini masuk dalam ranah akidah dan peribadatan, maka hal ini bisa dikategorikan dalam hal tolong menolong dalam dosa yang sudah jelas diharamkan. Allah SWT telah melarang perbuatan tersebut sebagaimana disebutkan di dalam salah satu ayat (yang artinya), Tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (Qs Al-Ma’idah 2). Dalam memahami ayat ini, Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah memerintahkan orang beriman untuk tolong menolong dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran. Allah juga melarang umat Islam saling tolong menolong dalam kebatilan, dosa, dan sesuatu yang haram. Ritual non-Muslim adalah suatu amalan batil yang diharamkan oleh Allah SWT yang menjadikan pelakunya berdosa. Oleh karena itu, keikutsertaan seorang Muslim dalam ritual non-Muslim termasuk dalam kategori tolong menolong dalam kebatilan, dosa, dan sesuatu yang diharamkan.

Selain itu, keikutsertaan ritual non-muslim dengan alasan toleransi juga tidak bisa dibenarkan secara syar’i karena seseorang tersebut tergolong telah mencampuradukkan antara yang hak dan yang batil. Allah berfirman (yang artinya), Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil, dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedangkan kamu mengetahui (Q.S Al-Baqarah: 42). Imam al-Thabari menukil penjelasan Imam Mujahid (murid Ibnu Abbas) mengenai maksud ayat Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil adalah mencampuradukkan ajaran Yahudi dan Kristen dengan Islam.

Adapun toleransi antar umat beragama dalam muamalah duniawi, Islam menganjurkan umatnya untuk bersikap toleran, tolong-menolong, hidup yang harmonis, dan dinamis di antara umat manusia tanpa memandang agama, bahasa, dan ras mereka. Dalam hal ini Allah berfirman (yang artinya), Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim (QS. Al-Mumtahanah: 8-9).

Banyak hal yang bisa kita ambil pelajaran dari ayat di atas dalam memahami sikap toleransi antar umat beragama yang benar dalam Islam. Dalam memahami ayat di atas, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu” maksudnya, Dia tidak melarang kamu berbuat baik kepada orang-orang kafir yang tidak memerangimu karena masalah agama, seperti berbuat baik dalam masalah perempuan dan orang lemah.

Selain itu, Imam al-Syaukani (1250 H) dalam Fath al-Qadir menyatakan bahwa maksud ayat ini adalah Allah tidak melarang berbuat baik kepada kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang mengadakan perjanjian dengan umat Islam dalam menghindari peperangan dan tidak membantu orang kafir lainnya dalam memerangi umat Islam. Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah tidak melarang bersikap adil dalam bermuamalah dengan mereka.

Adapun sebab turunnya ayat ini sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya al-Musnad dari Abdullah bin Zubair, Ia berkata: “Qatilah mendatangi putrinya Asma’ binti Abu Bakar. Namun Asma’ enggan menerima hadiah dan kedatangan perempuan (ibunya) itu ke rumahnya. Karena itu, Aisyah menanyakan permasalahan tersebut kepada Nabi SAW. Maka Allah menurunkan surat Al-Mumtahanah ayat 8-9. Oleh karena itu, Nabi memerintahkan Asma’ untuk menerima hadiah dan kedatangan ibunya ke rumahnya”.

…berbuat baik kepada non-Muslim merupakan kewajiban, selama orang-orang non-Muslim itu tidak memerangi dan mengusir umat Islam dari negeri mereka, serta tidak membantu orang lain untuk mengusir umat Islam dari negeri mereka…

Ini merupakan dalil bahwa berbuat baik kepada non-Muslim merupakan kewajiban, selama orang-orang non-Muslim itu tidak memerangi dan mengusir umat Islam dari negeri mereka, serta tidak membantu orang lain untuk mengusir umat Islam dari negeri mereka. Bahkan Rasulullah SAW mengancam terhadap umatnya yang berbuat zalim kepada non-Muslim yang sudah terikat perjanjian dengan umat Islam dengan ancaman tidak masuk surga. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), Barangsiapa yang membunuh non-Muslim yang terikat perjanjian dengan umat Islam, maka ia tidak akan mencium keharuman surga. Sesungguhnya keharuman surga itu bisa dicium dari jarak empat puluh tahun perjalanan (di dunia) (H.R Bukhari).

Oleh karena itu, Nabi SAW bermuamalah dengan orang Yahudi di Madinah dengan muamalah yang sangat baik. Dalam masalah perdagangan, Beliau SAW pernah menggadaikan baju perangnya kepada seorang Yahudi yang bernama Abu Syahm. Rasulullah juga menetapkan perjanjian antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar dengan kaum Yahudi. Perjanjian itu antara lain berisi tentang perdamaian dengan kaum Yahudi, sumpah setia mereka, serta mengakui keberadaan agama (bukan kebenaran agama selain Islam) dan harta-harta mereka. Beliau SAW juga meminta jaminan kepada mereka untuk menepati perjanjian mereka. Namun demikian, sikap toleransi, harmonis, tolong menolong dan kerjasama antara umat Islam dengan non-Muslim di sini hanyalah dalam masalah muamalah keduniaan yang tidak berhubungan dengan permasalahan akidah dan ibadah.

Dari paparan di atas, sangat jelas sekali bagaimana ternyata pembentukan pola doktrin toleransi antara Islam dengan Barat amatlah berbeda. Doktrin toleransi dalam Islam tidaklah dibentuk oleh sejarah, melainkan merupakan bagian integral dari warisan Islam. Berbeda halnya dengan Barat yang doktrin toleransinya dibentuk oleh sejarah karena adanya abuse of power. Itulah sebabnya menyamakan doktrin toleransi Islam dengan doktrin toleransi yang ada di Barat tidaklah tepat.

…Toleransi antara Islam dengan Barat amatlah berbeda. Doktrin toleransi dalam Islam tidaklah dibentuk oleh sejarah, melainkan merupakan bagian integral dari warisan ajaran Islam. Sedangkan di Barat, doktrin toleransi dibentuk oleh sejarah karena adanya abuse of power…

Namun anehnya, saat ini proses overlapping doktrin toleransi mulai muncul ke permukaan sehingga mengakibatkan kerancuan dalam memahami makna toleransi yang benar menurut Islam. Dari sinilah maka tidak tepat kalau ada umat Islam yang menggunakan kata toleransi untuk mendukung eksistensi aliran sesat apalagi untuk mendukung gerakan kristenisasi, karena toleransi semacam ini adalah toleransi ala Barat yang tidak dibenarkan dalam Islam. Wallahu a’lamu bis-shawab.

*) Penulis adalah Alumnus Ma’had Tahfidz Al-Qur’an Isy-Karima Jawa Tengah.
Sumber: voa-islam.com