Seputar Dunia dan Akhirat

Seputar Dunia dan Akhirat

Senin, 27 Juni 2011

Umur 18 Tahun Ibnu Khaldun Sudah Menguasai Ilmu Islam dan Umum, Kenapa Anak Kita Masih Les?

Umur 18 Tahun Ibnu Khaldun Sudah Menguasai Ilmu Islam dan Umum, Kenapa Anak Kita Masih Les?


Hebat sekali, pada umur 18 tahun Ibnu Khaldun sudah menguasai ilmu keislaman dan umum. Pada umur itu ia juga sudah mandiri dalam belajar dan tidak bergantung kepada seorang guru. Tentunya apa yang dialami Ibnu Khaldun berbeda dengan anak-anak kita saat ini, dimana pada umur sekian masih disibukkan dengan les sana- les sini. Anak-anak kita pun belum mandiri dalam belajar dan masih harus terikat pada seorang guru.
Temuan itu diungkap oleh Dinar Kania Dewi, Kandidat Doktor Pendidikan Islam, dalam Diskusi Sabtuan INSISTS, berjudul Konsep Pendidikan Ibn Khaldun dalam Kitab Muqaddimah, Sabtu, 25/06/2011.
Ibnu Khaldun (1332 M/732 H) merupakan salah satu ilmuwan besar yang lahir ketika peradaban Islam mengalami ujian berat di Timur maupun di Barat. Bisa dikata Ibnu Khaldun adalah ulama langka. Namanya harum hingga Eropa dan Amerika sebagai asset ilmuwan dunia yang menguasai berbagai jenis keilmuan.
Selain menguasai ilmu hadis dan fiqh, Ibn Khaldun juga menguasai ilmu-ilmu rasional (filosofis), yaitu teologi, logika, ilmu alam, matematika dan astronomi. Selain itu, Ibnu Khaldun juga seorang pendidik.
Berbeda dengan konsep Pendidikan Sekular, Ibn Khaldun berpandangan bahwa kebenaran yang hakiki bersumber dari Allah SWT. “Ibnu Khaldun selalu meletakkan wahyu sebagai premis mayor, bukan premis minor,” kata Dinar.
Dalam kitabnya Muqaddimah, Ibnu Khaldun juga menyoroti problematika pendidikan pada zamannya yang masih relevan hingga saat ini. Menurut Ulama yang pernah menjadi Qadi di Universitas Al Azhar itu, ringkasan yang biasa diperintahkan seorang guru kepada murid adalah salah satu bentuk masalah dalam pengajaran.
“Ini bisa jadi intropeksi juga bagi kita, yang kadang suka baca buku ringkasan, ketimbang buku rujukannya langsung,” sambung Ibu dua anak ini.
Selain itu, beragamnya metode dalam pendidikan menyebabkan pelajar menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menguasai berbagai metode yang sebenarnya maknanya satu dan sama. Dinar pun akhirnya mengkritik kebijakan pemerintah yang kerap berganti-ganti kebijakan.
“Saat ini pemerintah kita ganti menteri, ganti kebijakan. Metode pun berbeda-beda dalam pendidikan kita saat ini dari mulai quantum learning, accelerated learning, hipnoparenting dan lain sebagainya.” Kritik Direktur Operasional Andalusia Islamic Education Management Service itu.
Salah satu ciri khas konsep pendidikan yang dilahirkan oleh Ulama kelahiran Tunisia tersebut adalah apa yang disebut dengan malakah. Malakah bisa dikatakan kebiasaan yang sudah mengakar dalam diri seseorang hingga bentuk perbuatan itu dengan kokoh tertanam (dalam pikiran). Mencapai malakah hanya dimungkinkan melalui pembelajaran yang bertahap (tadrij) disertai pengulangan dan pembiasaan.
“Malakah akan menciptakan pengetahuan reflek pada seseorang. Ilmu yang sudah dipelajarinya akan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.” jelas Dinar
Metode paling mudah untuk memperoleh malakah, kata Ibnu Khaldun, adalah dengan melalui latihan diskusi atau debat ilmiah guna mengungkapkan pikiran-pikiran dengan jelas dan perdebatan masalah-masalah ilmiah. Inilah cara yang mampu menjernihkan persoalan dan menumbuhkan pengertian dan bukan melalui hapalan tanpa memahami makna yang terkandung di dalamnya
“Makanya, Ibnu Khaldun itu dianggap ahli dalam ilmu retorika,” ungkap Dinar.
Ada tiga hal metode pengajaran yang diperkenalkan oleh Ibnu Khaldun. Pertama adalah Penyajian Global (sabil al-ijmal). Pada tahap awal pengajaran sebuah disiplin ilmu/ aspek keterampilan, guru hendaknya menyajikan hal-hal pokok, problem-problem yang prinsip dari setiap materi pembahasan dalam bab-bab yang dijelaskan. Keterangan atau penjelasan dari guru harus bersifat global (ijmal) serta memperhatikan potensi intelek (aql) dan kesiapan (isti’dad) dari masing-masing peserta didiknya untuk menangkap apa yang diajarkan kepadanya.
Kedua, Pengembangan (al-syarh wa al-bayan). Pengetahuan atau keterampilan yang disajikan harus diangkat ketingkat yang lebih tinggi. Guru harus menyertakan ulasan tetang berbagai aspek yang menjadi kontradiksi di dalamnya dan ragam pandangan (teori) yang terdapat pada materi tersebut. Keahlian pelajar pada tahap ini harus lebih disempurnakan.
Terakhir adalah penyimpulan (takhallus).Pokok pembahasan harus disampaikan dengan lebih mendalam dan lebih rinci dalam konteks yang menyeluruh. Segala aspek yang ada berserta pemahamannya harus dipertajam lagi dan semua masalah penting, sulit dan kabur harus dituntaskan. Pada tahap terakhir ini diharapkan malakah dari pelajar mencapai kesempurnaan. (pz)
Sumber; http://www.eramuslim.com/berita/nasional/umur-18-tahun-ibnu-khaldun-sudah-menguasai-ilmu-islam-dan-umum-kenapa-anak-kita-masih-les.htm

“Jangan Ajarkan Surga dan Neraka Dulu Pada Anak, Lho?”

“Jangan Ajarkan Surga dan Neraka Dulu Pada Anak, Lho?”

Konsep Pendidikan anak ala Barat yang mengajarkan untuk tidak mengenalkan surga dan neraka dahulu pada anak mulai menjadi tren di kalangan orang tua muslim. Mereka menilai penjelasan surga dan neraka akan membuat anak bingung karena hal itu dinilai tidak konkret.
Hal inilah yang dikritik tajam oleh Dinar Kania Dewi. Kandidat Doktor Pendidikan Islam yang aktif di INSISTS itu menilai kejadian ini tidak terlepas dari konsep worldview Barat yang belum dipahami umat Islam.
“lmu Barat itu menjadikan rasio sebagai satu-satunya alat ilmu pengetahuan dan metafisik dihilangkan. Kalau sudah seperti itu, tentunya ini akan berpengaruh pada metodologi pembelajaran.” Ujarnya saat ditemui Eramuslim.com, Sabtu siang, 25/06/2011.
Penjelasan para praktisi parenting yang mengatakan konsep ini sudah melewati serangkaian penelitian pun dipertanyakan oleh Dinar.
“Kita harus hati-hati terhadap penelitian. Penelitian itu akan sangat bergantung dari worldview si peneliti. Penelitian ilmiah itu dalam kategori Barat bermasalah. Barat mengenyampingkan otoritas wahyu karena wahyu dinilai tidak ilmiah. Sedangkan dalam Islam wahyu itu sangat ilmiah. Makanya penelitian-penelitian Barat secara metodologi bermasalah.” Tambah Direktur Operasional, Andalusia Islamic Education and Management Service (AIEMS) ini
Dinar memberikan contoh kekeliruan konsep penelitian Barat pada kasus Spiritual Quotient yang banyak dipakai dalam pelatihan-pelatihan kepribadian.
“Seperti pada konsep SQ Danah Zohar, siapa yang dijadikan sampel penelitannya?” tanya Dinar.
“Itu orang-orang yang sakit ayan. Dari orang yang sakit ayan itu mereka melihat ada pencapaian SQ. Itu dibilangnya ilmiah. Padahal itu dalam Islam sangat tidak ilmiah.” Paparnya.
Menurut Dinar, Islam menjadikan orang-orang yang baik dan soleh sebagai objek penelitian, “Dalam Islam jika ingin melihat orang yang mencapai tingkat spiritualitas yang dijadikan objek penelitian (adalah) orang-orang sholeh, bukan orang sakit ayan.”
Dinar berpesan kepada para praktisi parenting dan orang tua untuk hati-hati dalam menerapkan ilmu parenting Barat kepada anak. Nilai-nilai sekularisme banyak masuk lewat pintu pendidikan.
“PR kita masih banyak. Paling adil saat melihat suatu penelitian, kita lihat dulu siapa yang meneliti, metode apa yang digunakan.”
Akhirnya dalam penilaian Dinar, minimal ada tiga hal yang dihindari dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ala Barat, yaitu mengenyampingkan hal-hal yang metafisik, hukuman fisik, dan konsep hafalan. (pz)
Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/nasional/jangan-ajarkan-surga-dan-neraka-dulu-pada-anak-lho.htm

Rabu, 15 Juni 2011

Teolog Kristen, "Saya Meyakini Quran Sebagai Firman Tuhan"

Teolog Kristen, "Saya Meyakini Quran Sebagai Firman Tuhan"



Setelah membaca dengan seksama dan mendalami kandungan isi Al-Quran selama bertahun-tahun, Profesor Walter Wagner--seorang pakar teologi dari AS--menyimpulkan bahwa Tuhan sedang bicara pada seluruh umat manusia lewat kitab suci itu.
Ia mengakui mengagumi isi Al-Quran. Untuk itu, ia menulis hasil penelitiannya selama bertahun-tahun tentang Al-Quran dalam sebuah buku berjudul "Opening the Quran". Lewat buku itu, Profesor Wagner mengatakan ingin menyebarluaskan tentang isi Al-Quran yang luar biasa, pada para pembaca, pada para mahasiswanya, termasuk pada dirinya sendiri untuk memperdalam pemahamannya terhadap isi Al-Quran.
Situs berita Zaman yang berbasis di Turki menyebut buku "Opening the Quran" karya Profesor Wagner sebagai buku yang sangat inspiratif bukan hanya untuk non-Muslim tapi juga untuk kalangan Muslim, termasuk mereka yang berminat mempelajari Islam dan kitab suci Al-Quran.
Dalam wawancara dengan Zaman, Profesor bidang teologi di Moravian College dan Theological Seminary ini mengungkapkan pengalamannya yang istimewa, yang membawanya pada Al-Quran serta pandangan-pandangannya tentang ajaran yang terkandung dalam Al-Quran. Berikut petikannya;
Apa yang menginspirasi Anda untuk menulis buku tentang Al-Quran?
Buku ini menjadi bagian dari pengalaman belajar saya selama lebih kurang selama 20 tahun. Saya pikir, saya baru memulai untuk memahami Al-Quran. Tapi sebenarnya, karena adanya hubungan antara Yudaisme, ajaran Kristen dan Islam, kami satukan bukan hanya di beberapa bagian terkait budaya dan teologi, tapi juga dalam sejarahnya.
Sudah berapa kali kita berbenturan dalam hal pemikiran dan ada masa-masa pertikaian yang melibatkan persenjataan. Tapi kita semua juga menyembah Tuhan yang sama. Dan untuk melakukan itu, seharusnya, diluar pengalaman saya mengajar, ada upaya untuk memahami agama lain, dan ini perlu usaha keras. Bagi seorang pengajar, butuh kerja keras untuk mengajarkan orang lain, tapi yang harus paling banyak belajar adalah guru itu sendiri.
Jadi, buku ini menjadi pengalaman belajar saya sendiri dan saya beruntung sekali mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, terutama tujuh tahun belakangan ini, dimana saya berinteraksi dengan komunitas Muslim Turki. Salah satu kekuatan buku tentang Quran ini adalah, menjelaskan pada diri saya sendiri dan pembaca lainnya, khususnya di masa penting seperti saat ini, dimana kita harus saling memahami antar sesama pemeluk agama.
Jadi, bisa dikatakan, Anda sebenarnya menulis buku "Opening the Quran" ini untuk diri Anda sendiri?
Ya. Anda akan menemukan bahwa para penulis menuliskan suara hatinya. Buat Anda yang muslim, pasti tahu siapa yang bicara dalam Al-Quran. Tapi, siapa yang bicara dalam buku (Wagner) ini? Beberapa bagian adalah suara seorang akademisi; yang bicara seorang profesor. Beberapa bagian lainnya adalah pendapat pribadi.
Menarik sekali. Pertanyaan selanjutnya, "suara" apa yang merasuk ke benak Anda ketika Anda membaca Quran? Siapa menurut Anda yang bicara dalam Quran?
Saya meyakini bahwa Quran adalah buku yang menginspirasi. Saya percaya Tuhan menginspirasi banyak orang dan banyak nabi serta utusan-Nya, dan yang ada dalam Quran adalah suara Tuhan Yang Mahasuci, yang bicara pada kita--menyuarakan tentang keadilan dan perdamaian, bicara tentang umat manusia yang harus hidup saling berdampingan dengan damai, dan saling membantu. Itulah suara yang saya dengar, suara yang kemudian saya coba teruskan pada para pembaca, mahaiswa, dan pada diri saya sendiri.
Bisakah Anda menjelaskan metodologi dan bagaimana cara Anda mempelajari Al-Quran?
Bagi seorang non-Muslim, membaca Quran untuk pertama kalinya mungkin pengalaman yang membingungkan. Bagi kami, yang berlatar belakang memiliki tradisi membaca Alkitan, harapannya mungkin akan seperti membaca Genesis, Exodus atau Injil Mark; akan ada sebuah rentetan cerita. Namun Anda akan menemukan bagian-bagian yang tersebar di beberapa tempat, yang secara keseluruhan saling terkait. Perlu dibaca berulang-ulang, direnungkan dan penggambaran dalam pikiran Anda agar bisa memahaminya. Tapi, saya kira, langkah pertama adalah jangan mudah menyerah. Saran pertama adalah, membacanya mulai dari halaman belakang ke depan, untuk memahami tentang nabi-nabi. Perlu juga membaca apa penjelasan atau penafsiran berbagai tokoh tentang isi Al-Quran.
Sejauh mana proses mempelajari Al-Quran berpengaruh pada diri Anda, apakah proses itu membawa perubahan pada hidup Anda?
Saya kira, yang paling terpenting adalah saya jadi lebih memahami Islam dan Al-Quran, soal kewajiban salat, dan ada perasaan yang mendalam soal salat ini dan bagaimana kehidupan bisa dibingkai lewat salat dan doa. Pemahaman saya yang masih sedikit tentang Islam, cukup membuat saya mengakui bahwa Islam adalah agama yang berdasarkan pada ajaran tentang "Sang Pencipta". Buat saya, hal ini merupakan sebuah ajaran etika yang luar biasa, dan ketika saya melihat orang lain, saya mengakui bahwa mereka adalah perwakilan Tuhan di bumi untuk menjaga dunia ini.
Kita tahu, bahwa Barat kerap mengkritik bagaimana Quran memosisikan kaum perempuan. Menurut Anda sendiri bagaiman Quran memosisikan kaum perempuan?
Pertama sekali, penting dipahami bahwa laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama di mata Tuhan. Laki-laki dan perempuan sama-sama bertanggung jawab atas nasib mereka sendiri. Seorang perempuan bisa masuk neraka sama gampangnya dengan seorang lelaki. Seorang perempuan juga bisa masuk surga sama mudahnya dengan seorang laki-laki. Ini adalah ajaran agama yang mengagumkan tentang persamaan kedudukan antar kaum lelaki dan perempuan.
Tapi ada perbedaan sosial dalam Quran, dan Barat tidak suka itu. Perbedaan itu terkait aspek fisik dan beban tanggung jawab antar lelaki dan perempuan. Saya pernah bertemu dengan seorang imam yang mengatakan bahwa adalah tanggung jawab suami untuk memastikan bahwa kebutuhan keluarganya terpenuhi, dan adalah tanggung jawab seorang istri untuk membesarkan dan mendidik anak-anak serta mengatur kehidupan dalam keluarga. Jika seorang perempuan punya kepentingan ke luar rumah, maka ia harus bernegosiasi mendapatkan izin dari suaminya. Jadi, tetap ada negosiasi dalam sebuah ikatan perkawinan.
Lalu bagaimana pendapat Anda soal ayat-ayat dalam Quran yang berkaitan dengan jihad?
Ada banyak penafsiran yang berbeda tentang jihad dalam Islam. Ini berkaitan dengan konteks sejarah. Tapi saya pikir, penting bagi kita untuk mengetahui akar kata "jihad" yang artinya "pengerahan tenaga" atau "perjuangan". Dalam Quran, masalah jihad disebut sekitar 35 atau 36 kali dan hanya 5 diantaranya yang berhubungan dengan kemiliteran.
Tradisi Islam dan Quran juga mengajarkan untuk memperlakukan para tawanan dengan baik. Anda tidak perlu menggunakan bom napalm terhadap orang yang hanya menggunakan pistol. Islam dan Quran juga mengajarkan untuk mencintai lingkungan hidup, Anda tidak boleh merusak, Anda tidak boleh menganiaya musuh yang sudah menyerah atau ketika ada kesepakatan gencatan senjata.
Pertanyaan terakhir, bagaimana tanggapan pembaca atas buku Anda, apakah ada kritik dari kalangan Kristen maupun Muslim?
Secara umum, kalangan Kristiani menyukai buku ini. Kalaupun mengkritik hanya beberapa masalah kecil saja. Sedangkan di kalangan Muslim, ketika saya memberikan kuliah tentang pengenalan Islam, ada seorang mahasiswa Pakistan yang agak jengkel pada saya. Menurut mahasiswa itu, kalau saya mengatakan hal-hal yang positif tentang Quran, seharusnya saya pindah agama ke Islam. Di kelas lainnya, seorang mahasiswi mengatakan pada saya, "Kapan Anda akan mengekpose Islam sebagai agama hasil pekerjaan orang-orang jahat?"
Jadi ada dua kubu yang memberi tanggapan berbeda. Saya berdiri di antara dua kubu itu. Saya pun belajar memahami tentang karakter beragam orang. Tapi sebagian besar Muslim, mereka menyatakan berterima kasih saya menulis buku "Opening the Quran" ini. (kw/Zaman)
dari: rtamuslim.com

Senin, 13 Juni 2011

Mufti Bulgaria: Negara telah Gagal, Umat Islam Harus Melawan dari Serangan

Mufti Bulgaria: Negara telah Gagal, Umat Islam Harus Melawan dari Serangan


Sebagian masyarakat Bulgaria terkendala dengan Islamofobia, kata Kepala Kantor Mufti Bulgaria yang menyatakan dalam sebuah pernyataan khusus dalam upaya mendesak Muslim Bulgaria untuk mengambil tindakan membela diri terhadap serangan yang menimpa mereka.
Pernyataan Senin kemarin (13/6) dari kantor kepala Mufti Bulgaria datang sehari setelah pada hari Minggu lalu penjaga masjid utama di pusat kota Sofia mengalami serangan brutal oleh penyerang tak dikenal hanya beberapa menit sebelum memulai shalat subuh pada hari Minggu.
Kantor kepala Mufti mengacu pada kejadian tanggal 20 Mei 2011, ketika ekstrimis dari partai nasionalis Ataka menyerang umat Islam yang shalat di luar Masjid Banya Bashi kota Sofia.
Kepala kantor Mufti bagaimanapun mengeluhkan bahwa banyak kejadian serupa telah mengikuti sejak insiden itu, dan menegaskan bahwa lembaga-lembaga negara Bulgaria telah gagal untuk melindungi kaum Muslimin di Bulgaria dan tempat ibadah mereka.
"Setelah kasus ini berikutnya menyusul aksi kekerasan terhadap seorang Muslim dan penodaan terhadap masjid, komunitas Muslim Bulgaria telah menerima pesan yang jelas bahwa negara tidak dapat melindungi kami, atau tidak ingin melakukan hal itu, yang meninggalkan kami dalam situasi yang sangat keras sebagai warga Uni Eropa yang masih berharap bahwa ada mekanisme demokrasi yang cukup baik untuk mencegah penindasan terhadap kami," tulis pernyataan dari kantor Mufti Bulgaria.
"Sayangnya, harapan kami berubah menjadi ilusi, harapan kami tidak terpenuhi, dan kami sekarang menyadari bahwa kami harus menyediakan untuk keamanan kami sendiri dan mempertahankan hak-hak kami. Beberapa kasus yang agak mengejutkan pada beberapa tahun terakhir telah membuat kami mengasumsikan bahwa umat Islam tidak diinginkan di negara ini, dan tekanan terhadap kami akan terus berlanjut. Mereka menunjukkan bahwa sebagian dari masyarakat Bulgaria bermusuhan dan agresif terhadap Islam, nilai-nilai Islam, dan komunitas Muslim," kata Kepala Kantor Mufti, menekankan bahwa insiden yang terjadi tidak boleh diperlakukan sebagai tindakan hooliganisme atau tindakan kriminal tetapi sebagai strategi umum dan intoleransi terhadap umat Muslim, yang mungkin dapat menyebabkan operasi dalam skala yang lebih besar.
"Ini semacam Islamophobia dan tekanan ini dinyatakan sebagai ancaman, penghinaan, membatasi hak-hak agama, dan kekerasan fisik yang harus diperlakukan sebagai upaya untuk menghasut konflik antar-agama, perang sipil, dan merupakan ancaman terhadap keamanan nasional," kantor kepala Mufti menyatakan.
Pernyataan itu lebih lanjut menjelaskan bahwa meskipun setelah serangan terhadap masjid Banya Bashi pada 20 Mei 2011 lalu, Muslim Bulgaria menerima dukungan dari para politisi, kaum intelektual, dan bagian dari masyarakat, kejadian serupa terus terjadi.
Kantor kepala Mufti mengatakan bahwa pada tanggal 30 Mei 2011, ia telah memperingatkan Menteri Dalam Negeri Tsvetan Tsvetanov mengenai beberapa serangan fisik terhadap aktivitas shalat umat Muslim tetapi tidak mendapat reaksi dari organisasi hak asasi manusia, pemerintah, masyarakat sipil, maupun partai-partai politik.
Lebih lanjut kantor kepala Mufti menyerukan kepada umat Islam di negara ini untuk melakukan penjagaan siang dan malam sebagai relawan untuk melindungi diri sendiri pada saat negara gagal melindungi kehormatan dan martabat Islam dan umat Islam.
"Langkah-langkah ini adalah awal dari kampanye perlindungan diri sendiri. Kami akan memberitahu Anda tentang langkah selanjutnya tergantung pada perkembangan masalah dan keinginan masyarakat. (fq/novinite).eramuslim.com

Hakim Pengadilan di Prancis Hina Seorang Muslimah Berjilbab

Hakim Pengadilan di Prancis Hina Seorang Muslimah Berjilbab



Collectif contre l'islamophobie, sebuah lembaga yang memantau kasus-kasus berlatar belakang islamofobia di Prancis mengecam pengadilan di kota Béziers dan hakim pengadilan kota itu, karena telah mempermalukan seorang muslimah hanya karena jilbab yang dikenakannya.
Muslimah bersangkutan berurusan dengan pengadilan karena sengketa hak perwalian terhadap anaknya. Saat hadir di persidangan, seorang polisi memintanya melepas jilbab dengan alasan untuk menghormati hakim, sesuai aturan persidangan. Polisi mengatakan, jika muslimah itu menolak melepas jilbabnya, maka persidangan akan dilakukan tanpa kehadiran muslimah tersebut.
Menurut laporan Collectif contre l'islamophobie, muslimah itu berusaha memenuhi aturan persidangan, dengan mengganti jilbabnya dengan mengenakan pengikat kepala yang menutupi rambutnya. Tapi seorang pegawai pengadilan tetap menolak muslimah itu hadir di ruang sidang. Pegawai tersebut mengatakan bahwa "jilbab" dilarang dan memerintahkan muslimah itu juga melepas pengikat kepalanya, jika ingin masuk ke ruang sidang.
Dalam persidangan, hakim malah mencela muslimah tadi dengan mengatakan bahwa ia adalah seorang ibu yang buruk karena membiarkan anak lelakinya masuk Islam. Hakim bahkan menyebutnya sebagai "tindakan barbar terhadap anak-anak".
"Jangan bilang pada saya bahwa agama Islam lebih bagus dibandingkan agama lainny," tukas si hakim seperti dilaporkan Collectif contre l'islamophobie.
Hakim makin mempersulit hak asuh muslimah yang jati dirinya dirahasiakan itu, meski bukti-bukti dalam persidangan menunjukkan bahwa anak tersebut tetap ingin bersama ibunya. Tapi si hakim mengatakan bahwa bukan seorang anak yang "memilih dan menentukan hukum dalam persidangan ini."
Atas kasus ini, Collectif contre l'islamophobie sudah melayangkan protes dan desakan pada kementerian kehakiman Prancis agar mengenakan sanksi disiplin pada hakim persidangan tersebut, karena telah menghina seorang muslimah karena latar belakang agamanya, termasuk sikap polisi dan pengawai pengadilan yang melarang muslimah itu mengenakan jilbab di persidangan. (kw/CCIF)
in/eramuslim.com

"Islam Menyembuhkanku dan Mengembalikan Jiwaku"

"Islam Menyembuhkanku dan Mengembalikan Jiwaku"


Christopher Patrick Nelson, warga negara AS keturunan Irlandia, masuk Islam ketika ia berusia 26 tahun. Sebelumnya, lelaki yang menganut agama Kristen ini pernah mempelajari berbagai keyakinan mulai dari Jainisme, ajaran Budha, Hindu, untuk menyembuhkan "penyakit"nya.
Sampai akhirnya ia menemukan Islam dan memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Ia mengakui Nabi Muhammad Saw sebagai model dari sebuah kehidupan spiritual yang komprehensif, dan Islam telah menyelamatkannya dari "penyakit kejiwaan" yang dideritanya serta membuatnya merasa menemukan jiwanya yang hilang.
Sejak kecil Christopher Patrick Nelson, sudah memiliki perilaku dan emosi yang labil. Pada usia 14 tahun, ia pernah dirawat di bangsal untuk pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, karena tingkah lakunya yang tak terkontrol. Hingga usia dewasa, Nelson kerap mengalami depresi, tidak punya gairah melakukan apapun, inginnya tidur terus, dan yang terburuk merasa ingin mati saja. Beberapa kali Nelson melakukan percobaan bunuh diri, dengan mengiris pergelangan tangganya.
Pertama, ia didiagnosis menderita "paranoid-schizophrenia", sebuah istilah dalam bidang psikiatrik ketika para ahli tidak bisa menentukan dengan pasti problem yang diderita pasiennya. Kemudian, ia dinyatakan memiliki perangai "Bipolar", perangai ganda yang ekstrim, yang saling bertolak belakang. Sejak itu, Nelson berjuang menjalani kehidupannya yang kadang mengalami perubahan suasana hati yang ekstrim.
Orang-orang di lingkungan Nelson seringkali menyalahkan dirinya atas perilakunya yang tidak dewasa, karena tidak mengerti problem kejiwaan yang dialaminya. Kondisi ini menyulitkan Nelson dalam mendapatkan pekerjaan dan membina hubungan dengan sesamanya. Ia pernah bekerja kurang dari seminggu di sebuah restoran pizza. Nelson dipecat karena perilakunya yang kurang sopan pada pelanggan.
"Depresi itu seperti neraka. Rasa ini menyelinap dalam diri saya secara diam-diam seperti hantu. Saya ingat, saya menatap ke sebuah benda, misalnya sebuah meja tempat menyajikan kopi, tiba-tiba saya akan merasa kebingunan dan merasa hidup ini tak berarti," tukas Nelson.
Untuk menyembuhkan diri, Nelson mengikuti pengobatan yang disebutnya pengobatan gaya barat, seperti meditasi dan terapi bagi para penderita gangguan psikiatrik, di sebuah klinik di San Jose. Tapi ia merasa, pengobatan macam itu hanya menolongnya sesaat, tidak menyembuhkannya.
Sampai akhirnya, ia menemukan Islam bagi "penyakit"nya , tepat di depan sebuah tempat perawatan gangguan kejiwaan. "Saya selalu merasa, di lubuk hati saya, bahwa penyakit saya berhubungan dengan sesuatu dalam jiwa saya--obat-obatan dan terapi--oleh sebab itu, tidak akan pernah bisa menyembuhkannya," kata Nelson.
Dengan memeluk Islam, ia mempelajari ajaran Islam yang menurutnya mengajarkannya untuk membersihkan jiwa dari berbagai penyakit hati. "Islam memberi saya rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri," ujarnya.
"Saya merasakan, membaca doa tertentu pada Allah sangat membantu, untuk melindungi diri saya dari gangguan setan yang bisa menjerumuskan saya. Sikap disiplin dan berdoa membantu saya untuk mengendalikan emosi dan saya yang labil ..."
"Ketika rasa gelisah dan depresi itu menerpa, saya merasa dikelilingi oleh puluhan polisi, yang melempari saya dan mencaci maki saya. Saya pun berdoa, mendengarkan dan meyakini kata-kata yang saya ucapkan dalam doa saya. Seketika jiwa saya kembali tenang dan merasakan kedamaian," sambung Nelson.
Ia mengakui, untuk ketenangan jiwa, tidak cukup hanya doa tapi juga dipengaruhi oleh apa yang ia makan dan dengan siapa seseorang berkumpul. Menurut Nelson, berkumpul dengan sesama saudara seiman di masjid, banyak membantunya untuk menenangkan jiwa.
"Mengalami gangguan kejiwaan adalah sebuah perjuangan seumur hidup. Tapi setelah masuk Islam, saya merasakan akhirnya bisa mengendalikan diri saya. Islam mengajarkan saya untuk memurnikan hati dan jiwa saya," tandas Nelson. (kw/PNS)/eramuslim.com

Tony Blair: Saya Baca Al Quran Setiap Hari

Tony Blair: Saya Baca Al Quran Setiap Hari
Headline

Oleh: Vina Ramitha
INILAH.COM, London – Mantan Perdana Menteri (PM) Inggris mulanya enggan berbicara masalah agama. Namun setelah turun jabatan, ia menyatakan baru menganut Katolik. Kini, ia membaca Al Quran setiap hari.
Mulanya, Blair serta mantan Direktur Komunikasi dan Strategi pribadinya, Alastair Campbell, dikenal dengan ucapan khas mereka. “We don’t do God.” Sejak turun sebagai PM pada 2007, Blair perlahan berubah.
Beberapa bulan setelah turun, ia menyatakan pindah agama menjadi Katolik. Kini, ia menyatakan membaca kitab suci umat Islam, Al Quran, setiap hari. Menurut mantan pemimpin Partai Buruh ini, Al Quran membantunya melek iman.
“Melek iman amat penting di era globalisasi seperti ini. Saya membaca Al Quran setiap hari sebagai upaya untuk mengerti apa yang terjadi di dunia dan karena sifatnya yang instruktif,” ujar Blair dalam wawancara dengan majalah Observer.
Blair meyakini pengetahuannya mengenai Islam akan membantu perannya saat ini sebagai Duta Besar Timur Tengah untuk Kuartet PBB, AS, Uni Eropa (UE), dan Rusia. Ia ingin membantu menyelesaikan konflik menahun Palestina-Israel.
Tak hanya itu, Blair juga memuji Islam sebagai sebuah agama yang indah dan Nabi Muhammad ia katakan sebagai sosok yang kuat. Pada 2006, ia pernah menyatakan Al Quran sebagai kitab yang terus bereformasi, praktis, dan seakan dibuat mendahului zamannya.
Hubungan Blair dengan Islam ini bukanlah pertama kalinya. Tahun lalu, iparnya, Lauren Booth, memutuskan untuk menjadi mualaf setelah mendapatkan pengalaman spiritual di Iran. Booth memang telah lama mendekatkan dirinya pada komunitas Islam.
Mengetahui Blair yang disarankan agar tidak ‘bertuhan’ oleh Campbell saat menjabat sebagai PM, Booth sempat menyatakan harapan agar keputusannya menjadi Muslimah akan mengubah pandangan kakak iparnya itu. [nic]

Minggu, 12 Juni 2011

Meningkatnya Kejahatan Islamofobia Mengintai Muslim Inggris

Meningkatnya Kejahatan Islamofobia Mengintai Muslim Inggris



Sekretaris Jenderal Muslim Council on Britain (MCB) Farooq Murad menyerukan komunitas Muslim di Inggris untuk berupaya lebih keras lagi melawan islamofobia yang makin meningkat di Inggris.
"Serangan berlatar belakang islamofobia terhadap masjid, pemimpin komunitas muslim, individu maupun properti milik muslim dilakukan oleh segelintir orang, tapi jumlah serangan semacam itu makin meningkat," kata Murad dalam pidatonya pada Pertemuan Tahunan MCB pada Minggu (12/6).
"Perlu upaya yang lebih besar lagi, dan ini artinya kita harus memiliki tindakan yang sistematis untuk merekam, memonitor dan menganalisa serangan-serangan berlatar belakang islamofobia itu," ujarnya.
Data polisi menunjukkan, sepanjang tahun 2010 terjadi 1.200 serangan anti-Muslim di Inggris. Bentuk serangannya beragam, mulai serangan terhadap para imam dan staf masjid, pelemparan bom molotov, merusak jendela, vandalisme, pesan-pesan berisi ancaman dan pelecehan, sampai meletakkan kepala babi di pintu masuk dan menara masjid.
Bulan April kemarin, sebuah makam seorang muslim di High Wycombe dirusak orang. Makam itu adalah makam ibu dari Mohammed Khaliel, warga muslim di kota itu. Menurutnya, perusakan makam muslim bukan kali pertama itu terjadi.
"Saya punya bukti berupa foto seseorang yang merusak makam dengan martil. Tindakan itu murni karena kebencian. Pemakaman itu berusia 200 tahu, dan ada secuil tempat khusus untuk makam muslim, hanya tempat itu yang dirusak. Tindakan itu jelas berlatar belakanga islamofobia," tukas Khaliel.
Para pengamat di Inggris juga mengakui bahwa kasus serangan berlatar belakang kebencian terhadap Islam dan Muslim makin meningkat di Inggris beberapa tahun belakangan ini. "Sikap anti-Muslim sangat nyata dan memang banyak terjadi," kata Ghaffar Hussain, pengamat dari lembaga think tank anti-terorisme Quilliam.
Ia mengungkapkan, pascaperistiwa serangan 11 September 2001, sekitar 40 sampai 60 persen masjid, islamic center dan organisasi muslim di Inggris menjadi target serangan balasan. "Ada sebagian orang di masyarakat kita yang sangat mencurigai seorang muslim. Bahkan ketika komunitas Muslim membangun masjid, mereka terancam oleh pemikiran bahwa ada islamisasi di Eropa," jelas Hussain.
Sejumlah pengamat mengatakan, serangan berlatar belakang islamofobia makin meningkat di Inggris karena tidak adanya kemauan politik untuk membuat laporan yang serius tentang kasus-kasus serangan berlatar belakang anti-Muslim.
"Waktu saya masih bekerja di kepolisian, saya perhatikan beberapa kasus terjadi setelah serangan teroris, seperti serangan 11 September 2001 di AS dan serangan tanggal 7 Juli 2005 di London," kata Dr. Robert Lambert, salah satu direktur European Muslim Research Centre dan peneliti di Institut Studi Arab dan Islam di Universitas Exeter.
Menurutnya, sudah terjadi 50 kasus serangan bom molotov dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun. Tapi, kata Lambert, para politisi di Inggris tidak berinisiatif untuk menjalin kerjasama dengan para pemimpin masjid. "Ini agak memprihatinkan," ujar Lambert.
Sementara itu, juru bicara Hizbut Tahrir Inggris Taji Mustafa, menyalahkan pemerintah sebagai penyebab makin meningkatnya kasus-kasus kebencian terhadap Muslim. Ia menuding pemerintah bekerjasama dengan sejumlah media massa untuk memojokkan Islam sebagai bagian dari propaganda luar negeri pemerintah.
Di Inggris terdapat kurang lebih dua juta muslim. Mereka menjadi target kecurigaan, terutama setelah peristiwa serangan 7 Juli di London. Survei Financial Times menunjukkan bahwa Inggris adalah negara yang paling mencurigai komunitas Muslim. Sedangkan survei Evening Standard menunjukkan, bahwa sebagian besar warga London memiliki pendapat negatif tentang muslim. (kw/oi)
in/eramuslim.com

Dakwah Muslimah Kanada, Gelar Dialog Sehari Tentang Jilbab

Dakwah Muslimah Kanada, Gelar Dialog Sehari Tentang Jilbab



Koalisi Muslimah Kanada menggagas acara "Day of Dialogue" untuk meluruskan pandangan banyak orang, khususnya non-Muslim tentang busana muslim, jilbab dan hak perempuan dalam Islam.
Salah seorang kordinator acara itu Fauzia Mazhar mengatakan, selama ini para muslimah sering mendapat pertanyaan klasik tentang posisi perempuan dalam Islam, benarkah perempuan muslim mengalami penindasan dan tindakan sewenang-wenang dari suaminya.
"Kami tidak mau dinilai hanya dari berjilbab atau tidak berjilbab. Kami ingin dilihat lebih dari sekedar jilbab. Kami punya kepribadian, keinginan dan tujuan dalam hidup," tukas Fauzia.
Acara yang digelar pada Sabtu (12/6) dengan metode tanya jawab, dihadiri oleh kalangan perempuan non-Muslim dan mengangkat lima topik terkait perempuan dalam Islam, antara lain; pendidikan, kepemimpinan, hak dan tanggung jawab perempuan, kewajiban keagamaan, tata cara berbusana dan jilbab, serta masalah perkawinan dan perceraian.
"Banyak orang yang tidak tahu tentang perempuan muslim. Mereka memiliki stereotip dan penafsiran yang salah tentang perempuan muslim," ujar Fauzia.
Di Kanada terdapat 1,9 persen Muslim dari 32,8 juta total penduduk negeri itu. Islam menjadi agama kedua terbesar, setelah agama Katolik Roma.
Di negeri-negeri non-Muslim, masyarakatnya masih banyak yang berpandangan bahwa jilbab adalah bentuk pemaksaan, penindasaan dan pelanggaran hak kaum perempuan. Seorang muslimah bernama Nazneen Zaidi mengungkapkan, banyak orang yang mengira bahwa ia mengenakan jilbab karena dipaksa oleh suaminya. Padahal, mengenakan jilbab adalah keputusan Nazneen sendiri.
"Saya senang mengenakannya. Jilbab adalah sebuah kehormatan dan kebebasan yang sebenarnya," ujar Nazneen, muslimah kelahiran Montreal dan bergelar master di bidang teknologi pendidikan dari Universitas Concordia.
Ia mengatakan, Islam memperlakukan sama antara perempuan dan laki-laki dalam hal kewajiban dan tanggung jawab.
"Laki-laki dan perempuan sama-sama berada dalam pengawasan Allah dan hukum Islam. Peranan mereka berbeda, tapi tanggung jawab perempuan dan laki-laki dalam keluarga adalah sama," tukasnya.
Minna Ella, muslimah asal Waterloo mengatakan bahwa ia mulai mengenakan cadar pada usia 17 tahun, tanpa paksaan dari siapapun.
"Ayah saya tidak memaksa saya untuk memakainya, begitu pula suami saya. Cadar adalah lambang ketakwaan, identitas muslimah," kata ibu tiga anak, kelahiran London itu. (kw/oi)
In/eramuslim.com

Kamis, 09 Juni 2011

Kisah Yesus Tingkatkan Muallaf Spanyol

Kisah Yesus Tingkatkan Muallaf Spanyol

Hanin Mazaya
Tiga belas tahun yang lalu Vicente Mota Alfaro adalah salah seorang pemeluk Kristen yang taat yang secara rutin mendatangi kelas Minggu dan membaca Injil setiap harinya.

Namun hari ini, dia tidak hanya seorang Muallaf, namun dia adalah Imam Masjid dari Pusat Kebudayaan Islam Valensia (CCIV).

Selain merupakan Muallaf pertama yang dipersilakan mengimami setiap kali sholat berjamaah, dia juga merupakan anggota Dewan Kepengurusan CCIV sejak 2005.
Pemimpin kelompok Muslim Valensia menetapkan Alfaro sebagai Imam besar, dan berterima kasih atas kerja kerasnya.
“Dia pantas kami pilih karena kehebatan pengetahuan agamanya”, kata El-Taher Edda Sekretaris Umum Liga Islam bagian Dialog dan Perdamaian.
Dia meyakini Alfaro telah menyebarkan pesan yang nyata mengenai Muallaf yang bergabung dalam kekuatan Islam.
Beberapa media setempat tidak lama lalu melaporkan adanya peningkatan jumlah Muallaf di Spanyol, tanpa adanya pertentangan dari pihak manapun.
Diperkirakan Muslim Spanyol berjumlah 1.5 juta dari 40 juta penduduk keseluruhan. Islam merupakan agama terbesar kedua setelah Kristen.
Ketika masyarakat bertanya kepada Alfaro bagaimana dia dapat menjadi seorang Muallaf, dia akan memberikan jawaban yang sederhana.
“Allah telah menjadikan Islam sebagai agama dan hidupku”, katanya mantap.
Saat itu Alfaro berusia 20 tahun dan masih berkuliah ketika dia memutuskan untuk menjadi Muallaf.
“Saya membaca Al-Quran, saya menemukan kebenaran tentang Nabi Isa dan saya putuskan menjadi Muallaf”.
Pada awalnya dia adalah seorang pemeluk Kristen yang taat.
“Dulunya saya rutin pergi ke Gereja tiap Minggu dan membaca Injil setiap harinya”.
“Pada saat itu saya tidak tahu sama sekali mengenai Islam”.
Dia mempunyai seorang tetangga Muslim Algeria yang memperkenalkannya pada Islam.
“Ketika berbincang-bincang dia mengatakan bahwa seluruh umat manusia adalah keturunan Adam dan Hawa, dan semuanya merupakan anak dari Nabi Ibrahim”, kenangnya.
“Saya terkejut mengetahui bahwa dalam Islam juga mengenal Adam, Hawa, dan Ibrahim”.
Perbincangan tersebut rupanya membuat Alfaro muda semakin ingin mengetahui tentang Islam.
“Selanjutnya, saya meminjam salinan Al-Quran dari perpustakaan”.
Dia membawanya pulang dan membaca salinan Al-Quran tersebut dengan teliti.
Namun titik balik bagi Alfaro datang ketika dia membaca kisah tentang Yesus (Nabi Isa) dan kejadian penyaliban.
“Sebelumnya yang saya ketahui adalah Yesus merupakan anak Tuhan yang diutus ke dunia untuk menebus dosa umat manusia, dan sebetulnya hal tersebut cukup mengganggu saya”.
“Dan saya temukan jawabannya dalam Al-Quran. Yesus tidak pernah disiksa ataupun disalib”.
Muslim meyakini Nabi Isa sebagai salah satu Rasul yang diberi penghormatan lebih.
Dalam Islam, Nabi Isa tidak mengalami penyaliban, namun diangkat ke surga dan akan diturunkan kembali pada akhir zaman untuk memerangi Dajjal Al-Masih dan akan membawa kemenangan dan kejayaan bagi Islam.
Dan kisah tersebut merubah keyakinan Alfaro untuk menjadi seorang Muallaf bernama Mansour.
“Dengan cepat saya menyadari bahwa Al-Quran adalah Kitab Tuhan yang sesungguhnya, dan saya tidak pernah menyesal menjadi seorang Muallaf”. (Hanin Mazaya/SM)
In arrahmah.com

Rabu, 08 Juni 2011

Populasi Muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara Naik 35% Selama 20 Tahun

Populasi Muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara Naik 35% Selama 20 Tahun


Populasi umat Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara diperkirakan akan tumbuh sebesar 37 persen dalam 20 tahun mendatang, sementara populasi penduduk dunia Muslim diperkirakan akan meningkat sekitar 35 persen pada periode yang sama.
Sementara itu, di antara negara-negara mayoritas Muslim di dunia, UAE diproyeksikan akan berdiri di posisi kedua setelah Kuwait dalam tingkat harapan hidup tertinggi, yaitu 78 tahun. Ini akan melompat sampai 80 tahun pada periode 2030-2035. Hal ini dikemukakan oleh Dr Brian Grim, peneliti senior dan direktur nasional data, Pew Forum on Religion and Public Life.
Tabah Foundation yang menyelenggarakan simposium tersebut untuk mengumumkan rincian "Laporan Masa Depan Populasi Global umat Islam", sebuah studi demografi komprehensif yang menyediakan estimasi Muslim di seluruh dunia pada tahun 2010 dan proyek pertumbuhannya sampai 2030.
Berbicara di simposium, Grim mengatakan populasi Muslim di wilayah Afrika Utara-Timur Tengah diproyeksikan tumbuh dari 321.900.000 pada tahun 2010 menjadi 439.500.000 pada tahun 2030, yang lebih dari dua kali lipat jumlah Muslim di wilayah itu pada tahun 1990 (205,9 juta ).
Sekitar sembilan dari sepuluh orang tinggal di wilayah itu saat ini adalah Muslim (91,2 persen pada tahun 2010). Proporsi ini telah cukup stabil selama 20 tahun terakhir dan tidak diproyeksikan untuk perubahan yang sangat banyak dalam 20 tahun mendatang, Grim mengatakan.
Pertumbuhan tahunan penduduk Muslim di wilayah ini diproyeksikan menjadi 1,4 persen antara 2020 hingga 2030, turun dari 1,8 persen antara 2010 hingga 2020 dan 2,1 persen antara 2000 hingga 2010.
Perlambatan pertumbuhan populasi muslim yang paling menonjol di kawasan Asia-Pasifik, Timur Tengah-Afrika Utara dan wilayah Eropa dan kurang menonjol di sub-Sahara Afrika. Satu-satunya wilayah di mana pertumbuhan penduduk Muslim mempercepat melalui 2020 adalah Amerika, terutama karena imigrasi, Grim kata.
Menurut laporan Pew, dalam hal persentase (bukan dalam jumlah mutlak), pertumbuhan penduduk Muslim di wilayah Afrika Utara-Timur Tengah diharapkan paling menonjol di wilayah Palestina dan Israel, yang diperkirakan memiliki sekitar 66 per persen peningkatan ukuran populasi Muslim hingga 2030.
Populasi Muslim di wilayah Palestina diproyeksikan meningkat dari 4,3 juta pada tahun 2010 hingga 7.1 juta pada tahun 2030, dan di Israel muslim akan tumbuh sebesar 1.3 juta hingga 2.1 juta selama periode itu. (Jumlah penduduk Israel termasuk Muslim yang tinggal di Yerusalem, tetapi bukan Muslim yang tinggal di Tepi Barat dan Gaza), kata laporan itu.
Hampir seperempat (23,2 persen) dari jumlah penduduk Israel diharapkan menjadi Muslim pada tahun 2030, naik dari 17,7 persen pada 2010 dan 14,1 persen pada tahun 1990. Selama 20 tahun terakhir, populasi Muslim di Israel memiliki lebih dari dua kali lipat, tumbuh dari 0,6 juta di tahun 1990 menjadi 1,3 juta di tahun 2010, laporan Pew mengatakan.(fq/khaleejtimes)
Eramuslim.com

Kisah Ericka, Ketika Seorang Pendeta Bilang Muslim Membenci Yesus

Kisah Ericka, Ketika Seorang Pendeta Bilang Muslim Membenci Yesus

Pernyataan seorang pendeta bahwa Muslim membenci Yesus, justru mendorong Ericka--penganut Kristen Evangelis yang menikah dengan seorang lelaki muslim--mencari kebenaran akan pernyataan itu. Pencarian itulah yang membawa Ericka pada agama Islam dan akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang muslimah.
Perempuan Amerika keturunan Meksiko itu sebenarnya dibesarkan dalam keluarga Katolik yang taat. Sekira tahun 2008 lalu, seorang sahabat mengundang Ericka datang ke gereja penganut Evangelis. Sejak itu, ia merasa cocok dengan ajaran Evangelis.
"Mereka (jamaah Evangelis) sangat mirip dengan saya pada waktu itu dan banyak membantu saya. Saya memahami banyak ajaran mereka, antara lain kewajiban membaca Alkitab. Meski saya tidak selalu paham isi Alkitab, setidaknya saya berniat untuk belajar dan ikut kelas Alkitab pada hari Minggu," ujar Ericka.
Pada suatu kesempatan, seorang pendeta mengatakan bahwa Muslim membenci Yesus dan Muslim menyembah tuhan lain yang disebut "Allah". Pernyataan mendorong rasa ingin tahu Ericka akan kebenaran ucapan pendetanya.
"Saya terkejut, saya berjumpa dengan beberapa Muslim yang ternyata mencintai 'Yesus' sama besarnya dengan umat Kristiani. Saya juga akhirnya tahu bahwa kata 'Allah' adalah bahasa Arab yang artinya 'Tuhan' dan bahwa Yesus bukan tuhan seperti yang diyakini umat Kristiani, karena Yesus yang sama juga menyembah Tuhan yang sama seperti kita," tutur Ericka.
Sejak itu, rasa ingin tahu Ericka semakin besar. Ia mencari informasi tentang asal usul Alkitab dan para penyusun Alkitab. Ia menemukan banyak kontradiksi dan penyusun-penyusun Alkitab yang tidak jelas identitas dan kapabilitasnya. Ericka bahkan menemukan penyusun Alkitab yang bahkan tidak tahu Yesus, tap berani menulis tentang Yesus.
Pada awalnya, ada penolakan dalam hatinya untuk mengakui bahwa banyak hal-hal yang tak masuk akal dalam agama Kristen. "Sedih rasanya memikirkan bahwa kitab suci (Alkitab) saya yang suci dan sakral itu, yang buat saya adalah firman-firman Tuhan, ternyata banyak penyimpangan," ujar Ericka.
"Saya berdoa pada Tuhan yang Mahakuasa untuk membimbing saya, membiarkan saya melihat kebenaran, dan membawa saya untuk menyembah-Nya tanpa khawatir akan konsekuensi apapun," sambung Ericka.
Hal besar yang masih membuat Ericka ragu adalah pertanyaan mengapa Alkitab tidak menubuatkan tentang Nabi Muhammad Saw. Ia mencari bukti-bukti itu dan menemukan jawabannya; jika Alkitab memuat nubuat tentang Nabi Muhammad Saw, itu artinya Alkitab mengakui keberadaan Nabi Muhammad Saw dan Islam.
Ericka pun bertekad untuk lebih dalam mempelajari Islam. Ia membaca Al-Quran dan mengakui kemurnian Al-Quran sebagai perkataan yang langsung dari Allah Swt. "Saya menemukan bahwa Islam adalah agama yang benar dan logis, memberikan jawaban untuk kehidupan ini, dan Islam adalah agama yang damai dan membawa diri kita secara menyeluruh pada Allah," ungkap Ericka.
Setelah melalui pemikiran yang panjang, Ericka memutuskan untuk masuk Islam. Suami Ericka yang muslim, membantunya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah bersyahadat, Ericka merasa beban berat di pundaknya seketika lenyap. "Saya merasa bebas, bersih dan keyakinan yang penuh," tukas Ericka yang kemudian langsung mengenakan jilbab.
Ericka beruntung karena tidak mengalami kendala dari keluarganya yang Kristen. "Islam memberikan saya tuntunan hidup yang lengkap, kesempatan untuk lebih dekat pada Allah. Kesempatan untuk menerima rahmat-Nya, kesempatan untuk hidup di hari kemudian. Islam memberikan kedamaian dan memberikan penerang di jalan yang saya ikut," tandasnya.
Buat mereka yang belum mengenal Islam, Ericka berpesan, "Jangan takut untuk mempelajari Islam, paling tidak memahaminya dan jangan mengkritiknya. Anda akan paham jika Anda tahu sepenuhnya tentang Islam, dan jika Anda paham, Anda akan menghormati Islam. Teruslah mencari dan mintalah petunjuk Allah." (ln/oi)
Sumber: (Eramuslim.com)

Senin, 30 Mei 2011

Dituding Liberal dan Antek Amerika, Musdah Mulia Ancam Pidanakan Mahasiswi

Dituding Liberal dan Antek Amerika, Musdah Mulia Ancam Pidanakan Mahasiswi


Guru besar pemikiran politik Islam UIN Syarif Hidayatullah, Musdah Mulia, mengancam pidana pelecehan terhadap seorang mahasiswi Fakultas llmu Budaya Universitas Hasanuddin (Unhas), Umi Kaltsum yang menjadi peserta seminar di Gedung Mulo, Senin (30/5).
Ancaman yang dilayangkan Musda yang Wakil LSM Indonesia Conference of Religions and Peace itu karena Umi Kaltsum dianggap melakukan kritikan yang tak berdasar atas pendapat-pendapatnya saat memberikan materi di seminar perempuan tingkat nasional bertema "Adilkah Bangsa dan Agama Terhadapmu" di Gedung Mulo, Jl Sungai Saddang, Makassar.
"Hati-hati yah kalau adik berkata-kata, saya bisa tuntut anda pasal pelecehan jika anda mengkritisi saya seperti itu. Anda ini kan mengambil data dari Sabili dan Suara Islam. Kedua majalah ini bukan bacaan kaum intelektual. Kedua majalah itu kerja cuma menghina orang," kata Musdah yang profesor itu kepada Umi.
"Makanya baca dulu buku saya kalau mau berkomentar tentang saya. Jangan seenaknya aja mengkritik seperti itu," tambahnya.
Sebelumnya Umi menuding Musdah adalah sosok kontroversial dalam Islam karena dianggap sebagai antek Amerika yang liberal setelah pernah meraih nobel Internasional Women of Courage dari Menteri Luar Negeri AS Condolezza Rice di Washinton pada 8 Maret 2007 lalu, dan ia mendapat hadiah Rp 6 miliar.
Umi menilai, Musdah membuat draft kompilasi Hukum Islam pada tahun 2004 yang isinya menyebutkan, pernikahan bukan ibadah, perempuan boleh menikahkan dirinya sendiri, poligami haram, boleh menikah beda agama, boleh kawin kontrak, ijab kabul bukan rukun nikah, dan anak kecil bebas memilih agamanya sendiri. (pz/tribun)
copas/eramuslim.com

Mahasiswi Makassar: "Kawan-kawan, Musdah Mulia Adalah Orang Amerika!"

Mahasiswi Makassar: "Kawan-kawan, Musdah Mulia Adalah Orang Amerika!"



Seminar perempuan tingkat nasional bertema "Adilkah Bangsa dan Agama Terhadapmu" di Gedung Mulo, Jl Sungai Saddang, Makassar, Senin (30/5), seperti menjadi ajang penghakiman bagi Profesor Musdah Mulia, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Acara yang memang “panas” ini semakin panas ketika Umi Kultsum, Mahasiswi Unhas, melontarkan kritikan pedas kepada Musdah Mulia yang terkenal atas gagasan liberalnya dan sikapnya yang membawa nama Islam untuk mengizinkan perilaku homoseksualitas.
"Kawan-kawan sekalian, kita harus mempertanyakan sosok Prof Musdah yang kontroversial ini. Ia adalah orang Amerika. Ia adalah pendukung Amerika yang liberal," teriak Umi Kultsum yang juga tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (Unhas) angkatan 2006
Kekesalan dan emosi para peserta karena Musdah yang meraih penghargaan internasional dan uang senilai Rp 6 miliar dari AS itu dianggap telah memojokkan dan mengutak-atik ajaran Islam lantaran idealismenya yang pro Barat.
Suasana jadi kian tegang karena Musdah juga membalas kritikan mahasiswa dengan nada mengancam. Moderator kaget dan kewalahan mengendalikan jalannya diskusi.
"Hati-hati yah kalau adik berkata-kata, saya bisa tuntut anda pasal pelecehan jika anda mengkritisi saya seperti itu. Anda ini kan mengambil data dari Sabili dan Suara Islam. Kedua majalah ini bukan bacaan kaum intelektual. Kedua majalah itu kerja cuma menghina orang," kata Musdah sewot.
"Makanya baca dulu buku saya kalau mau berkomentar tentang saya. Jangan seenaknya aja mengkritik seperti itu," tambahnya mengelak.
Rata-rata peserta seminar adalah mahasiswi dari berbagai kampus di Kota Makassar. Juga terdapat anggota wanita dari Hizbut Tahrir dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Seminar berlangsung kian menegangkan karena diwarnai perdebatan dan hujatan dari peserta ke seorang pemateri Musdah Mulia.
Sebelumnya, Musdah Mulia didaulat sebagai pemateri oleh dua pemateri sebelumnya. Musdah dikenal sebagai profesor penerima nobel internasional tentang legalnya homoseksual. Peserta dari kalangan mahasiswi rata-rata satu suara mengkritisi pernyataan-pernyataan Musdah dianggap kontroversial. Suasana dalam ruangan layaknya unjuk rasa mahasiswi terhadap Musda.
Musdah Mulia memang terkenal sebagai sosok kontroversial. Dalam sebuah diskusi yang diadakan di Jakarta hari Kamis 27 maret 2008, tiba-tiba ia mengeluarkan pernyataan bahwa homoseksual dan homoseksualitas adalah kelaziman dan dibuat oleh Tuhan, dengan begitu diizinkan juga dalam agama Islam.
Tak hanya itu, Siti Musdah melanjutkan bahwa sarjana-sarjana Islam moderat mengatakan tidak ada pertimbangan untuk menolak homoseksual dalam Islam, dan bahwa pelarangan homoseks dan homoseksualitas hanya merupakan tendensi para ulama. (pz/trib/hid)
copas/eramuslim.com

Kamis, 26 Mei 2011

Fotografer Asal Swedia, Jalan Panjang Berliku Menuju Islam

Fotografer Asal Swedia, Jalan Panjang Berliku Menuju Islam


Sebelum mengenal Islam, Karlsson adalah seorang lelaki biasa yang tidak religius sama sekali. Ia mengaku sebagai tipikal orang yang materialistis. Tak pernah sedikit terlintas dalam pikirannya tentang keberadaan Tuhan.
"Saya menjalani kehidupan selama 25 tahun tanpa pernah benar-benar memikirkan tentang eksistensi Tuhan, atau hal-hal yang berkaitan dengan spiritual," ujar lelaki asal Swedia itu.
Tapi ia masih ingat kenangan masa kecilnya, saat masih duduk di kelas 7, pernah menulis cerita tentang akan seperti apa masa depan yang ingin dijalaninya kelak. Karlsson menggambarkan dirinya kelak sebagai seorang progammer komputer yang sukses--padahal saat itu ia tidak pernah menyentuh komputer--dan hidup dengan seorang istri yang muslim.
"Waktu itu, kata 'Muslim' buat saya adalah perempuan yang mengenakan baju panjang, longgar dan memakai jilbab. Tapi saya tidak tahu dari mana pikiran semacam itu datang dan melintas di kepala saya," ujarnya mengenang impian masa kecilnya.
Waktu berjalan. Karlsson menyelesaikan kuliahnya dan mulai bekerja. Ia sudah punya penghasilan sendiri dan pidah ke apartemen yang dibelinya. Kala itu, ia mulai menekuni minatnya pada dunia fotografi amatir dan aktif dalam kegiatan-kegiatan fotografi.
Karlsson mengaku tidak tahu persis bagaimana ceritanya sampai ia kemudian mengenal Islam. Menurutnya, semua terjadi begitu saja tanpa ia rencanakan. "Banyak hal yang saya sendiri tidak bisa menjelaskan, apa yang saya lakukan, dan mengapa saya melakukannya," ungkap Karlsson.
Ia melanjutkan, "Saya tidak bisa mengingatnya, mengapa saya menelpon Organisasi Informasi Islam di Swedia dan minta didata untuk berlangganan buletin yang mereka terbitkan, mengapa lalu saya membeli Al-Quran terjemahan dan membeli sebuah buku yang sangat bagus berjudul 'Islam: Our Faith'. Saya melakukannya begitu saja."
Setelah membaca seluruh terjemahan Al-Quran, Karlsson mengakui isi Al-Quran sangat indah dan logis. Tapi ia belum merasakan kehadiran Tuhan dalam hatinya.
Akhirnya Mengakui Tuhan
Setahun kemudian, ketika Karlsson berkunjung ke sebuah pulau cantik bernama Pretty Island, ia merasakan sesuatu yang sangat luar biasa dalam hatinya, saat memotret pemandangan musim gugur di pulau itu.
"Saya merasakan sebuah perasaan yang fantastis. Saya merasa seolah-olah saya kecil sekali di sesuatu yang sangat besar, alam semesta kepunyaan Allah ... Luar Biasa. Saya merasa betul-betul rileks dan bersemangat. Tiba-tiba saja saya merasakan kehadiran Tuhan kemanapun mata saya memandang. Saya belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya," kenang Karlsson.
Kenangan akan keindahan di pulau itu terus melekat hingga ia kembali ke rumah. Karlsson belum tergerak untuk mengenal Tuhan lebih delat. Suatu hari, sepulang kerja, Karlsson naik bis dan ia melihat sebagian besar penumpang bis tertidur. Sepanjang perjalanan, Karlsson menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah, gumpalan awan yang menebar warna merah muda dan oranye menyatu, menghadirkan sebuah lukisan yang membuat terpana siapa pun yang melihatnya.
"Selama beberapa menit saya merasakan kedamaian yang total dan sebuah pemahaman bahwa semua ini adalah hasil karya Tuhan. Saya sangat merindukan momen seperti ini terjadi lagi," ujar Karlsson.
Harapannya terwujud. Suatu bangun tidur di suatu pagi, ia merasakan pikirannya jernih sekali dan yang pertama melintas dalam pikirannya adalah bagaimana bersyukur pada Tuhan, bahwa Tuhan telah membangunkannya setiap pagi, memberikan harapan. "Rasanya alamiah saja, seolah saya sudah terbiasa melakukannya sepanjang hidup saya," ungkap Karlsson.
Sejak mengalami hal itu, Karlsson tidak lagi membantah keberadaan Tuhan. Sebagai orang yang selama 25 tahun menolak keberadaan Tuhan, ia mengakui, perubahan itu bukan perkara gampang baginya. Tapi setelah itu, Karlsson merasakan berbagai hal-hal yang luar biasa dialaminya. Ketika tinggal di AS untuk beberapa lama, Karlsson pun mulai berdoa, mulai belajar untuk fokus pada Tuhan dan mendengarkan apa kata hatinya. Puncaknya terjadi pada suatu akhir pekan yang indah di New York.
Nekad ke Masjid dan Bersyahadat
Karlsson datang ke sebuah masjid di New York dan berkenalan dengan beberapa muslim di masjid itu. Kekutan dan rasa khawatir yang ia rasakan sebelumnya saat akan masuk masjid, seketika sirna. Pengurus masjid memberinya bahan bacaan tentang Islam. Karlsson juga berkunjung ke rumah teman-teman muslim barunya, dan banyak berdiskusi dengan mereka.
"Apa yang mereka katakan, dan jawaban yang mereka berikan, semua masuk akal. Islam menjadi bagian penting dalam hidup saya. Saya pun mulai belajar salat dan mengikuti salat Jumat pertama saya ..."
"Saya menyelinap, duduk di barisan paling belakang. Saya tidak paham apa yang diucapkan imam, tapi saya menikmati khutbahnya. Setelah khutbah selesai, kami semua membuat barisan dan melaksanakan salat dua rakaat. Itulah salah satu pengalaman paling luar biasa yang saya pernah saya rasakan dalam perjalanan saya menuju Islam. Saya melihat sekitar 200 jamaah laki-laki, berserah diri sepenuhnya hanya pada satu Tuhan, memuji Tuhan, sungguh mengagumkan," tutur Karlsson yang saat itu belum juga memutuskan masuk Islam.
Suatu ketika, ia membaca buku berjudul “Twelve Hours” kisah seorang perempuan Inggris yang masuk Islam. Buku itulah yang benar-benar membawa perubahan bagi dirinya. Ia menangis saat membacanya, dan ia merasa bahwa ia tidak mau menengok ke belakang lagi, dan tidak akan menahan lagi keinginannya untuk memeluk Islam.
Liburan musim panas, Karlsson membulatkan tekadnya untuk menjadi seorang muslim. Hari pertama musim panas, udara masih terasa dingin. Karlsson mengurungkan niatnya untuk ke masjid dan menundanya sampai kondisi mulai menghangat.
Suatu pagi, langit nampak kelabu. Angin dingin berhembus, menembus jendela kamar tidur Karlsson, seakan membawa pesan untuknya, bahwa saatnya telah tiba dan ia tidak bisa menundanya terus. Karlsson beranjak dari tempat tidurnya, mandi, mengenakan pakaian bersih, menyambar kunci mobilnya dan mengarahkan kendaraannya ke masjid.
Di masjid, ia mendekati beberapa orang yang sedang berkumpul dan mengatakan niatnya untuk masuk Islam. Dan seusai salat Zuhur, seorang imam menuntunnya mengucapkan dua kalimat syahadat, disaksikan para pengunjung masjid. Setelah bersyahadat, ia diberi nama islami "Ibrahim".
"Alhamdulillah. Hati saya betul-betul lega. Apalagi keluarga dan semua teman menerima keislaman saya. Tentu saja mereka tidak bisa memahami semua yang lakukan setelah menjadi seorang muslim, seperti salat lima waktu, tidak makan daging babi, mereka pikir saya mempraktekkan sebuah tradisi yang asing, yang akan lenyap termakan zaman. Tapi saya akan membuktikan bahwa perkiraan mereka salah. Insya Allah," tandas Ibrahim Karlsson. (ln/PI)
(eramuslim.com)

Rabu, 25 Mei 2011

Berbuat Baik Kepada Tetangga (5)


 1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “wahai kaum muslimah, janganlah kalian merasa hina untuk member sesuatu kepada tetangga kalian, walaupun hanya kikil kambing.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dari Aisyah ra., ia berkata : saya bertanya : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya mempunyai dua tetangga, maka siapakah yang harus saya dahulukan? “Beliau menjawab : “Kepada tetangga yang lebih dekat pintunya.” (HR. Bukhari)

Berbuat Baik Kepada Tetangga (4)


Dari Abdullah bin Umar ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik teman disisi Allah adalah orang yang paling baik terhadap temannya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah orang yang paling baik terhadap tetangganya.” (HR. Tirmidzi)

Berbuat Baik Kepada Tetangga (3)


Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka tidak boleh mengganggu tetangganya. Dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata yang baik atau kalau tidak hendaklah dia diam!” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berbuat Baik Kepada Tetangga (2)


Dari Abu Dzar RA., ia berkata : “Rosulullah SAW bersabda : “Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak makanan yang berkuah, maka perbanyaklah airnya dan perhatikanlah tetanggamu!” (HR. Muslim)

Berbuat Baik Kepada Tetangga (1)


Dari Ibnu Umar dan Aisyah RA., mereka berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Malakat jibril selalu berpesan kepadaku untuk senantiasa berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku menyangka bahwa tetangga itu akan ikut mewarisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rabu, 18 Mei 2011

Menghapus Mental Blocks Untuk Berdagang

Menghapus Mental Blocks Untuk Berdagang




Sehari setelah diangkat menjadi Khalifah, Abu Bakar RA berangkat ke pasar dengan membawa barang dagangannya. Melihat hal ini Umar Bin Khattab RA yang bertemu Abu Bakar RA di tengah jalan menegurnya, “Mengapa engkau masih pergi ke pasar mengurusi perniagaanmu, sedangkan begitu banyak urusan negara yang perlu diselesaikan?” Mendengar ini Abu bakar RA tersenyum dan menjawab, “Untuk mempertahankan hidup keluargaku, aku harus bekerja...”
Dari permasalahan inilah kemudian para sahabat merumuskan bahwa Khalifah harus mendapatkan gaji yang wajar untuk mencukupi kehidupan diri dan keluarganya. Gaji pertama Abu Bakar saat itu adalah 2,500 Dirham setahun atau sekitar Rp 15 juta per bulan dengan harga Dirham saat ini—suatu tingkat gaji yang sekedar cukup tetapi tidak berlebihan.
Yang menarik untuk menjadi pelajaran disini adalah betapa generasi terbaik dari umat ini mereka juga berdagang, melalui berdagang-lah mereka mencukupi kehidupannya. Dan generasi seperti ini pula yang telah membawa Islam sampai ke Nusantara ini. Hanya karena kemudian kita sempat dijajah selama 450 tahun kumulatif antara Portugis dan Belanda—budaya berdagang tersebut telah sengaja di rusak oleh para penjajah.
Akibat pengrusakan yang berlangsung selama berabad-abad inilah yang kita rasakan hingga kini. Kalau kita tanyakan pada para lulusan terbaik perguruan tinggi di negeri ini dari kalangan pribumi misalnya, kecil sekali kemungkinannya mereka menjawab ingin berdagang setelah lulus. Hambatan ini kadang bukan berasal dari diri sendiri, tetapi dari masyarakat juga. Saya kenal ada suami istri yang keduanya insinyur kimia tetapi memilih berdagang sebagai mata pencahariannya, masyarakat sekitarnya yang tahu bahwa mereka keduanya adalah insinyur selalu heran—“loh insinyur-insinyur kok cuma berdagang ...?”
Persepsi masyarakat yang seolah berdagang adalah pekerjaan kelas dua dibandingkan dengan kerja kantoran atau di pabrik inilah yang kadang juga ikut menjadi penghalang tumbuhnya budaya berdagang yang baik di masyarakat.
Setelah mengetahui bunga bank di fatwakan Riba oleh Komisi Fatwa-MUI, saya belum bisa serta merta meninggalkan pekerjaan saya sebagai pucuk pimpinan perusahaan finansial besar yang masih konvensional, tetapi niat untuk mencari penghasilan yang tidak bersentuhan dengan riba itu begitu kuat.
Maka saya ajaklah istri dan anak-anak di rumah untuk mulai belajar berdagang. Saya ambil komoditi madu—karena begitu banyak cerita indah tentang madu ini di Al-Quran maupun hadits. Harapan saya waktu itu adalah rizki perdagangan madu inilah yang nantinya kami makan agar terjauh dari makanan yang bersentuhan dengan riba. Karena kami berdagang madu dari rumah, maka pada waktu di rumah saya juga sering melayani pembeli yang datang —saya tidak risih dengan pekerjaan ini karena inilah pekerjaan yang lebih halal dan lebih bersih— ketimbang pekerjaan saya di kantor yang masih bergelut dengan riba.
Tetapi masyarakat lingkungan kerja saya rupanya tidak menganggap ini biasa, di rumah saya ada satpam dari kantor yang memang ditugaskan untuk menjaga rumah-rumah direksi perusahaan—melalui satpam inilah kemudian menyebar di kantor suatu rumor yang seolah ‘aib’ bahwa “Pak Dirut kita kalau di rumah jualan madu...!” Padahal latihan jualan madu bersama istri dan anak-anak inilah yang kemudian membuat saya tidak sulit untuk mengambil keputusan meninggalkan jabatan tinggi lengkap dengan berbagai fasilitasnya untuk mulai berdagang secara full time.
Bagi Anda yang belum comfortable untuk berdagang—jangan kawatir, ini adalah penyakit kita semua awalnya. Penyakit yang berupa mental blocks yang membuat berdagang seolah berat, malu dan segala macam perasaan tidak nyaman lainnya. Ini adalah sebuah penyakit pikiran yang sengaja ditanam oleh para penjajah selama berabad-abad ketika mereka memilah-milah pekerjaan bagi penduduk di negeri jajahannya. Kaum minoritas yang mereka sebut Vreemde Oosterlingen —non pribumi dari kalangan Cina, India dan Arab diarahkan menjadi pedagang— sedangkan tokoh-tokoh masyarakat pribumi diarahkan menjadi priyayi atau pegawainya penjajah —supaya mereka yang berpengaruh terhadap mayoritas penduduk ini mudah dikendalikan dan tidak berontak. Lebih buruk lagi adalah yang menimpa mayoritas rakyat biasa, mereka dihancurkan jiwa dagangnya melalui cultuurstelsel selama 90 tahun— mereka harus menanam tanaman yang hasilnya tidak bisa dijual selain ke penjajah dengan harga yang tentu saja harga penjajah!
Karena merusaknya selama berabad-abad, maka sembuhnya juga akan memakan waktu —tentu diharapkan tidak perlu berabad-abad— tetapi tetap perlu ketekunan dan kesabaran. Untuk membantu proses recovery budaya berdagang inilah Al-Tijaarah Institute kami dirikan dan mulai membuka kelas berdagang setiap kamis sore dari habis ashar sampai magrib di komplek Bazaar Madinah—Depok. Kelas ini sifatnya umum, siapa saja boleh ikut dan tidak dipungut biaya.
Selain kelas yang kita usahakan rutin untuk umum ini, kami juga mengadakan kelas-kelas khusus sesuai permintaan untuk anak-anak sekolah dari TK sampai perguruan tinggi. Mereka bisa mengajukan permintaan secara berombongan antara 20 s/d 100 anak untuk kita adakan kelas khusus yang semuanya juga gratis!
Lantas apa yang kita latihkan untuk mereka ini? tergantung tingkatan pendidikannya—tetapi inti modul-modul di Al-Tijaarah Institute yang sudah siap antara lain terdiri dari :
  • Mengenal budaya berdagang dari Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam, para sahabat sampai pengikut-pengikutnya hingga para ulama pedagang pejuang di tanah air.
  • Mengenal syariat jual beli, apa-apa yang boleh dan apa-apa yang tidak boleh.
  • Mengenali jenis-jenis pekerjaan yang sesungguhnya ‘bersih’ dan pekerjaan yang sesungguhnya ‘kotor’ meskipun kelihatannya bersih.
  • Mengenal pasar : yang sudah ada dan yang seharusnya ada atau diadakan.
  • Teknik Mengasah ‘Batu’ Intan Berlian : Memilih barang dagangan, mengenalinya secara mendalami seluk-beluknya dan membangun cerita indah yang jujur tentang barang dagangan.
  • Pola pikir visual untuk membangun dan mengembangankan pasar.
  • Mengenal fungsi dan perlunya muhtasib dalam pengawasan pasar.
  • Brick and click market : Pasar fisik dan virtual serta synergy antar keduanya.
  • Dlsb.
Al-Tijaarah Institute tidak hanya pelajaran di kelas, tempatnya yang berhubungan langsung dengan Bazaar Madinah selain memberikan environment pasar , juga sekaligus bisa menjadi tempat praktek berdagang yang sesungguhnya.
Mudah-mudahan kontribusi kecil ini bisa menghapuskan mental blocks yang selama ini menghantui pikiran dari kebanyakan kita untuk terjun di dunia jual beli—yang di Al-Qur’an disebut sebagai salah satu lawan riba (yang satunya lagi adalah sedekah). Aamiin.
(eramuslim.com)

Membahayakan, India Larang Produksi dan Peredaran Pestisida

Membahayakan, India Larang Produksi dan Peredaran Pestisida
Rabu, 18 Mei 2011
Hidayatullah.com--Penyemprotan pestisida dinilai mengakibatkan peningkatan angka kematian dan kelahiran cacat. PBB sendiri telah memasukkan pestisida yang bersangkutan ke daftar polutan dan tidak boleh lagi digunakan.
Karena itu, Pengadilan Tinggi di India telah mengeluarkan perintah pelarangan produksi dan penjualan pestisida yang banyak digunakan di negeri itu.
Pestisida juga dinilai bisa menyebabkan kerusakan syaraf manusia dan merusak kehidupan liar dan dilarang beredar setidaknya dua bulan ke depan.

Menurut harian Daily Star, 18 Mei 2011, pengadilan tinggi juga telah memerintahkan instansi terkait untuk membuat laporan dalam waktu delapan bulan ke depan terkait dampak kerusakan dari endosulfan, pestisida yang dilarang tersebut, terhadap manusia dan lingkungan sekitar.

Keputusan yang diambil tersebut merupakan respons dari petisi yang dibuat untuk mendesak pemerintah melarang peredaran endosulfan di seluruh negeri. Padahal, endosulfan sendiri sangat luas digunakan di India untuk mengontrol hama yang mengancam tanaman buah, sayur, teh, kopi, kapas, dan tanaman lainnya.

Pada petisi itu disebutkan pula bahwa adanya peningkatan angka kematian dan kelahiran cacat di Kerala, kota di kawasan selatan India di mana endosulfan secara rutin disemprotkan dari udara pada tanaman.

Dikutip dari Daily Star, Sarosh Homi Kapadia, ketua pengadilan tinggi India telah meminta pemerintah untuk membentuk panel yang terdiri dari sejumlah pakar untuk mempelajari endosulfan dan merekomendasikan apakah pestisida itu perlu dilarang total atau dibiarkan sampai persediaan habis.

Pada pertemuan bulan lalu di Jenewa, perwakilan dari 127 negara-negara PBB juga telah sepakat untuk memasukkan endosulfan ke daftar polutan milik PBB. Selain itu, diputuskan pula bahwa 2012 merupakan batas akhir dari penggunaan endosulfan.

Sebagai informasi, saat ini India sendiri merupakan pemasok terbesar, yakni hingga 70 persen, kebutuhan endosulfan di seluruh dunia.*
Sumber : vvn
Rep: CR-3
Red: Cholis Akbar
(hidayatullah.com)

Harun Yahya Kembali "Menggoyang" Prancis

Harun Yahya Kembali "Menggoyang" Prancis

Empat tahun yang lalu Prancis sempat geger, karena sekolah-sekolah di negeri itu tiba-tiba menerima kiriman buku berjudul "Atlas of Creation" yang ditulis dan diterbitkan oleh Harun Yahya, seorang penulis dan ulama asal Istanbul, Turki. Kontan, menteri pendidikan Prancis memperingatkan para guru sekolah untuk tidak menggunakan buku tersebut, karena isinya dianggap bertentangan dengan standar pendidikan di Prancis yang berbasis pada konsep sekulerisme.
Dalam buku tersebut, Harun Yahya menolak Teori Darwin, yang selama ini diyakini dan disebarkan oleh masyarakat Barat sebagai teori evolusi manusia. Penolakan terhadap Teori Darwin inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa Prancis begitu gusar dan melarang buku Harun Yahya itu digunakan di sekolah-sekolah.
Tapi Harun Yahya tetap gencar menyebarkan penolakannya terhadap Teori Darwin, yang disebutnya sebagai teori yang tidak ilmiah dan sudah runtuh. Bulan ini, tim Harun Yahya malah menggelar sejumlah konferensi tentang pandangannya itu ke tujuh kota di Prancis, termasuk di Paris.
Di sebuah sekolah muslim di utara Paris, sekitar 100 siswa tekun mendengarkan penjelasan dua orang tim Harun Yahya tentang kesalahan-kesalahan teori evolusi. Mereka mengatakan, seorang muslim selayaknya tidak menerima teori itu.
"Manusia bukan keturunan kera (menurut Teori Darwin)," kata Ali Sadun dari tim Harun Yahya, yang membuat para siswa dan siswi sekolah itu tertawa cekikikan.
"Teori evolusi Charles Darwin, adalah teori yang mengklaim berbasis ilmiah untuk mendukung atheisme. Orang yang meyakini teori evolusi itu, tidak bisa menerima keberadaan Sang Pencipta ..."
"Kehidupan bukan sebagai akibat dari proses perubahan, kehidupan adalah hasil ciptaan sebuah kekuatan yang Maha Besar, yaitu Allah," sambung Sadun.
Setelah Sadun, pembicara lainnya adalah Avni Karahisar yang membeberkan tentang "mukzizat ilmu pengetahuan dalam kitab suci Al-Quran." Ia menjelaskan pada para siswa bahwa Al-Quran sudah lebih dulu memprediksi banyak penemuan-penemuan ilmiah modern, seperti teori Bing Bang dan orbit-orbit planet.
"Teknologi yang ada sekarang membuktikan kebenaran yang sudah dikabarkan Al-Quran sejak 1.400 tahun yang lalu, dan membuktikan dengan cara yang ajaib bahwa Al-Quran adalah kalam Allah Yang Mahakuasa," tukas Karahisar.
Untuk kali ini, kementerian pendidikan Prancis tidak punya otoritas untuk membubarkan acara yang digelar tim Harun Yahya itu, karena diselenggarakan di institusi swasta. Seorang guru di sekolah Islam itu mengatakan, "Sebagai sekolah Muslim, kami beruntung memiliki orang-orang yang memberikan kita perangkat untuk perdebatan ini." Menurutnya, para praktisi pendidikan di Prancis menyebut Harun Yahya sebagai fundamentalis Islam karena pandangan-pandangannya tentang penciptaan alam semesta dan manusia. Tapi guru tersebut menilai para praktisi pendidikan itulah yang sebenarnya para fundamentalis sekuleris.
Pandangan Harun Yahya tentang penciptaan alam semesta dan penolakannya terhadap Teori "evolusi" Darwin juga mengguncang kalangan ilmuwan sekuler di seluruh dunia. Banyak ilmuwan dari Eropa, Amerika bahkan dari Turki sendiri yang menertawakan dan mencemooh Harun Yahya. Mereka menilai Harun Yahya membuat banyak kesalahan dalam argumennya. Meski situasi itu tidak menggoyahkan para pengikut "teori" Harun Yahya dan penjualan bukunya tetap laris manis. (ln/EN)
(eramuslim.com)

Minggu, 08 Mei 2011

Jangan Salahkan Perampok Somalia, Mereka Mempertahankan Nyawa Untuk Hidup, Mana Perhatian Dunia???

Ikatan Iman, Sebab Perompak Somalia Memperlakukan Baik ABK Sinar Kudus


Di luar dugaan banyak pihak, perompakan yang dilakukan kelompok bersenjata Somalia terhadap Kapal Sinar Kudus menyimpan seribu satu ‘keanehan’. Dari penuturan para Anak Buah Kapal atau ABK Sinar Kudus yang semuanya selamat, ikatan iman ternyata menjadi hal utama kenapa para perompak memperlakukan tawanan dengan baik. Jauh seperti gambaran para perompak umumnya terhadap para tawanan.
Hal tersebut disampaikan sejumlah tawanan yang semuanya selamat tiba di Indonesia pada Jumat lalu. Sejumlah pengalaman yang mungkin di luar nalar pun mereka tuturkan. Dan hal tersebut berlangsung sejak awal perompak memasuki kapal MV Sinar Kudus.
Seperti yang dituturkan kapten kapal Slamet Jauhari kepada wartawan setibanya di tanah air. Menurut Slamet, ketika perompak memasuki kapal Sinar Kudus setelah sebelumnya meneror dengan sejumlah tembakan peringatan, beberapa orang di antara mereka langsung memperlihatkan wajah penyesalan.
Mereka tidak mengira kalau kapal yang mereka sergap adalah milik Indonesia yang menurut mereka ‘saudara’ sesama muslim. Saat itu mereka mengatakan, “No problem! No problem!” Mereka pun langsung berdebat sengit satu sama lain, seperti saling menyalahkan.
Para perompak mengucapkan permohonan maaf. Tapi karena sudah terlanjur berada di kapal Sinar Kudus, para perompak meminta bantuan kapten untuk menjadikan kapal tersebut sebagai kendaraan ke kapal lain yang lewat di kawasan teluk Aden. Karena tak punya pilihan, kapten Slamet pun mengikuti permintaan para perompak.
Saat itu, para ABK merasa lega karena mereka bukan target perompakan. Tapi, hari itu, tak satu pun kapal lewat. Begitu pun di hari kedua, dan hal yang sama pada hari ketiga dan seterusnya.
Pada hari-hari berikutnya, para perompak akhirnya memutuskan untuk membajak kapal yang sudah mereka kuasai itu. Dan mereka pun meminta bantuan awak untuk menyampaikan harga tebusan.
Menariknya, selama penantian negosiasi antara pihak perompak dengan pemerintah Indonesia, para ABK dengan perompak seperti tidak terlihat adanya permusuhan. Tak seorang pun dari ABK yang dipukul, bahkan diikat.
Hal yang mungkin tidak bisa masuk ke nalar orang selain muslim, antara perompak dan ABK terjalin hubungan ‘kekeluargaan’ selama 46 hari masa penyanderaan. Antara lain, seperti yang dituturkan salah seorang ABK, Hari Suhairi kepada wartawan, antara perompak dan ABK yang berjumlah dua puluh orang biasa melaksanakan shalat Maghrib dan Isya berjamaah. Mereka pun bahkan bertadarus Alquran bersama-sama di waktu malam.
Saat-saat seperti itulah terjalin komunikasi kekeluargaan antara ABK dengan para perompak yang berjumlah sekitar tiga puluhan orang. Di antara para perompak itu menuturkan kalau mereka terpaksa melakukan tindakan yang mereka akui sebagai sebuah keburukan. Hal itu karena mereka terpaksa di tengah kemiskinan hidup warga Somalia saat ini.
Dari segi penampilan, wajah miskin mereka memang terlihat jelas. Antara lain, postur mereka yang umumnya kurus-kurus, baju yang agak compang-camping, ketidakaturan hidup seperti membuang sampah sembarangan, tingkat pendidikan yang kurang memadai, dan sebagainya. Tapi, di balik itu semua, mereka tidak bisa menyembunyikan kepolosan mereka sebagai seorang muslim yang terjebak dalam kemiskinan struktural di Somalia.
Begitu pun ketika uang tebusan telah mereka terima. Para perompak tidak langsung membawa tas berisi uang ke lokasi markas mereka. Dengan santai, mereka membagi-bagikan uang tersebut saat masih berada di kapal Sinar Kudus.
Setelah sepertinya uang diterima dengan rata, para perompak turun dari kapal dengan tidak serempak, tapi kelompok demi kelompok ke tempat tinggal mereka masing-masing. “Yah, seperti angkot yang menurunkan penumpang satu per satu ke tempat tujuan,” ujar salah seorang ABK yang masih memperlihatkan keheranannya.
Dan saking miskinnya, para perompak mengambil apa saja yang dimiliki para ABK. Mulai dari baju termasuk pakaian dalam, perlengkapan elektronik, sepatu termasuk sandal butut ABK, dan lain-lain. mh
(eramuslim.com)

Kamis, 05 Mei 2011

Lalu Untuk Apa Ibas Yudhoyono Ke Al Zaytun?

Lalu Untuk Apa Ibas Yudhoyono Ke Al Zaytun?


Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono yang akrab disapa Ibas, di Jakarta, menepis tuduhan yang menuding dirinya berkaitan dengan kelompok tertentu yang mengatasnamakan "Negara Islam Indonesia" (NII).
Tuduhan itu lahir setelah ia bersama Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat dikabarkan mengunjungi pondok pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, pada 17 Maret silam.
"Memang benar saya mendampingi Ketua Umum Partai Demokrat, Mas Anas Urbaningrum dari DPP PD yang mengagendakan kunjungan ke Al Zaytun beberapa waktu lalu," kata putera kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.
Tetapi Ibas menegaskan kunjungan itu merupakan sebuah kunjungan biasa yang diagendakan juga untuk mengunjungi beberapa pondok pesantren lain di Jawa Barat.
"Tidak benar sama sekali jika silaturahmi DPP Partai Demokrat dikaitkan dengan NII, apa lagi mendukung NII karena silaturahmi ke pondok pesantren sering diagendakan DPP PD di wilayah lain di Indonesia," tegas Ibas.
Ia sebaliknya mendesak agar pelanggaran terkait NII yang menodai dan melanggar Negara Kesatuan Republik Indonesia, ditindak dengan tegas.
"NII jelas bertentangan dengan pilar NKRI. Insya Allah Partai Demokrat akan terus menjalankan dan mengamalkan pilar NKRI," pungkasnya.
Namun teka-teki kaitan Ibas, Partai Demokrat bertandang ke Al Zaytun masih terus bergulir. Belum ada konfirmasi detail dari Partai Demokrat terkait hal itu.
Sebelumnya Imam Supriyatno, mantan petinggi NII membeberkan bahwa dalam safari ke Al-Zaytun, Partai Demokrat memberikan sumbangan kepada Pondok Pesantren Al Zaytun US$10 Ribu, yang diserahkan langsung oleh Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dihadapan petinggi lainnya Partai Demokrat saat mengunjungi Al Zaytun.
"Sumbangan sebesar 10 ribu dollar Amerika itu diserahkan langsung oleh Anas Urbaningrum kepada pimpinan pondok pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang, saat berkunjung ke Al Zaytun, sekitar tanggal 16 Maret 2011 lalu," kata Imam. (pz/an/inlh)
(eramuslim.com)

Menteri Negara Bagian Australia Dukung Wanita Muslim Kenakan Cadar

Menteri Negara Bagian Australia Dukung Wanita Muslim Kenakan Cadar

Perempuan Muslim yang memilih mengenakan burqa yang menutupi wajah, sebaiknya diberi hak untuk melakukan apa yang mereka sukai, kata menteri urusan multikultural Victoria, Nick Kotsiras.
Nick Kotsiras juga memuji masyarakat Sudan yang telah datang di bawah pengawasan pasca terjadinya aksi kerusuhan jalanan setelah kontes kecantikan bulan lalu. ''Kita tidak punya masalah dengan warga Sudan di Australia - atau di Melbourne. Ada 8.000 warga Sudan yang tinggal di Victoria, mayoritas adalah pekerja keras, warga negara yang taat hukum,'' katanya kepada The Age.
Dalam mempertahankan semangat keragaman budaya, Kotsiras mengatakan insiden kekerasan bukan contoh disharmoni sosial yang dibawa oleh pendatang baru dari Afrika. Dan mereka yang melanggar hukum tetap harus dihukum,''Anda tidak bisa mengatakan itu semua kesalahan masyarakat komunitas tertentu.
Terkait debat internasional tentang pelarangan burqa, yang diambil oleh beberapa rekan federal koalisinya, Kotsiras berkata:''Jika seseorang ingin memakai burqa, maka mereka harus diizinkan untuk mengenakan burqa. Saya tidak percaya bahwa seseorang harus dipaksa untuk memakai setiap item tertentu dari sebuah pakaian, tapi itu semua ada dalam budaya. Jika seseorang ingin memakai burqa, saya tidak melihat adanya masalah dalam hal itu.''
Kotsiras, yang tiba di Australia sebagai anak seorang migran dari Yunani pada awal tahun 1960, mengakui bahwa semua gelombang pendatang baru ke Australia menghadapi tantangan yang berkaitan dengan isu-isu seperti pekerjaan dan aksi pemuda.
Tapi ia berharap inisiatif dalam anggaran negara untuk sebuah unit baru di Departemennya diharapkan bisa membantu mengkoordinasikan kebijakan untuk pengungsi baru dan migran antar pemerintah daerah, negara bagian dan federal sehingga akan mengidentifikasi kesenjangan layanan.
''Kami membuka tangan kami untuk pendatang baru tetapi sekarang ini adalah tentang bagaimana membantu mereka menetap di negara baru,'' kata Kotsiras, yang juga Menteri Kewarganegaraan.(fq/theage)
(eramuslim.com)

26 Penyebab Merajalelanya Kesesatan di Indonesia (3)

26 Penyebab Merajalelanya Kesesatan di Indonesia (3)

Oleh Hartono Ahmad Jaiz

TB Fithrah Bekasi HP. 081319510114, Srby 08123125427

Penyebab ke 21 telah kita bahas. Yaitu: Adat yang rawan bid’ah dan kemusyrikan. Ada saat-saat tertentu yang menjadi adat dan musim untuk diadakan perayaan atau peringatan ini dan itu yang tidak ada dasarnya dalam Islam. Juga ada musim-musim yang mereka jadikan hari-hari untuk beramai-ramai berdatangan ke kubur-kubur lebih-lebih kuburan yang mereka anggap sebagai kuburan wali atau kuburan keramat.
Mari kita lanjutkan penyebab berikutnya:
22. Oknum-oknum missionaries kesesatan.
Adanya kelompok tertentu yang oknum-oknumnya dikenal dan diakui sebagai missionaries aliran sesat Syi’ah. Ada kedekatan kepentingan dari oknum-oknum yang dibiarkan oleh kelompoknya itu untuk mendukung dan membiarkan merajalelanya aliran sesat Syi’ah di Indonesia.
Satu sisi untuk mempertahankan apa yang mereka klaim sebagai keturunan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dengan Fathimah puteri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga memiliki jalur keturunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sementara itu aliran sesat Syi’ah yang orang-orang ghulatnya (ekstrimnya) sampai dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu karena mereka menganggap bahwa Ali radhiyallahu ‘anhu itu adalah titisan Tuhan dengan sebutan “Anta, Anta” (Engkau, Engkau, maksudnya adalah jelmaan Tuhan), justru mengobarkan cintanya kepada Ali radhiyallahu ‘anhu dengan ghuluw (ekstrim) pula.
Contoh nyata, nyanyian ya Thaybah yang didendangkan penyanyi Hadad Alwi di Indonesia mengandung pujaan ghuluw terhadap Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

Berikut ini mari kita simak:
Mengenai nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar) itu juga nyanyian, hanya berbahasa Arab. Kalau nyanyian berbahasa Indonesia, Inggeris atau lainnya yang biasanya berkisar tentang cinta, pacaran dan sebagainya, misalnya dinyanyikan di masjid, orang sudah langsung faham bahwa itu tidak boleh.
Nyanyian cinta-pacaran seperti itu justru kesalahannya jelas. Orang langsung tahu. Sebaliknya, kalau nyanyiannya itu seperti Ya Thoybah, kalau itu mengandung kesalahan (dan memang demikian), justru orang tidak mudah untuk menyalahkannya. Karena dia berbahasa Arab, dan menyebut nama sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyebut Al-Quran dan sebagainya.
Padahal, nyanyian Ya Thoybah itu justru isinya berbahaya bagi Islam, karena ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Berikut ini kutipan bait yang ghuluw dari nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar):
Ya 'Aliyya bna Abii Thoolib Minkum mashdarul mawaahib.
Artinya: "Wahai Ali bin Abi Thalib, darimulah sumber keutamaan-keutamaan (anugerah-anugerah atau bakat-bakat)."
Bagaimanapun, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah manusia biasa, bukan Tuhan. Di dalam nyanyian itu sampai disanjung sebegitu, dianggap, dari Ali lah sumber anugerah-anugerah atau bakat-bakat atau keutamaan-keutamaan. Ini sangat berlebihan alias ghuluw.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّينِ
Artinya: "Jauhilah olehmu ghuluw (berlebih-lebihan), karena sesungguhnya rusaknya orang sebelum kalian itu hanyalah karena ghuluw –berlebih-lebihan-- dalam agama." (HR Ahmad, An-Nasaai, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dari Ibnu Abbas, Shahih).

Ali ra sendiri pernah disikapi seperti itu. Abdullah bin Saba', pendeta Yahudi dari Yaman yang pura-pura masuk Islam, bekata kepada Ali: "Engkau lah Allah". Maka Ali bermaksud membunuhnya, namun dilarang oleh Ibnu Abbas. Kemudian Ali cukup membuangnya ke Madain (Iran). Dalam riwayat lain, Abdullah bin Saba' disuruh bertaubat namun tidak mau. Maka ia lalu dibakar oleh Ali (dalam suatu riwayat). (lihat Rijal Al-Kusyi, hal 106-108, 305; seperti dikutip KH Drs Moh Dawam Anwar, Mengapa Kita Menolak Syi'ah, LPPI Jakarta, cetakan II, 1998, hal 5-6).
Rupanya antek-antek Abdullah bin Saba' kini berleluasa menyebarkan missinya.
Kelompok yang oknum-oknumnya diakui sebagai para pendukung tersebarnya aliran sesat di Indonesia itu juga merupakan kelompok yang ghuluw dalam menyanjung Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya adalah nyanyian mereka dalam pengajian-pengajian yang dikenal dengan nyanyian Ya Robbi bil Mushtofaa.
Nyanyian yang satu ini dikhawatirkan menjurus kepada syirik (kemusyrikan, menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala), kalau lafal bil (dari Yaa Robbi bil-Mushtofaa) itu dimaksudkan untuk sumpah, artinya demi (Rasul) pilihan (Mu). Sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ. (الترمذي)
"Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka sungguh ia telah musyrik (menyekutukan Alah)." (HR At-Tirmidzi dalam bab iman dan nadzar, kata Abu Isa, hadits ini hasan).
Terlarang pula bila lafal bil (dari Yaa Robbi bil-Mushtofaa) itu dimaksudkan untuk sababiyah atau perantara, karena berarti menjadikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sudah wafat sebagai perantara (wasilah) kepada Allah. Itu terlarang. Karena hal itu termasuk ibadah. Sedang ibadah harus tauqifi, berdasarkan dalil. Karena tak ada dalilnya yang membolehkan, maka para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bertawassul dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sudah wafat.
Adapun minta didoakan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika orang yang diminta itu masih hidup atau tawassul ketika orangnya masih hidup, maka tidak terlarang.
Kalau ada yang minta hadits larangan bertawassul dengan dzat makhluk, dalam hal ini isi dari syair Ya Robbibil, sebenarnya sudah jelas dalam keterangan di atas. Namun agar lebih jelas, kami kutipkan hadits:

رَوَى الطبراني فِي مُعْجَمِهِ الْكَبِيرِ { أَنَّهُ كَانَ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنَافِقٌ يُؤْذِي الْمُؤْمِنِينَ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ : قُومُوا بِنَا لِنَسْتَغِيثَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ هَذَا الْمُنَافِقِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنَّهُ لَا يُسْتَغَاثُ بِي وَإِنَّمَا يُسْتَغَاثُ بِاَللَّهِ }
Thabrani meriwayatkan di dalam kitabnya, Mu’jam Al-Kabir: Bahwa dulu pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada seorang munafiq (Abdullah bin Ubay) menyakiti/ mengganggu orang-orang mukmin, maka Abu Bakar berkata: Bangkitlah dengan kami, kami akan minta tolong kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari (gangguan) munafiq ini. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku tidak (boleh) dimintai tolong, dan sesungguhnya hanya Allah lah yang dimintai tolong.” (Disebutkan oleh al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaaid 10/159 dan ia berkata: Diriwayatkan oleh Thabrani sedang para periwayatnya shahih selain Ibnu Lahi’ah dan hadits ini hasan).
Dalam kitab Fathul Majid dikomentari, Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu adalah nash/ teks bahwasanya tidak (boleh) minta tolong kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga orang lainnya. Beliau membenci perbuatan ini sebenarnya, walaupun beliau termasuk mampu mengerjakannya (memberi pertolongan) dalam hidupnya (tetapi ini) sebagai penjagaan akan terjauhnya Tauhid, dan menutup jalan ke arah bahaya syirik, dan adab serta tawadhu’ kepada Tuhannya, dan memberikan peringatan kepada ummatnya tentang sarana-sarana kemusyrikan dalam ucapan dan perbuatan.
Kalau dalam hal yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mampu mengerjakannya ketika hidupnya saja (beliau tidak membolehkan), maka bagaimana beliau akan membolehkan untuk minta tolong (diperantarakan kepada Allah, misalnya) setelah beliau wafat, dan dimintai untuk mengerjakan hal-hal yang beliau tidak mampu atasnya kecuali Allah saja yang mampu mengerjakannya? Sebagaimana telah dilakukan oleh lisan-lisan sebagian banyak penyair seperti Al-Bushiri, Al-Bara’i dan lainnya, yang beristighotsah (minta tolong) kepada orang yang tidak memiliki manfaat dan mudhorot pada dirinya sendiri...( Fathul Majid, hal. 196-197).

Secara pasti, ibadah itu harus ada dalilnya (ayat Al-Quran atau Hadits yang shahih) atau ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (kesepakatan Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Dalam kasus ini, sya’ir itu tidak sesuai dengan dalil, seperti uraian tersebut di atas, dan tidak pernah ada contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun para sahabatnya.
Ibadah saja mesti ada dalilnya atau contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedang sya’ir Ya Rabbi bil Musthofaa... itu menyangkut aqidah, maka dalilnya untuk membolehkannya harus jelas. Ternyata tidak ada dalil yang membolehkan secara jelas, yang ada justru isi dan bentuk sya’ir itu bertentangan dengan dalil aqidah yang benar.
Jadi pertanyaan yang mestinya diajukan adalah: Mana hadits yang membolehkan atau membenarkan isi sya’ir itu, bukan mana haditsnya yang melarang. Karena isi sya’ir itu menyangkut aqidah, yang dalam hal aturannya justru lebih ketat dibanding ibadah. Apalagi isi sya’ir itu sudah tidak sesuai dengan aqidah yang benar.
Masalah ulama tidak tahu atau tahu tetapi tidak menyatakan bahwa itu salah, ini hal yang sering diungkapkan orang dalam berbagai kesempatan. Namun yang jelas, agama itu landasannya adalah dalil (ayat Al-Quran atau Hadits yang shahih) dengan pemahaman yang sesuai dengan penjelasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabatnya, tabi’in, dan tabi’it tabi’in. Di sinilah pentingnya mempelajari agama, agar tidak hanya mengikuti apa kata orang, walau disebut ulama. Insya Allah kalau menempuh jalan seperti ini, kita akan selamat. Amien.
Demikian pula sholawat Badar, di sana ada lafal bil haadii Rasuulillaah. Itu sama dengan keterangan tersebut di atas. (lebih jelasnya, baca buku Tasawuf Belitan Iblis, Darul Falah, Jakarta, 1422H, atau Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2002, atau Tarekat Tasawuf Tahlilan dan Maulidan, WIP Solo, 2007).
Dalam kasus ini antara pendukung Syi’ah dan orang Syi’ah ada kesamaan dalam hal ghuluw (melampaui batas) dan sama-sama dalam hal nyanyian yang mereka nyanyikan di masjid-masjid dan tempat-tempat pengajian mereka. Yang kelompoknya ada oknum-oknum pendukung Syi’ah menggemakan Ya Rabbi bil, sedang yang orang Syi’ahnya menyanyikan Ya Thaiba.
Kalau dibentuk peta, maka bisa digambarkan: Syi’ah dalam hal menyelewengkan aqidah Islam dan merusak Islam berteman atau didukung oleh kelompok-kelompok sesat di mana saja yang merusak Islam. Dalam kasus ini, kelompok pengusung bid’ah menjadi pendukung Syi’ah. Dan di tempat lain gambaran jelasnya seperti ini:
Yahudi dan Syi’ah
Para peneliti Syi‘ah menyimpulkan, bahwa jika diperas doktrin Syi‘ah, maka sisa ampasnya adalah Yahudi. Prof. H.M.Rasjidi dalam terjemahannya terhadap buku ”Hakikat Akidah Syi‘ah” (‘Aqa’idus-Syi‘ah fil-Mizan) karya Dr. Muhammad Kamil al-Hasyimi, menulis: ”Orang-orang Majusi Persia dan orang-orang Yahudi, sepanjang sejarah selalu merupakan kelompok yang memfitnah ummat Islam. Tak ada satu bencana yang menimpa ummat Islam, kecuali di belakangnya ada Yahudi dan Syi’ah.” (Al-Hasyimi, Jakarta:1989,hal.176).

23. Dakwah dan ilmu disampaikan bukan oleh ahlinya, masih pula dengan aneka kerawanan yang melingkupinya.
Kelompok yang sudah dinyatakan sesat oleh ulama, atau secara ilmu memang sesat, justru seringkali propagandanya disebarkan dengan gencar secara sistematis. Dirancang dan didanai, masih pula dengan sarana-sarana yang memadai, bahkan sampai media massa pun dikuasai atau dimiliki. Itu satu jenis yang tentu saja merusak Islam, karena propagandanya itu sendiri adalah kesesatan.
Jenis lain, kelompok yang semangat dakwahnya tinggi, bahkan ke mana-mana, namun tidak memiliki ilmu yang memadai, bahkan manhaj (sistem pemahaman)nya pun rancu. Hingga ketika mereka melakukan apa yang mereka maksud yaitu mendakwahkan Islam, apa yang terjadi? Ibarat menanam pohon singkong tetapi menancapkannya terbalik-balik. Tidak tahu mana ujung yang di atas, dan mana yang harus ditancapkan ke tanah.
Akibatnya, tanah yang ditanami itu sudah jadi padat karena dia injak-injak, sedang pohon singkong yang ditanamnya itupun tak berguna karena terbalik-balik. Kalau diulangi oleh orang yang tahu, maka dua kali kerja, lebih sulit dan menyesakkan dada, karena harus meneliti satu persatu pohon, kemudian menancapkannya lagi ke tanah dengan betul. Seandainya dia tidak usah ikut-ikut menanam, dan mengetahui lebih dulu cara menanam, baru setelah faham betul maka baru praktek menanam, maka tidak merepotkan. Tetapi karena caranya adalah praktek tanpa ilmu, maka merugikan aneka pihak. Anehnya, kalau diingatkan, malah bisa-bisa lebih galakan mereka, menurut bahasa Betawi Jakarta. Inilah yang menyedihkan.
Semangat dakwah yang tidak dilandasi ilmu, dan modal pengertian yang rancu tetapi ditularkan kepada umat, sedang umat ini kebanyakan awam agama, maka bisa dibayangkan. Betapa carut marutnya. Orang yang mengetahui petanya secara persis, akan mengelus dada. Kalau diingatkan, mereka malah memusuhi. Kalau didiamkan, mereka tetap berjalan dalam kerusakan. Sementara itu pihak-pihak yang sesat tadi secara gencar mencari mangsa. Maka bertabrakanlah antara tiga pihak.
Pihak yang mengerti agama secara baik, dan jumlahnya sangat sedikit, berhadapan dengan pihak aliran sesat dengan aneka aliran yang macam-macam, masih pula berhadapan dengan pihak-pihak yang bersemangat dakwah namun tanpa ilmu dan manhaj yang benar. Kemudian umat yang akan diselamatkan ini justru karena aneka kondisi keawamannya, tidak tahu atau bahkan tak mau tahu bahwa mereka akan dibantu diselamatkan oleh orang yang faham agama dengan manhaj yang benar itu. Akibatnya, pihak yang satu ini (faham agama dan manhajnya benar) justru dilawan oleh aneka pihak itu plus orang-orang awam. Bahkan tempo-tempo digerakkan oleh pihak-pihak tertentu untuk dilawan ramai-ramai. (bersambung, insya Allah).
(eramuslim.com)